Tak lama, matahari mulai memperlihatkan diri dari timur. Ia seperti memanjat dari bawah. Lalu naik ke atas gunung-gunung. Dari celah-
celahnya yang tinggi, matahari memancarkan cahayanya....
99
Kutipan di atas menggambarkan seakan matahari memiliki sifat seperti manusia yaitu memanjat. Gaya bahasa personifikasi konsisten digunakan
pengarang dalam keseluruhan isi novelnya. Melalui gaya bahasa personifikasi membuat pembaca melalui imajinasinya seolah melihat apa yang digambarkan
pengarang dalam setiap ungkapan-ungkapan bahasa. Selain itu, terdapat kata berbahasa Papua yang disertai dengan
pengertiannya, sehingga pembaca pun dapat mengerti arti dari setiap kata tersebut. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
Malom marah. Irewa sudah menduga Malom akan marah. Irewa menjawab, hamang nenaeisele emei roibuyae helemende yang artinya
makanan tidak datang dengan sendirinya, tetapi harus diusahakan. Ini sebetulnya kata-kata biasa yang juga sering diucapkan para mama di
Hobone untuk anaknya. Maksud kalimat itu untuk menyindir.
100
...Akahi paekehi yae ewelende, wali onomi honomi eungekende. Jika semua orang kau anggap sebagai saudaramu, hidupmu akan aman
dan damai.
101
Penggunaan kata berbahasa Papua dimaksudkan untuk memperkuat tema, latar cerita, dan menjadi salah satu ciri khas warna lokal Papua. Pengarang
menyisipkan bahasa Papua agar mencirikan bahwa cerita di dalam novelnya benar terjadi di Papua.
7. Amanat
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan didaktis yang hendak disampaikan pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Amanat tersirat di
balik kata-kata yang disusun, dan juga berada di balik tema yang diungkapkan.
99
Ibid., h. 81.
100
Ibid., h. 138.
101
Ibid., h. 158.
Karena itu, amanat selalu berhubungan dengan tema cerita itu.
102
Amanat adalah gagasan yang mendasari karya sastra; pesan yang ingin disampaikan
pengarang kepada pembaca atau pendengar. Di dalam karya sastra modern amanat ini biasanya tersirat; di dalam karya sastra lama pada umumnya
amanat tersurat.
103
Amanat dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany berkenaan dengan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan masyarakat Aitubu dan Hobone.
Banyak hal-hal buruk yang mulai ditinggalkan masyarakat Aitubu dan Hobone. Tak ada peperangan lagi antara Aitubu dan Hobone. Pentingnya
untuk menghargai hidup. Manusia tidak boleh membunuh manusia lain. Karena hidup adalah hak, harus dijaga dan dipertahankan. Kalau sakit, dirawat
agar sembuh. Kalau memang mati, biarlah itu karena alam. Bukan karena manusia lain.
Laki-laki Hobone dulu sering harus menjadi prajurit. Membawa busur dan anak panah. Berperang dengan kelompok lain. Kini waktu sudah
berubah. Laki-laki Hobone tak harus berperang lagi. Dulu perang adalah pekerjaan utama laki-laki dan selalu saja ada perang karena selalu saja ada
masalah muncul. Pencurian babi atau hasil kebun. Perampasan istri orang. Melanggar wilayah berburu. Berkebun di tanah yang dimiliki
perkampungan lain dan sebagainya. Kalau ada pertengkaran karena masalah-masalah ini tidak bisa diselesaikan, maka perang dilakukan
sebagai cara akhir penyelesaian masalah. Tapi perang antarkelompok yang seperti itu sudah tak ada lagi....
104
Berdasarkan kutipan di atas dapat diketahui bahwa laki-laki merupakan prajurit perang, kehidupan di bawah Pegunungan Megafu mewajibkan laki-
laki untuk berperang. Berperang merupakan pekerjaan utama laki-laki di bawah Pegunungan Megafu. Perang menjadi cara akhir dalam meyelesaikan
masalah. Namun kebiasaan tersebut lama-kelamaan hilang sejalan dengan waktu berlalu. Kebiasaan berperang mulai ditinggalkan.
102
Kosasih, op. cit., h. 41.
103
Wahyudi Siswanto, op. cit., h. 162.
104
Dorothea Rosa Herliany, op. cit., h. 133.