5.1 Pembobotan Indikator Hasil Sasaran Strategis 1
Perspektif Sasaran
Indikator hasil 1 Indikator hasil 2
∑ Bobot
Indikator hasil 1
4 8 57,14
Indikator hasil 2
3 6 42,86
TOTAL 6 8
14 100
Keterangan : Indikator hasil 1
: Kompetensi QC Indikator hasil 2
: Pelatihan sistem jaminan keamanan pangan
5.2 Pembobotan Indikator Hasil Sasaran Strategis 2
Perspektif Sasaran
Indikator hasil 1 Indikator hasil 2
∑ Bobot
Indikator hasil 1
4 8 57,14
Indikator hasil 2
3 6 42,86
TOTAL 6 8
14 100
Keterangan : Indikator hasil 1
: Tingkat kepuasan kerja karyawan Indikator hasil 2
: Retensi karyawan
Lampiran 8 Sertifikat HACCP
Lampiran 9 Tugas dan kewajiban anggota tim HACCP
No. Jabatan
Tugas dan tanggung jawab dalam HACCP
1. Direktur Pemimpin tim HACCP
a. Memutuskan kebijakan
b. Memimpin pemeriksaan HACCP secara
periodic c.
Memeriksa QC secara periodic d.
berinteraksi dengan pelanggan berhubungan dengan penolakan produk
2 .
Koordinator QA Pemimpin tim HACCP
a. Mengkoordinasikan pelaksanaan HACCP dan
memeriksa catatan. b.
Mengaudit secara periodik dan memeriksa pelaksanaan GMP, SOP dan SSOP.
c. Mengaudit fasilitas
d. Pelatihan dan perekrutan
e. Penghubung dengan pemerintah, lembaga
yang berwenang melakukan audit, hal-hal yang berhubungan dengan persetujuan, dan
lain-lain. 3.
Quality Kontrol Anggota tim HACCP
a. Mendokumentasikan HACCP dan
memperbaharui. b.
Pemeriksaan setiap akhir minggu, dan pelatihan.
c. Pengawasan dan mendukung pelaksanaan
HACCP, SOP, SSOP. d.
Pemeriksaan produk. e.
Spesifikasi pelanggan untuk produk. f.
Pengendalian hama 4.
Quality Kontrol Laboratorium
Anggota tim HACCP a.
Mengambil controh produk untuk analisis mikrobiologi TPC, E.coli, Salmonella, dll,
pemeriksaan histamin. b.
Mengambil contoh air dan es untuk analisis c.
Tes gores swabbing test untuk pekerja dan peralatan.
d. Mendokumentasikan HACCP dan
memperbaharui. 5. Pemimpin bagian
produksi Anggota tim HACCP
a. Implementasi SOP
b. Memeriksa dan mengaudit SOP
c. Pengawasan produk
6. Bagian Pembelian Purchasing
Anggota tim HACCP a.
Membantu pengadaan fasilitas b.
SSOP, pembelian bahan baku c.
Logistik dan penyimpanan d.
Keamanan pabrik 7. Mekanik
Anggota tim HACCP a.
GMP mesin b.
Pemeriksaan es, air, uap air dan tenaga. c.
Memelihara refrigerator, lampu, AC, ventilasi d.
Pemeliharaan semua peralatan 8.
Manager ekspor Anggota tim HACCP
a. Melakukan ekspor dan pendokumentasian
b. Mengkoordinasikan pelanggan
c. Pendokumentasian dan berhubungan dengan
pelanggan. d.
Memeriksa pengiriman produk.
Lampiran 10 Analisis bahaya tuna loin PT X
No. Alur Proses
Penyebab bahaya
Bahaya potensial
SSOPGMP mampu mengendalikan
bahaya Apakah bahaya potensial signifikan Pembenaran
Upaya pencegahan
SSOP GMP Resiko Peluang
Yes No
1. Penerimaan bahan baku
Sanitasi yang tidak baik
E.coli v
- L
M -
v Dikontrol dengan baik oleh SSOP
rekaman data sanitasi Form 08 09 -
Pemeriksaaan suhu dan
kesegaran ikan uji
organoleptik saat
kedatangan ikan.
- ikan ditolak jika
ditemukan dekomposisi
Form 1 Penyalahguna
an waktu dan suhu
Dekomposisi - v M M
v - Kemungkinan terjadi
sebelum penerimaan bahan baku
Kimia : Histamin
- - M M
v - Histamin mungkin
mengalami kenaikan sebelum penerimaan bahan
baku jika suhu tidak dipertahankan ≤
3 C.
Penanganan yang tidak
baik Fisik:
Kerusakan fisik -
v L
L -
v Dilakukan dengan hati-hati dan
menggunakan keterampilan pekerja.
2. Pencucian Kualitas
air dan es tidak
sesuai standar Biologi:
TPC Total Plate Count
v v
L L
- v
Dikontrol dengan baik oleh SSOP Lemabr sanitasi dan analisis air serta
es Penyalahguna
an waktu dan suhu
Kimia : Histamin
- v L M - v Suhu
dipertahankan ≤ 3
C. 3. Pendingina
n Chilling Kontaminasi
dari air dan es Biologi:
TPC Total Plate Count
v -
L M
- v
Dikontrol dengan baik oleh SSOP Lembar sanitasi dan analisis air serta
es Penyalahguna
an waktu dan suhu
Kimia : Histamin
- v L M - v Suhu
dipertahankan ≤ 3
C. 4.
Pemfilletan Kontaminasi
dari air dan es Biologi:
TPC Total Plate Count
v -
L M
- v
Dikontrol oleh SSOP rekaman data sanitasi
Penyalahguna an waktu dan
suhu Kimia :
Histamin - v L M
- v Suhu dipertahankan
≤ 3 C.
5. Pembuanga
n kulit Sanitasi yang
tidak baik Biologi :
TPC E.coli
v -
L L
- v
Dikontrol oleh SSOP rekaman data sanitasi
104
Penyalahguna an waktu dan
suhu Kimia :
Histamin - v L M
- v Suhu dipertahankan
≤ 3 C.
6 Perapihan
Sanitasi yang tidak baik
Biologi : TPC
E.coli v
- L
L -
v Dikontrol oleh SSOP rekaman data
sanitasi Penyalahguna
an waktu dan suhu
Kimia : Histamin
- v L M - v Suhu
dipertahankan ≤ 3
C. 7.
Penimbang an
Sanitasi yang tidak baik
Biologi : TPC
E.coli v
- L
L -
v Dikontrol oleh SSOP rekaman data
sanitasi Penyalahguna
an waktu dan suhu
Kimia : Histamin
- v L M - v Suhu
dipertahankan ≤ 3
C. 8. Pengemasa
n vakum Sanitasi yang
tidak baik Biologi :
TPC E.coli
v v L L - v Dikontrol
dengan SSOP
rekaman sanitasi dan GMP Form 05
Penyalahguna an waktu dan
suhu Kimia :
Histamin -
v L
M -
v Dikontrol dengan SSOP rekaman
sanitasi dan GMP Form 05 9.
Pendingina n
Penyalahguna an waktu dan
suhu Kimia :
Histamin - v L M
- v Suhu dipertahankan
≤ 3 C.
10. Pengemasa n
Kebocoran segel plastik
bocor Biologi :
TPC v v M M
v - Dikontrol dengan
SSOP rekaman
sanitasi dan GMP Form 05 Pemeriksaaan
dilakukan setiap 30
menit Form 05
Penyalahguna an waktu dan
suhu Kimia :
Histamin -
v L
M -
v Dikerjakan dengan cepat untuk
menghindari peningkatan suhu
105
Lampiran 11 Identifikasi CCP pada PT X.
No. Alur proses
Bahaya signifikan
Pengendalian telah dilakukan oleh Pre
Requisite Program GMP dan SSOP?
jika YA lanjut ke analisis bahaya
berikutnya. jika TIDAK lanjut
ke Q1 Apakah ada upaya pencegahan
pada tahap tsb. Atau tahap berikutnya terhadap bahaya
yang diidentifikasi? jika TIDAK : bukan CCP
dan perlu ada modifikasi tentang alur, tahap danatau
produknya. jika YA : lanjut ke Q2
Apakah tahap ini mengeliminasimere
duksi kemungkinan terjadinya bahaya
pada tingkat yang diterima?
jika YA : CCP jika TIDAk :
lanjut ke Q3 Apakah resiko terhadap
bahaya dapat terjadi melewati batas yang
diterima, atau dapat meningkat sampai pada batas
yang tidak dapat diterima? jika TIDAK : bukan CCP
jika YA : lanjut ke Q4 Apakah tahap selanjutnya
dapat mengeliminasi bahaya yang diidentifikasikan atau
mereduksi kemungkinan terjadinya pada batas yang
dapat diterima? jika YA : Bukan CCP
jika TIDAK : CCP CCP
1. Penerimaan bahan baku
E.coli No No
- Dekompisis
i Yes
No No
- Histamin No
Yes Yes
Yes No CCP
Bahaya fisik
No No -
2. Pencucian TPC
No No
- Histamin No
No -
3. Pendinginan
TPC No
No -
Histamin No No
- 4. Pemfilletan TPC
No No
- Histamin No
No -
5. Pembuangan kulit
TPC No
No -
Histamin No No
- 6. Perapihan
TPC No
No -
Histamin No No
- 7.
Penimbangan TPC
No No
- Histamin No
No -
8. Pengemasan
vakum TPC
No No
- Histamin No
No -
9. Pendinginan Histamin No No
- 10. Pengepakan TPC
Yes No
No -
Histamin No No
- 11. Penyimpanan TPC
No No
-- Histamin No
No -
106
Lampiran 12 Data kandungan histamin a.
Data evaluasi suhu cold storage selama bulan Mei-Juli
Sampel Histamin Sampel
Histamin Sampel
Histamin
1 1,5
31 3,9
61 2,4
2 1,2
32 5,5
62 3,2
3 1,5
33 6,9
63 1,8
4 0,9
34 1,4
64 1,5
5 1,3
35 0,8
65 1,9
6 1,3
36 1,1
66 3,6
7 1,9
37 6,4
67 2,2
8 1,9
38 0,8
68 2,3
9 2,3
39 2,6
69 3,8
10 2,1
40 4,4
70 2,9
11 2,4
41 3,8
71 1,5
12 2,4
42 5,1
72 4,8
13 4,8
43 0,8
73 1,6
14 5,1
44 1,8
74 0,4
15 7,1
45 4,7
75 0,6
16 6,4
46 8,7
76 1,3
17 6,9
47 0,5
77 1,8
18 5,6
48 1,4
78 1,9
19 3,1
49 0,8
79 0,6
20 5,8
50 0,4
80 0,4
21 6,1
51 2
81 0,3
22 0,7
52 4,1
82 1,5
23 1,1
53 2,5
83 1,2
24 1,1
54 7,4
84 1,6
25 5,8
55 0,9
85 2,3
26 1,6
56 2,6
86 2
27 2,2
57 0,8
87 4,8
28 2,1
58 1,2
88 5,6
29 4,1
59 1,5
89 1,9
30 3,9
60 2,2
b. Data verifikasi suhu cold storage bulan Agustus-September
Sampel Histamin Sampel Histamin
1 0,8
17 1,1
2 0,8
18 1,9
3 1,5
19 1,8
4 0,8
20 0,4
5 0,9
21 0,3
6 0,8
22 0,5
7 1,6
23 0,6
8 1,8
24 1,7
9 4,9
25 1,5
10 5,6
26 1,1
11 3,6
27 1,5
12 6
28 1,4
13 0,4
29 2,5
14 1,1
30 1,9
15 1
31 1,1
16 2,5
Contoh perhitungan
¾ USL = 10 ppm
¾ rata-rata = 2,729
¾ standar deviasi = 1,984
¾ X-bar = 2,729
¾ DPMO USL = P[ z ≥ USL – Xbar s ] x 1.000.000
= P[z ≥ 10-2,7291,984] x 1.000.000
= P [ z ≥ 3,6654] x 1.000.000
= 1- P [ ≤ 3,6654 ] x 1.000.000
= 1-0,9998766
x 1.000.000
= 123,4338
Berdasarkan Tabel Konversi nilai DPMO ke nilai sigma Lampiran 8 diperoleh nilai sigma sebesar 5,227.
Penentuan nilai standar deviasi maksimal Smaks, dilakukan dengan persamaan S
maks
, karena proses hanya mempunyai satu batas spesifik.
¾ S
maks
=
,
,7 9 =
2,723 ¾
UCL = X-bar + 1,5 x S
maks
= 2,729 + 1,5 x 2,723 =
6,814
¾
C
pm √
C
pm ,
,
= 0,89
Lampiran 13 Kuesioner kepuasan kerja karyawan
Bagian 1. Kuesioner Kepuasan Karyawan
Petunjuk Pengisian : 1.
Kuesioner ini khusus dijawab oleh karyawan PT X 2.
Bacalah pertanyaan dengan seksama, kemudian beri tanda √ sesuai dengan pilihan Anda.
3. Jika ada butir pertanyaan yang tidak jelas dapat ditanyakan kepada
petugas yang memberikan kuesioner.
I. Identitas Responden
Nama :…………………………………………………
Alamat :………………………………………………………… Jenis kelamin :…………………………………………………
Usia :…………………………………………………
Jabatan : Manajer
Kepala Bagian Produksi Karyawan
Teknisi lainnya sebutkan……………………….
Pendidikan terakhir Anda ? SD
SMP SMA
Diploma S1
S2 S3
Lama Bekerja di PT X 1 tahun
1-5 tahun 6-10 tahun
10 tahun
Kuesioner ini digunakan sebahai bahan penyusunan skripsi “Peningkatan Kinerja HACCP dengan Pendekatan Balanced Scorecard “, Oleh Fedwi Anggi Indrayani
C34061478. Mahasiswa Program Sarjana Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Jenis penghargaan yang pernah diberikan oleh perusahaan ? Bonus
Ruang kerja Promosi jabatan
II. Pertanyaan
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda silang
√
jawaban sesuai pilihan Anda Keterangan : A. Sangat Memuaskan
nilainya : 5 B. Memuaskan
nilaianya : 4 C. Cukup Memuaskan
nilainya : 3 D. Kurang Memuaskan
nilaianya : 2 E. Tidak Memuaskan
nilaianya : 1 No Atribut-atribut
kepuasan kerja Alternatif
jawaban A B C
D E
1. Gaji dan tunjangan bonus,
insentif, dan cuti tahunan yang diberikan.
2. Hubungan dengan atasan.
3. Hubungan dengan rekan kerja.
4. Kondisi lingkungan kerja di
kantor. 5.
Sistem perlindungan perusahaan terhadap karyawannya
menggunkan K3 Keselamatan, dan Kesehatan Kerja
6. Fasilitas yang diberikan
perusahaan. 7.
Kenyamanan dan kebersihan tempat kerja.
8. Bimbingan dan arahan dari atasan.
9. Kesempatan untuk promosi naik
jabatan. 10. Pemberian
penghargaan atas
prestasi kerja.
Lampiran 14 Hasil uji validitas dan reliabilitas
1. Hasil uji validitas
Pertanyaan ke 1
Pertanyaan ke 2
Pertanyaan ke 3
Pertanyaan ke 4
Pertanyaan ke 5
Pertanyaan ke 6
Pertanyaan ke 7
Pertanyaan ke 8
Pertanyaan ke 9
Pertanyaan ke 10
Pertanyaan ke 1
Pearson Correlation 1
,536 ,287
,181 ,074
-,111 ,429
-,144 ,034
- ,083
Sig. 2-tailed ,110
,422 ,617
,839 ,760
,217 ,691
,927 ,820
N 10
10 10
10 10
10 10
10 10
10 Pertanyaan ke
2 Pearson Correlation
,536 1
,584 ,654
,704 -,050
,517 ,448
,545 ,449
Sig. 2-tailed ,110
,076 ,040
,023 ,890
,126 ,194
,103 ,193
N 10
10 10
10 10
10 10
10 10
10 Pertanyaan ke
3 Pearson Correlation
,287 ,584
1 ,420
,430 ,215
,369 ,000
,195 ,385
Sig. 2-tailed ,422
,076 ,227
,214 ,551
,294 1,000
,590 ,272
N 10
10 10
10 10
10 10
10 10
10 Pertanyaan ke
4 Pearson Correlation
,181 ,654
,420 1
,362 ,000
,387 ,504
,327 ,243
Sig. 2-tailed ,617
,040 ,227
,305 1,000
,269 ,138
,356 ,500
N 10
10 10
10 10
10 10
10 10
10 Pertanyaan ke
5 Pearson Correlation
,074 ,704
,430 ,362
1 ,167
,429 ,371
,452 ,497
Sig. 2-tailed ,839
,023 ,214
,305 ,645
,217 ,291
,189 ,144
N 10
10 10
10 10
10 10
10 10
10 Pertanyaan ke
6 Pearson Correlation
-,111 -,050
,215 ,000
,167 1
,667 ,062
-,050 ,000
Sig. 2-tailed ,760
,890 ,551
1,000 ,645
,035 ,865
,890 1,000
N 10
10 10
10 10
10 10
10 10
10 Pertanyaan ke
7 Pearson Correlation
,429 ,517
,369 ,387
,429 ,667
1 ,027
,302 ,319
Sig. 2-tailed ,217
,126 ,294
,269 ,217
,035 ,942
,397 ,368
N 10
10 10
10 10
10 10
10 10
10 Pertanyaan ke
8 Pearson Correlation
-,144 ,448
,000 ,504
,371 ,062
,027 1
,448 ,138
Sig. 2-tailed ,691
,194 1,000
,138 ,291
,865 ,942
,194 ,703
N 10
10 10
10 10
10 10
10 10
10 Pertanyaan ke
9 Pearson Correlation
,034 ,545
,195 ,327
,452 -,050
,302 ,448
1 ,899
Sig. 2-tailed ,927
,103 ,590
,356 ,189
,890 ,397
,194 ,000
111
N 10
10 10
10 10
10 10
10 10
10 Pertanyaan ke
10 Pearson Correlation
-,083 ,449
,385 ,243
,497 ,000
,319 ,138
,899 1
Sig. 2-tailed ,820
,193 ,272
,500 ,144
1,000 ,368
,703 ,000
N 10
10 10
10 10
10 10
10 10
10
Correlation is significant at the 0.05 level 2-tailed. Correlation is significant at the 0.01 level 2-tailed.
112
2 Hasil uji reliabilitas kuesioner kepuasan kerja Reliability Statistics
Cronbachs Alpha
N of Items
,805 10
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted Corrected
Item-Total Correlation
Cronbachs Alpha if Item
Deleted Pertanyaan ke 1
31,60 17,822
,227 ,825
Pertanyaan ke 2 31,30
15,344 ,860
,746 Pertanyaan ke 3
30,90 16,322
,539 ,781
Pertanyaan ke 4 31,40
15,378 ,554
,780 Pertanyaan ke 5
31,70 16,900
,624 ,775
Pertanyaan ke 6 31,70
19,344 ,144
,819 Pertanyaan ke 7
31,80 16,178
,644 ,770
Pertanyaan ke 8 31,00
18,667 ,317
,804 Pertanyaan ke 9
31,30 16,900
,549 ,781
Pertanyaan ke 10 31,40
17,156 ,493
,787
Scale Statistics
Mean Variance
Std. Deviation
N of Items
34,90 20,544
4,533 10
RINGKASAN FEDWI ANGGI INDRAYANI. Analisis Kinerja Perusahaan Tuna Loin dengan
Pendekatan Balanced Scorecard untuk Penyusunan Strategi Peningkatan Keberhasilan HACCP. Dibimbing oleh WINI TRILAKSANI dan BAMBANG
RIYANTO
Penelitian ini bertujuan menganalisis kinerja perusahaan tuna loin dengan pendekatan balanced scorecard untuk penyusunan strategi peningkatan
keberhasilan HACCP. Metodologi penelitian ini meliputi penyusunan kerangka balanced scorecard, pembobotan keempat perspektif balanced scorecard, analisis
kinerja keempat persepektif balanced scorecard dan penyusunan rencana perbaikan berdasarkan balanced scorecard. Jenis data yang digunakan adalah data
hasil rekaman record keeping selama bulan Agustus sampai September 2010, penilaian program kelayakan dasar dan HACCP, serta kuesioner pembobotan
keempat perspektif balanced scorecard dan kuesioner kepuasan kerja.
Hasil penyusunan kerangka balanced scorecard memperlihatkan bahwa pada perspektif keuangan PT X memiliki sasaran strategis peningkatan
profitabilitas dengan indikatornya ROI
Return On Investment
dan peningkatan penjualan dengan indikatornya jumlah penjualan produk tuna. Sasaran strategis
perspektif pelanggan yaitu peningkatan kepuasan pelanggan dan penguatan citra produk serta layanan. Indikator hasil untuk peningkatan kepuasan pelanggan yaitu
kualitas produk dan tingkat keluhan pelanggan, sedangkan indikator hasil untuk penguatan citra produk serta layanan adalah tingkat kepercayaan pelanggan,
kualitas layanan, dan sistem informasi pelanggan.
Pada perspektif proses bisnis internal yaitu peningkatan kualitas produk dengan indikator hasilnya implementasi HACCP yang dibagi ke dalam dua topik
yaitu penilaian kelayakan dasar dan evaluasi HACCP, serta indikator hasil kedua yaitu pengendalian bahaya histamin pada produk tuna. Hasil penilaian kelayakan
dasar PT X memperlihatkan bahwa terdapat 1 penyimpangan minor dan 3 penyimpangan mayor sehingga dapat dikategorikan PT X memiliki nilai
kelayakan dasar A. Evaluasi HACCP pada PT X meliputi 12 tahapan HACCP dimana pada tahapan yang menjadi CCP adalah pada penerimaan bahan baku.
Bahaya utama pada tahapan penerimaan bahan baku adalah kadar histamin yang tidak boleh melebihi 30 ppm. Oleh karena itu diperlukan analisis pengendalian
bahaya histamin pada produk tuna menggunakan konsep six sigma. Berdasarkan data verifikasi pengujian histamin pada bulan Agustus-September memperlihatkan
bahwa nilai sigma untuk proses pengujian histamin adalah 5,39 dengan DPMO 50 dan nilai Cpm 1,797; sedangkan berdasarkan data evaluasi histamin pada bulan
Mei-Juli memperlihatkan nilai 2,67 sigma dengan DPMO 175,622 dan nilai Cpm 0,89, sehingga dapat diartikan bahwa kemampuan pengendalian histamin pada
bulan Agustus-September lebih baik dibandingkan pada bulan Mei-Juli.
Sasaran strategis pada perspektif pertumbuhan dan pembelajaran yaitu peningkatan kompetensi karyawan dengan indikator hasilnya yaitu tingkat
kompetensi QC dan pelatihan sistem jaminan mutu. Berdasarkan hasil penilaian tingkat kompetensi QC memperlihatan hasil bahwa semua QC yang menangani
bahan baku, laboratorium dan cold storage memiliki nilai expert. Sedangkan
peningkatan komitmen serta loyalitas dengan indikator hasilnya yaitu tingkat kepuasan kerja karyawan dan tingkat retensi karyawan. Tingkat kepuasan
karyawan dianalisis menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada 40 panelis. Hasil analisis kepuasan kerja karyawan PT X adalah 5 orang dengan tingkat
kepuasan kerja
≥ 50; 18 orang dengan tingkat kepuasan ≥ 60; 13 orang dengan tingkat kepuasan kerja
≥ 70; 3 orang dengan tingkat kepuasan kerja ≥ 80; dan hanya 1 orang dengan tingkat kepuasan kerja
≥ 90. Jumlah karyawan yang mengundurkan diri selama setahun adalah 8 orang, menunjukkan bahwa
tingkat retensi karyawannya cukup besar 90, 805 atau dapat dikatakan bahwa frekuensi pergantian karyawannya rendah.
Hasil pembobotan untuk perspektif keuangan 33,33 ; perspektif pelanggan 19,44 ; perspektif bisnis internal 27,78 ; dan perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan 19,44 . Berdasarkan hasil pembobotan perspektif balanced scorecard memperlihatkan bahwa PT X lebih memprioritaskan strategi keuangan
dibandingkan dengan strategi yang lainnya, hal ini terkait dengan misi perusahaan yaitu memaksimalkan kinerja keuangannya.
ANALISIS KINERJA PERUSAHAAN TUNA LOIN DENGAN PENDEKATAN BALANCED SCORECARD UNTUK
PENYUSUNAN STRATEGI PENINGKATAN KEBERHASILAN HACCP
FEDWI ANGGI INDRAYANI C34061478
DEPARTEMEN TEKNOLOGI HASIL PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2011
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Saat ini, keamanan pangan merupakan masalah dan isu penting dalam produksi pangan dunia, terlebih dengan makin banyaknya kasus keracunan
pangan yang terjadi di berbagai negara Beulens et al. 2003. WHO 1999 mencatat bahwa sekitar 81 juta orang
setiap tahunnya menderita sakit akibat keracunan makanan dan 9.000 kasus diantaranya menyebabkan kematian.
Berdasarkan data kasus keracunan pangan yang terjadi di Amerika Serikat setiap tahunnya, dari 76 juta jiwa yang keracunan, terdapat 5.000 kasus yang
menyebabkan kematian dan sebanyak 350.000 jiwa dirawat di rumah sakit dengan menghabiskan biaya sekitar 7 milyar dolar Mead et al. 1999. Kasus keracunan
makanan di Cina diperkirakan terjadi sekitar 2.700 kasus setiap tahunnya, dimana sekitar 2,4 juta menyebabkan kematian untuk anak-anak di bawah usia lima tahun
WHO, 1997. Sedangkan berdasarkan data Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, Layanan Kesehatan Masyarakat Amerika Serikat Centers for Disease
Control and Prevention menunjukkan bahwa pada tahun 2005 tercatat sebanyak 1.400 kasus akibat keracunan makanan. Kasus ini terlihat cenderung meningkat,
dimana pada tahun 2007 telah terjadi 21.244 kasus keracunan makanan dan 18 kasus telah menyebabkan kematian CDC 2007.
Melihat masih banyaknya kasus keracunan akibat makanan dan berdampak pada kematian, maka sejak tahun 1993 FAO dan WHO melalui Codex
Alimentarius Comitte telah merekomendasikan HACCP sebagai suatu sistem yang paling efektif dalam menjamin keamanan pangan WHO 1995. Konsep HACCP
Hazard Analysis Critical Control Point diadopsi dalam sistem manajemen keamanan pangan karena dapat diterapkan dengan pendekatan yang sistematik
dalam mengidentifikasi dan mengendalikan bahaya-bahaya potensial pada setiap tahapan proses untuk memastikan keamanan pangan produk yang diolah dan
dikonsumsi. Konsep HACCP ini berfokus pada tindakan pencegahan, dengan cara melakukan analisis terhadap bahaya potensial yang ada, melakukan identifikasi
titik kendali kritis pada setiap tahapan proses dan selanjutnya menerapkan sistem pengendalian pada setiap titik kendali kritis yang ada tersebut CAC 2003.
Meskipun penggunaan HACCP sudah tersebar luas pada industri makanan, namun Wallace et al. 2011 mencatat beberapa kejadian timbulnya bahaya
keamanan pangan pada industri pangan yang telah menerapkan program HACCP. Sebagai contoh tercatat di Jepang pada tahun 2000, dimana terjadi kontaminasi
Staphylococcus aureus pada produk susu dan yogurt yang disebabkan oleh monitoring suhu pada titik kendali kritis penyimpanan susu mentah yang tidak
tercatat dengan baik saat terjadinya pemadaman listrik. Pada tahun 2006, tercatat terjadi 60 kasus kontaminasi Salmonella montevideo pada produk coklat di
Amerika yang ternyata diakibatkan dari adanya kebocoran pipa air limbah yang menetes ke dalam area produksi pembuatan coklat. Selain itu pernah juga
dilaporkan bahwa di Amerika Serikat pada tahun 1982 telah terjadi wabah besar akibat kontaminasi E.coli. Kejadian tersebut ternyata diakibatkan dari hamburger
yang dikonsumsi tidak matang. Akibat kejadian tersebut 500.000 orang mengalami keracunan Riley et al.1983. Kejadian-kejadian tersebut menunjukkan
bahwa permasalahan dalam pengelolaan industri pangan merupakan masalah yang komplek dan memerlukan perencanaan yang matang dalam pelaksanaannya,
terutama penerapan pelaksanaan program HACCP. Belum modernnya sistem manajemen rantai pasokan supply chain management, sistem ketelusuran
traceability dan penarikan produk recall procedur, serta surveilance yang buruk dapat juga mengindikasikan bahwa masih kurang berhasilnya penerapan
program HACCP ini, contoh kasus ini adalah kesalahan pelabelan pada produk tuna beku Indonesia yang terjadi pada tahun 2008 di Australia, yang
menyebabkan kerugian yang sangat besar pada produsen tuna Indonesia, akibat dari adanya penolakan para pemasok tuna di Australia Rushdy et al. 1998.
Penerapan HACCP pada industri perikanan tuna tentu juga akan membawa implikasi pada persaingan antar perusahaan pengolahan tuna untuk menghasilkan
produk tuna yang bermutu baik, selain tantangan akan bahaya histamin. Berdasarkan laporan Rapid Alert Sistem for Food and Feed RASFF Uni Eropa
menunjukkan bahwa pada tahun 2007 terdapat 7 kasus penolakan tuna dari Indonesia dengan 4 kasus disebabkan tingginya kadar histamin EC 2007.
Kemudian Food and Drugs Administration USA juga melaporkan bahwa sebanyak 13 kasus penolakan tuna asal Indonesia selama tahun 2008 diakibatkan