Sinopsis Novel Isinga Warna Lokal dalam Novel Isinga Karya Dorothea Rosa Herliany dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di SMA

yang tinggal di bawah Pegunungan Megafu termasuk masyarakat pedalaman Papua. Kehidupan masyarakat Aitubu dan Hobone digambarkan dengan banyaknya kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan masyarakat Aitubu dan Hobone. Kebiasaan ini berkaitan dengan adat maupun kepercayaan- kepercayaan masyarakat setempat. Gambaran kehidupan yang ditampilkan semata-mata memperlihatkan warna lokal Papua yang khas. Orang-orang Aitubu adalah orang-orang yang telah bermukim di bagian tengah Papua selama ratusan tahun dan berpenduduk sekitar 15.000 orang. Papua sendiri memiliki banyak ragam suku, Aitubu dan Hobone hanya sebagian kecil dari beragam suku yang tak diketahui jumlahnya. Desa Aitubu sendiri terdiri dari beberapa dusun, yaitu Dusun Kapo, Munda, Samfar, Msob, Eryas, dan Wodori. Di dalam dusun terdapat beberapa klen. Desa Aitubu bertetangga dengan desa Hobone namun dipisahkan oleh lembah-lembah curam. Ada lima dusun di Hobone. Dusun Fafor, Dusun Perem, Dusun Egiwo, Dusun Onef, dan Dusun Papopen. Masyarakat Aitubu dan Hobone menggunakan cawat dan koteka sebagai pakaian sehari-hari. Cawat dipakai untuk perempuan dan koteka dipakai untuk laki-laki. Cawat dan koteka dibuat sendiri dari alam. Cawat terbuat dari ilalang yang biasa tumbuh di air. Koteka dibuat dari labu yang dikeringkan. Masyarakat Aitubu dan Hobone tidak mengenal kain, tidak mengenal celana, hanya cawat dan koteka pakaian sehari-hari untuk menutup kemaluan sedangkan bagian dada mereka dibiarkan terbuka. Semua perempuan hanya mengenakan cawat kecil untuk menutupi kemaluan. Cawat ini terbuat dari sejenis lalang yang tumbuh di air. Buah dada mereka telanjang.... Semua laki-laki memakai koteka dari labu panjang yang dikeringkan. Itu adalah penutup penis laki-laki. Koteka itu lurus dan panjang sampai ke dada. Ada benang dililit di dekat ketiak, lalu diikat di punggung, sehingga koteka jadi bisa rapat membungkus kelamin laki-laki.... 3 Berdasarkan kutipan di atas tema potret kehidupan masyarakat di bawah Pegunungan Megafu dapat terlihat dari pakaian yang masyarakat gunakan sehari-hari. Perempuan menggunakan cawat sedangkan laki-laki menggunakan koteka. Cawat dan koteka juga menjadi salah satu ciri khas warna lokal masyarakat di bawah Pegunungan Megafu yang terdapat dalam novel Isinga. Di dalam masyarakat Aitubu dan Hobone dikenal dua jenis tempat tinggal, yaitu humia dan yowi. Humia digambarkan sebagai rumah keluarga, ditinggali oleh istri dan anak. Sedangkan yowi adalah rumah para laki-laki dewasa yang telah mengikuti upacara wit. Semua kegiatan laki-laki terpusat di rumah yowi. Orang laki-laki pulang ke humia hanya untuk makan dan meniduri istrinya bagi laki-laki yang telah beristri. Jarang terlihat ada orang laki-laki berada di humia. Hal ini terlihat dari kutipan dalam novel Isinga, sebagai berikut: ...Humia adalah rumah yang ditinggali keluarga. Kebiasaan di Aitubu, setelah menjalani upacara wit para anak laki-laki lebih banyak menghabiskan waktu di rumah yowi. Kebanyakan mereka merasa malu bila tetap di humia, di rumah para perempuan.... 4 Berdasarkan kutipan di atas tema potret kehidupan masyarakat di bawah Pegunungan Megafu dapat terlihat dari perbedaan tempat tinggal untuk perempuan dan laki-laki masyarakat di bawah Pegunungan Megafu. Humia diperuntukan untuk perempuan atau rumah keluarga, sedangkan yowi diperuntukan untuk kaum laki-laki. Humia dan yowi juga menjadi salah satu ciri khas warna lokal masyarakat di bawah Pegunungan Megafu yang terdapat dalam novel Isinga. Masyarakat Aitubu dan Hobone memiliki kepercayaan bahwa matahari itu selalu melihat hu joko ereile. Setiap gerak-gerik manusia selalu ada yang 3 Dorothea Rosa Herliany,. Isinga. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2015, h. 6. 4 Dorothea Rosa Herliany, op. cit., h. 13. mengawasi. Hal ini membuat orang di bawah pegunungan Megafu takut untuk melakukan hal-hal yang tidak baik. Semua tunduk pada adat, jika ada yang melanggar maka akan mendapatkan sanksi adat. Selain itu juga akan mendapat kutuk, kesialan, bahkan penyakit yang dapat menyebabkan kematian. ...Masyarakat Hobone memercayai, matahari itu selalu melihat hu joko ereile. Setiap gerak-gerik manusia selalu ada yang mengawasi. Karena itu orang Hobone takut untuk melakukan hal-hal tak baik....152 Berdasarkan kutipan di atas tema potret kehidupan masyarakat di bawah Pegunungan Megafu dapat terlihat dari kepercayaan yang dianut oleh masyarakat di bawah pegunungan Megafu. Masyarakat percaya bahwa matahari selalu melihat hu joko ereile. Kepercayaan ini juga menjadi salah satu ciri khas warna lokal masyarakat di bawah Pegunungan Megafu yang terdapat dalam novel Isinga. Babi merupakan harta adat di bawah Pegunungan Megafu. Nilainya sangat berharga. Masyarakat di bawah Pegunungan Megafu menggunakan babi untuk mas kawin. Hubungan dagang dibuat lebih erat dengan babi. Jika terdapat permasalahan diselesaikan dengan babi. Kalau ada hukuman untuk sebuah pelanggaran, dendanya adalah bayar babi. Orang yang memiliki banyak babi maka hidupnya sejahtera. Dengan memiliki banyak anak dianggap akan mendatangkan kesejahteraan karena anak perempuan berguna untuk mendapatkan harta adat, yaitu babi. ...Perempuan adalah makhluk yang mendatangkan kesuburan. Anak laki-laki berguna untuk menuntut pengakuan akan tanah dan simbol penerus keturunan. Makin banyak anak laki-laki, makin berharga dan bermartabat. Tanah luas dan keturunan banyak. Anak laki-laki juga berguna agar prajurit mati ada yang menggantikan. Anak perempuan bernilai ekonomi. Perempuan berguna untuk mendapatkan mas kawin dan harta adat babi. 5 Berdasarkan kutipan di atas tema potret kehidupan masyarakat di bawah Pegunungan Megafu dapat terlihat dari harta adat masyarakat Megafu, yaitu babi. Babi merupakan harta yang berharga. Babi juga menjadi salah satu ciri 5 Ibid., h. 90-91.