Ciri-ciri Interaksi Syarat-syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Komunikasi hampir sama dengan kontak. Namun adanya kontak belum tentu komunikasi telah terjadi. Komunikasi menuntut adanya pemahaman makna atas suatu pesan dan tujuan bersama antara masing-masing pihak. Komunikasi memungkinkan kerjasama antara orang perorangan atau antara kelompok-kelompok manusia dan memang komunikasi merupakan salah satu syarat terjadinya kerjasama. Akan tetapi, tidak selalu komunikasi menghasilkan kerjasama bahkan suatu pertikaian mungkin akan terjadi sebagai akibat salah paham atau karena masing-masing tidak mau mengalah.

d. Dasar-dasar Faktor Interaksi Sosial

Menurut Sitorus, sebagaimana dikutip oleh Basrowi, “berlangsungnya suatu interaksi sosial dapat didasarkan pada berbagai faktor, antara lain imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati”. 9 Penjelasan dari imitasi, sugesti, identifikasi dan simpati ialah sebagai berikut: a Imitasi Imitasi adalah suatu proses belajar dengan cara meniru atau mengikuti perilaku orang lain. Dalam interaksi sosial, imitasi dapat bersifat positif, artinya imitasi tersebut mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan nilai-nilai berlaku. Namun, imitasi juga dapat berpengaruh negatif apabila yang dicontoh itu adalah perilaku- perilaku menyimpang. Selain itu, imitasi juga dapat melemahkan atau mematikan kreatifitas seseorang. 10 Gabriel Trade berpendapat, sebagaimana dikutip oleh Gerungan, bahwa “seluruh kehidupan sosial sebenarnya faktor imitasi saja. Meskipun pendapat tersebut berat sebelah, tetapi 9 Basrowi, Pengantar Sosiologi, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005 cet.1, h. 143. 10 Ibid, h. 144. peranan imitasi dalam interaksi sosial tidak kecil”. 11 Misalnya seorang anak yang belajar berbicara, akan menirukan apa yang diucapkan orang dewasa. Jadi, faktor imitasi merupakan faktor yang berpengaruh dalam interaksi sosial. b Sugesti Menurut Basrowi, sugesti adalah “cara pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan cara tertentu sehingga orang tersebut mengikuti pandangan atau pengaruh tersebut tanpa berpikir panjang”. 12 Sugesti terjadi karena pihak yang menerima anjuran tersebut terguguh secara emosional dan biasanya emosi ini menghambat daya pikir rasionalnya. Proses sugesti lebih mudah terjadi apabila orang yang memberikan pandangan itu adalah orang yang beribawa dan bersifat otoriter. Mungkin juga bahwa sugesti terjadi kalau yang memberikan pandangan atau sikap itu adalah kelompok atau masyarakat. Menurut Gerungan, dalam ilmu jiwa sosial sugesti adalah “proses dimana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu”. 13 Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi sosial hampir sama. Bedanya adalah bahwa dalam imitasi itu orang yang satu mengikuti sesuatu di luar dirinya, sedangkan pada sugesti, seseorang memberikan pandangan atau sikap dari dirinya yang lalu diterima oleh orang lain diluarnya. Contoh sugesti ini misalnya, norma-norma kelompok, norma-norma politik, norma-norma susila, dan seterusnya. Dimana norma-norma tersebut akan diikuti oleh banyak orang. 11 Gerungan, Psikologi Sosial, Bandung: Refika Aditama, 2010 ed. 3, cet. 3, h. 58. 12 Basrowi, Pengantar Sosiologi, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005 cet.1, h. 143. 13 Gerungan, Psikologi Sosial, Bandung: Refika Aditama, 2010 ed. 3, cet. 3, h. 61. c Identifikasi Menurut Elly dkk, identifikasi adalah “dorongan untuk menjadi identik atau sama dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah”. 14 Identifikasi lebih mendalam dari imitasi, karena dengan identifikasi, seseorang mencoba menempatkan diri dalam keadaan orang lain, mengidentifikasi dirinya dengan orang lain, bahkan menerima kepercayaan dan nilainya sendiri. Proses identifikasi dapat membentuk kepribadian seseorang, misalnya seseorang merasa sedih melihat orang lain yang mengalami musibah atau merasa iba melihat orang cacat. d Simpati Menurut Basrowi, simpati adalah “perasaan tertarik yang timbul dalam diri seseorang dan membuatnya merasa seolah-olah berada dalam keadaan orang lain”. 15 Dalam hal tertentu, simpati mirip dengan identifikasi, yakni kecenderungan menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Perbedaannya adalah, bahwa di dalam simpati perasaan memegang peranan penting, walaupun drongan utama adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya tanpa memandang status atau kedudukan. Sedangkan identifikasi didorong oleh keinginan untuk menjadi sama dengan pihak lain yang dianggap mempunyai kelebihan atau kemampuan tertentu yang layak ditiru. Proses simpati akan dapat berkembang kalau terdapat faktor saling mengerti.

e. Bentuk-bentuk Interaksi Sosial

Selo Soemardjan membagi bentuk-bentuk interaksi sosial menjadi empat yaitu: 1 kerjasama coorperation, 2 persaingan competition, 3 pertikaian conflict, dan 4 akomodasi accomodation, yaitu bentuk 14 Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana, 2012 ed.2, cet.8, h. 94. 15 Basrowi, Pengantar Sosiologi, Bogor: Ghalia Indonesia, 2005 cet.1, h. 144. penyelesaian dari pertikaian. Masyarakat Inonesia termasuk tipe masyarakat kooperatif dengan cirinya yang khas yaitu gotong royong. Masyarakat Amerika termasuk tipe masyarakat kompetitif, yaitu orang- orang saling berlomba mencari kedudukan atau status, harta, dan lain sebagainya tanpa menindas saingannya. 16 Sedangkan dalam buku Ely M. Setiadi, Gillin dan Gillin mengemukakan bentuk interaksi sosial dapat berupa sebagai berikut: a. Proses Assosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi, asimilasi dan akulturasi. b. Proses disasosiatif, mencakup persaingan yang meliputi pertentangan, dan pertikaian. 17 Menurut Elly M. Setiadi, adapun interaksi yang pokok proses- proses adalah: a. Bentuk Interaksi Assosiatif 1. Kerjasama cooperation Kerjasama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok lainnya. Sehubungan dengan pelaksanaan kerjasama, ada tiga bentuk kerjasama: a Bergaining, pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih. b Cooperation, proses penerimaan unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya keguncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan. c Coalition, kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama. 16 Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, Jakarta: Laboratorium Sosiologi Agama, 2008 h. 59. 17 Elly M. Setiadi, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Jakarta: Kencana, 2010 ed.2, cet.6, h. 97.