Dari kutipan di atas dijelaskan bahwa masyarakat pantai hidupnya lebih modern. Sudah banyak bangunan seperti sekolah, kantor, rumah sakit,
kantor polisi dan lainnya. Sedangkan kondisi masyarakat di pedalaman sangatlah berbeda. Masyarakat Aitubu, Hobone, dan Mbireri adalah
contoh gambaran kehidupan masyarakat pedalaman. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut:
Tiga perkampungan itu bisa dikata mewakili perampungan yang ada di pedalaman. Tidak diketahui secara pasti, ada berapa banyak
perkampungan seperti itu di Papua. Diperkirakan jumlah suku Papua ada 300 suku. Papua memang sebuah pulau di Indonesia yang paling
besar. Luasnya sekitar 300.000 kilometer persegi. Masing-masing tinggal di tempat yang saling berjauhan. Dipisahkan oleh kondisi alam
yang sulit. Hutan yang lebat. Rawa-rawa. Terpencar-pencar. Juga di lembah-lembah yang curam dan sulit dijangkau. Penghuni suatu
lembah belum tentu punya hubungan dengan penghuni lembah lain. Keadaan geografis yang sulit menyebabkan mereka tidak bisa saling
berkomunikasi dengan baik.
122
Kekurangan berbagai fasilitas di daerah pedalaman Papua menyebabkan banyaknya masyarakat pedalaman terutama anak-anak
busung lapar. Kesadaran akan kebersihan dan kelayakan makanan serta minuman juga belum disadari sepenuhnya oleh masyarakat pedalaman
Papua. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan berikut: ...Secara umum, kelaparan memang sering terjadi di daerah
pedalaman di Pulau Papua. Banyak anak-anak kecil yang badannya kurus. Matanya cekung. Perutnya besar. Itu karena busung lapar.
Mereka kekurangan makanan pokok yang diperlukan bagi pertumbuhan dan kesehatan badan....
123
b. Dinamika Sosial
Dinamika sosial merupakan hal-hal yang berhubungan dengan perubahan-perubahan yang terjadi di dalam kehidupan sosial. Perubahan
sosial dapat menimbulkan gangguan pada keseimbangan sosial yang
122
Ibid., h. 100-101.
123
Ibid., h. 139.
ada.”
124
Objek pembahasan dinamika sosial meliputi: pengendalian sosial, penyimpangan sosial, dan mobilitas sosial. Dalam novel ini pengarang
membahas mengenai penyimpangan sosial dan mobilitas sosial. Penyimpangan sosial merupakan perilaku sejumlah orang yang
dianggap tidak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku sehingga penyimpangan tersebut menimbulkan reaksi-reaksi seperti pergunjingan
masyarakat. Walaupun sudah ada nilai dan norma sebagai pedoman tingkah laku, akan tetapi pola kehidupan yang teratur masih sulit untuk
dicapai. Hal ini diakibatkan kecenderungan manusia itu sendiri yang selalu ingin menyimpang dari tatanan tingkah laku tersebut.
Dalam novel Isinga karya Dorothea Rosa Herliany terdapat penyimpangan sosial dalam masyarakat Papua. Hal ini dapat dilihat dalam
kutipan berikut: Perkampungan Hobone dan perkampungan Aitubu sudah lama
saling bermusuhan. Pada mulanya beberapa anak muda Hobone mencuri babi-babi milik seseorang dari Aitubu yang dipelihara di luar
wilayah hunian. Setelah itu, pemuda lainnya menebang sebuah pohon yang sudah diberi tanda larangan seiye, dipasangi daun pandan
kering melilit ke batang pohon. Itu menandakan si pohon telah milik seseorang, tidak boleh ditebang. Tapi ada orang menebang. Ketahuan.
Ia orang Hobone. Pencurian dan penebangan ini menimbulkan perasaan kesal orang Aitubu.
Suatu hari lain, ada seorang dari Hobone memukuli orang Aitubu. Orang-orang Aitubu tambah marah. Tapi pada pertemuan di rumah
yowi induk perkampungan Aitubu, Bapa Labobar menenangkan mereka, lalu di waktu yang berbeda lagi, seorang pemuda Aitubu
dibunuh oleh pemuda dari Hobone bernama Kwamki. Dan terakhir, yang terbaru, adalah itu: Malom dari Hobone menculik Irewa
125
Dalam kutipan di atas disebutkan bahwa ada penyimpangan sosial yang terjadi di masyarakat di bawah pegunungan Megafu, yaitu pencurian,
pembunuhan, dan penculikan. Kejahatan merupakan salah satu bentuk
124
Selo Soemardjan, Perubahan Sosial di Yogyakarta, Depok: Komunitas Bambu, 2009, Cet. Kedua, h. 451.
125
Dorothea Rosa Herliany, op. cit., h. 34-35.