Teknik Pengumpulan Data Metode Penelitian
Di Indonesia praksis lintas budaya yang sangat mengesankan adalah penciptaan kisah Si Doel Anak Jakarta oleh Aman Datuk Majoindo di
tahun 1940-an. Pengarang dari Sumatra Barat ini pergi merantau ke Jakarta ketika berumur 23 tahun, dan hidup sebagai pekerja kasar pegawai
toko, kuli di Tanjung Priok yang bergaul dengan berbagai kalangan, termasuk masyarakat Betawi. Barangkali kehidupannya yang keras di
Jakarta membuat ia bersimpati kepada masyarakat Betawi yang pada waktu itu belum sempat menikmati buah-buah modernitas dan melahirkan
karya sastra pertama yang ditulis dalam dialek Betawi. Si Doel adalah hasil sebuah penghayatan lintas budaya. Karya Aman Datuk Madjoindo
menunjukkan bahwa representasi yang penuh empati dan menyentuh tentang suatu budaya tertentu dapat ditulis oleh bukan “pemilik asli”
budaya.
3
Karya Aman Datuk Madjoindo yang dijelaskan Melani Budianta, menunjukkan bahwa representasi yang penuh empati dan menyentuh tentang
suatu budaya tertentu dapat ditulis oleh bukan pemilik asli budaya tersebut. Dengan demikian, novel berlatar lokal Papua pun dapat ditulis oleh orang di luar
Papua. Warna lokal mensyaratkan adanya corak yang khas yang tidak dimiliki oleh
sesuatu di luar lokal tersebut. “Warna lokal yang tajam menggambarkan bukan saja waktu dan tempat terjadinya peristiwa, tetapi juga sosial budaya dan tokoh-
tokoh serta kebiasaan setempat di dalam sebuah cerita. Ada pula penulis yang bahkan memasukkan dialek setempat, terutama di dalam percakapan atau dialog
di antara tokoh-tokoh di dalam cerita itu, untuk mempertajam warna lokal itu.”
4
Dalam karya sastra munculnya warna lokal ini akan menyebabkan latar menjadi unsur yang menjadi bagian utama dalam karya yang bersangkutan. Jadi
mencakup unsur tempat, waktu, dan sosial budaya sekaligus. Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam karya sastra.
Latar waktu menunjuk pada waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam karya sastra. Sementara itu, latar sosial budaya mengacu pada berbagai
3
Melani Budianta, “Sastra dan Interaksi Lintas Budaya”, 2002, www.bahasa- sastra.web.idmelanie.asp diunduh pada tanggal 29 April 2016 pukul 09:58 WIB.
4
Ismail Marahimin, Menulis Secara Populer, Jakarta: Dunia Pustaka, 2010, h. 99.
masalah berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, pandangan hidup, cara berpikir, cara bersikap, dan lainnya. Latar sosial memang dapat meyakinkan
penggambaran suasana kedaerahan, warna lokal, warna setempat daerah tertentu melalui kehidupan sosial masyarakat. “Dalam kesusastraan dunia, keberhasilan
memotret situasi sosial yang didukung oleh warna lokal inilah yang acapkali mengantarkan sastrawannya memperoleh penghargaan yang membanggakan.
Karya-karya sastra seperti itu pula yang cenderung menjadi karya-karya monumental”.
5
Karya sastra warna lokal adalah karya-karya yang melukiskan ciri khas suatu wilayah tertentu. Sastra warna lokal ditandai oleh pemanfaatan setting, pengarang
berfungsi sebagai wisatawan. Sastra warna lokal menyajikan informasi permukaan mengenai lokasi tertentu, dengan cara melukiskan unsur-unsur yang kelihatan
seperti lingkungan fisik dan unsur sosial budaya sebagai dekorasi tanpa mendalami kehidupan yang sesungguhnya.
6