Latar Belakang Masalah Warna Lokal dalam Novel Isinga Karya Dorothea Rosa Herliany dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di SMA

budaya suatu daerah. Para sastrawan umumnya masih menjaga, mempertahankan, bahkan mengembangkan warna lokal. Penggunaan warna lokal akan dapat menghalangi gejala globalisasi sosial dan budaya. H.A.R. Tilaar dalam bukunya Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Era Globalisasi menyebutkan bahwa proses globalisasi bergerak sejalan dalam tiga arena kehidupan manusia: arena ekonomi, politik, dan budaya. Dalam arena budaya proses globalisasi menyatakan diri dalam pengaturan sosial dalam kaitannya dengan pertukaran dan ekspresi simbol mengenai fakta, pengertian, kepercayaan, selera, dan nilai-nilai. 2 Sastra warna lokal mempunyai peranan penting dalam memperkenalkan budaya lokal, sekaligus menjadi salah satu langkah dalam pembentukan karakter peserta didik dalam menghargai budaya bangsa dan mengantisipasi pengaruh budaya luar akibat globalisasi terutama pada peserta didik. Adanya warna lokal dalam karya sastra dapat dimanfaatkan oleh guru dalam pembelajaran sastra sebagai sarana untuk menanamkan rasa cinta kebudayaan kepada peserta didik. Memberikan pembelajaran sastra khususnya mengenai warna lokal peserta didik akan lebih menyadari bahwa Indonesia memiliki berbagai macam kebudayaan yang mesti dilestarikan. Di samping itu, peserta didik akan lebih memahami tradisi dan budaya bangsa. Salah satu pengarang yang mengangkat tema warna lokal adalah Dorothea Rosa Herliany. Dorothea Rosa Herliany yang akrab dipanggil Rosa lahir di Magelang, 20 Oktober 1963. Sastrawan yang aktif melahirkan karya berupa kumpulan puisi, kumpulan cerpen, cerita anak, cerita rakyat, novel, dan tulisan non fiksi. Karya-karyanya tersebut telah mendapatkan sejumlah penghargaan diantaranya, yaitu Puisi Lingkungan Hidup Terbaik dari Menteri Lingkungan 2 H.A.R. Tilaar, Pengembangan Sumber Daya Manusia dalam Era Globalisas,. Jakarta: PT Grasindo, 1997, h. 16-17. Hidup 1994, Sastrawan Terbaik dari Persatuan Wartawan Jawa Tengah 1995, Budayawan Terbaik dari Pemerintah Daerah Magelang 1995, Satu dari 19 Wanita Ternama 1997, Majalah Femina 1997, Menerima Anugerah Seni dari Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata RI 2004. Novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany terbit pada Januari 2015. Novel ini kental dengan budaya kearifan lokal tanah Papua. Isinga berarti ibu atau perempuan di Papua. Kisahnya bercerita tentang kehidupan Irewa, perempuan di perkampungan Aitubu, yang harus rela menjadi yonime, yakni alat pendamai dua perkampungan yang bermusuhan. Dua perkampungan itu adalah Aitubu dan Hobone. Cerita yang sarat akan nilai kearifan lokal tanah Papua di dalamnya membuat penulis memilih novel ini menjadi objek penelitian. Alasan dipilihnya novel Isinga sebagai objek penelitian adalah: Pertama, novel Isinga mengangkat kearifan lokal Papua yang belum banyak ditulis oleh para pengarang novel sehingga belum banyak penelitian mengenai warna lokal Papua. Kedua, latar sosial budaya Papua yang kental dalam cerita membuat penulis merasa perlu menganalisis warna lokal yang terdapat dalam novel Isinga. Ketiga, ceritanya yang mengandung wawasan kebudayaan membuat novel ini dapat dijadikan bahan baca karya sastra siswa maupun bahan telaah kebudayaan Papua bagi siswa. Keempat, novel Isinga adalah novel yang baru terbit Januari 2015, sejauh data yang diketahui novel ini belum pernah dianalisis maupun digunakan sebagai objek penelitian sebelumnya. Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan maka penulis akan mengambil judul “Warna Lokal dalam Novel Isinga Karya Dorothea Rosa Herliany dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di SMA” untuk penelitian. Pertama novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany akan diteliti unsur intrinsiknya untuk mengetahui struktur novel, kedua setelah diteliti unsur intrinsiknya dilanjutkan dengan analisis warna lokal dengan pendekatan sosiologi sastra meliputi aspek sosial dan budaya. Unsur sosial meliputi kelas sosial, dinamika sosial, kelompok sosial, lembaga sosial dalam novel tersebut. Serta unsur budaya yang meliputi, bahasa sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi, dan kesenian yang terdapat dalam novel.

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah tersebut, maka beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan adalah sebagai berikut: 1. Sedikit pengarang yang mengangkat latar budaya lokal Papua dalam novel. 2. Sedikit pengarang yang mengangkat latar budaya Papua berasal dari Papua. 3. Sedikit penelitian mengenai warna lokal terutama warna lokal Papua. 4. Pengaruh budaya luar akibat globalisasi mengikis budaya lokal bangsa. 5. Sedikitnya pengetahuan peserta didik tentang kekayaan dan keberagaman budaya yang ada di Indonesia.

C. Batasan Masalah

Dari sejumlah identifikasi masalah yang ada, banyak permasalahan yang dapat diteliti dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany. Untuk menghindari terlalu luasnya pembahasan dan agar penulisan skripsi ini lebih terarah maka penulis membatasi penelitian, yaitu pada permasalahan Warna Lokal dalam Novel Isinga Karya Dorothea Rosa Herliany dan Implikasinya Terhadap Pembelajaran Sastra di SMA.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah seperti telah diuraikan sebelumnya, maka masalah dalam penelitian ini akan dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana wujud warna lokal yang terdapat dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany? 2. Bagaimana implikasi warna lokal dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany terhadap pembelajaran sastra di SMA?

E. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pembaca untuk mendalami makna suatu karya sastra, sebagai bekal meningkatkan apresiasi dan wawasan masyarakat terhadap karya sastra. Secara khusus penelitaian ini bertujuan untuk: 1. Mengungkapkan wujud warna lokal yang terdapat dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany. 2. Menjelaskan implikasi warna lokal dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany terhadap pembelajaran sastra di SMA.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memiliki manfaat yang mencakup aspek teoretis maupun praktis. 1. Manfaat Teoretis a. Mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia diharapkan dapat menggunakan penelitian ini untuk digunakan dalam memotivasi ide atau gagasan baru yang lebih kreatif dan inovatif di masa yang akan datang, demi kemajuan diri dan mahasiswa dan juga memberikan ilmu pengetahuan berupa warna lokal kepada mahasiswa. b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menganalisis sebuah karya sastra, memperoleh pengetahuan mengenai warna lokal dan memberi dorongan kepada peneliti lain untuk melaksanakan penelitian sejenis. c. Pembaca diharapkan dapat memahami warna lokal dan sebagai bahan untuk perbandingan dengan penelitian-penelitian yang telah ada sebelumnya dalam meneliti warna lokal setelah membaca penelitian ini. 2. Manfaat Praktis a. Bagi guru 1 Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai warna lokal yang terdapat dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany. 2 Dapat menjadi alternatif acuan bahan bacaan pada pembelajaran membaca di sekolah dan meningkatkan kecintaan terhadap budaya lokal kepada siswa. b. Bagi siswa 1 Dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai warna lokal yang terdapat dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany. 2 Dapat membangkitkan minat siswa untuk lebih menyenangi karya sastra khususnya novel. 3 Dapat mendorong siswa agar tidak sekadar dapat membaca karya sastra saja, namun dapat melakukan pengkajian lebih mendalam terhadap karya, sehingga membaca karya sastra bukan sekadar untuk mencari hiburan dan mengisi waktu luang namun juga memperoleh pengetahuan. 4 Dapat menumbuhkan dan meningkatkan kecintaan terhadap budaya lokal kepada siswa, sehingga siswa dapat melestarikannya.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik analisis konten content analysis yang seringkali digunakan untuk menelaah isi dari suatu dokumen. Analisis konten ialah strategi untuk menangkap pesan karya sastra. Analisis konten dalam bidang sastra tergolong upaya pemahaman karya dari aspek ekstrinsik. Aspek ekstrinsik tersebut dibedah, dihayati, dan dibahas mendalam. Adapun unsur ekstrinsik yang menarik perhatian analisis konten, yaitu meliputi: a pesan moraletika, b nilai pendidikan didaktis, c nilai filosofis, d nilai religius, e nilai kesejarahan, dan sebagainya. Oleh karena itu, analisis konten hendaknya mengungkapkan kandungan nilai tertentu dalam karya sastra. 3 Dalam bidang sastra sebagian besar data diperoleh secara kualitatif. Dengan demikian, komponen penting dalam analisis ini adalah adanya masalah yang akan dikonsultasikan lewat teori. Itulah sebabnya, karya sastra yang dibedah melalui analisis konten harus memenuhi syarat-syarat memuat nilai-nilai dan pesan yang jelas. Suwardi Endraswara menjabarkan tentang prosedural analisis konten dalam bidang sastra hendaknya memenuhi syarat-syarat: a teks sastra perlu diproses secara sistematis, b teks tersebut dicari unit analisis dan dikategorikan sesuai acuan teori, c proses analisis harus mampu menyumbangkan kesepahaman teori, d proses analisis berdasarkan pada deskripsi, e analisis dilakukan secara kualitatif. 4 Menurut Ratna, metode kualitatif dan analisis isi secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan menyajikan data dalam bentuk deskripsi. Metode kualitatif memberikan perhatian terhadap data alamiah, yaitu data dalam hubungannya dengan konteks keberadaannya. Dalam penelitian karya sastra, akan dilibatkan pengarang, lingkungan sosial di mana pengarang berada, termasuk unsur-unsur kebudayaan pada umumnya. Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksanaan metode analisis isi adalah penafsiran. Apabila proses penafsiran dalam metode kualitatif memberikan perhatian pada situasi alamiah, maka dasar penafsiran dalam metode analisis isi memberikan perhatian pada isi pesan. Oleh karena itulah, metode analisis 3 Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, Yogyakarta: CAPS, 2013, Yogyakarta: CAPS, 2013, h. 161. 4 Ibid., h. 162.