peningkatan mutu produk maupun peningkatan kualitas sumber daya yang dimilikinya.
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini menganalisis kinerja perusahaan tuna loin dengan pendekatan balanced scorecard untuk penyusunan strategi peningkatan
keberhasilan implementasi HACCP.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tuna Loin Beku
Tuna loin beku adalah produk yang dibuat dari tuna segar atau beku yang mengalami perlakuan penyiangan, pembelahan membujur menjadi empat bagian
loin, pembuangan daging gelap dark meat, pembuangan lemak, pembuangan kulit, perapihan, dan pembekuan cepat dengan suhu pusatnya maksimum -18
o
C BSN 2006. Berikut ini adalah klasifikasi ikan tuna menurut Saanin 1984 :
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata Thunnus Class :
Teleostei Subclass :
Actinopterygii Ordo :
Perciformes Subordo :
Scrombidei Family :
Scrombridae Genus :
Thunnus Spesies :
Thunnus obesus bigeye tuna, tuna mata besar Thunnus
alalunga albacore, tuna alcar Thunnus albacore yellowfin tuna, madidihang
Thunnus macoyii southtern bluefin tuna, tuna sirip biru selatan
Thunnus thynnus
nouthtern bluefin tuna, tuna sirip biru utara Thunnus tongkol longtail tuna, tuna ekor panjang
Gambar 1 Ikan Tuna Kardarron 2007.
Cara penanganan dan pengolahan ikan tuna loin berdasarkan ketentuan SNI 01-4104.3-2006 meliputi:
1 Penerimaan
Bahan baku yang diterima di unit pengolahan diuji secara organoleptik, untuk mengetahui mutunya. Bahan baku kemudian ditangani secara hati-
hati, cepat, cermat dan saniter dengan suhu pusat produk maksimal 4,4 °C. 2
Penyiangan atau tanpa penyiangan Apabila ikan yang diterima masih dalam keadaan utuh, ikan disiangi dengan
cara membuang kepala dan isi perut. Penyiangan dilakukan secara cepat, cermat dan saniter sehingga tidak menyebabkan pencemaran pada tahap
berikutnya dengan suhu pusat produk maksimal 4,4 °C. 3
Pencucian 1 khusus yang menggunakan bahan baku segar. Ikan dicuci dengan hati-hati menggunakan air bersih dingin yang mengalir
secara cepat, cermat dan saniter untuk mempertahankan suhu pusat produk maksimal 4,4 °C.
4 Pemotongan daging pembuatan loin
Pembuatan loin dilakukan dengan cara membelah ikan menjadi empat bagian secara membujur. Proses pembuatan loin dilakukan secara cepat,
cermat dan saniter dan tetap mempertahankan suhu pusat produk 4,4 °C. 5
Pengulitan dan perapihan Tulang, daging merah, dan kulit yang ada pada loin dibuang hingga bersih.
Pengulitan dan perapihan dilakukan secara cepat, cermat dan saniter dan tetap mempertahankan suhu produk 4,4 °C.
6 Sortasi mutu
Sortasi mutu dilakukan dengan memeriksa loin apakah masih terdapat tulang, duri, daging merah dan kulit secara manual. Sortasi dilakukan secara
hati-hati, cepat, cermat dan saniter dengan suhu pusat produk maksimal 4,4°C.
7 Pembungkusan
Loin yang sudah rapi selanjutnya dikemas dalam plastik secara individual vakum maupun tidak vakum. Proses pembungkusan dilakukan secara cepat,
cermat dan saniter dan tetap mempertahankan suhu pusat produk maksimal 4,4 °C.
8 Pembekuan
Loin yang sudah dibungkus kemudian dibekukan dengan alat pembeku seperti ABF hingga suhu pusat ikan mencapai maksimal –18 °C dalam
waktu maksimal 4 jam. 9
Penimbangan Loin ditimbang satu per satu dengan menggunakan timbangan yang sudah
dikalibrasi. Penimbangan dilakukan dengan cepat, cermat dan saniter serta tetap mempertahankan suhu pusat produk maksimal -18 °C.
10 Pengepakan
Loin yang telah dilepaskan dari pan pembeku, kemudian dikemas dengan plastik dan dimasukkan dalam master carton secara cepat, cermat dan
saniter. 11
Pengemasan Produk akhir dikemas dengan cepat, cermat secara saniter dan higienis.
Pengemasan dilakukan dalam kondisi yang dapat mencegah terjadinya kontaminasi dari luar terhadap produk.
12 Pelabelan dan pemberian kode
Setiap kemasan produk tuna loin beku yang akan diperdagangkan diberi tanda dengan benar dan mudah dibaca, mencantumkan bahasa yang
dipersyaratkan disertai keterangan sekurang-kurangnya sebagai berikut : a
Jenis produk b
Berat bersih produk c
Nama dan alamat lengkap unit pengolahan secara lengkap d
Bila ada bahan tambahan lain diberi keterangan bahan tersebut e
Tanggal, bulan, dan tahun produksi f
Tanggal, bulan, dan tahun kadaluarsa Berdasarkan hasil penelitian Sanker et al. 2008 mengenai pengaruh
pengemasan vakum pada produk tuna yang disimpan pada suhu 0
o
C sampai 2
o
C, memperlihatkan bahwa kemasan vakum mampu memperpanjang daya awet.
Selain itu, selama pembekuan dan penyimpanan, otot ikan dapat mengalami
sejumlah perubahan. Denaturasi protein dan agregasi protein miofibrillar yang dapat menyebabkan perubahan dalam sifat fungsional dari protein otot ikan
sehingga akan kehilangan daya ikat air dan terjadi perubahan tekstur Baroso et al. dalam Martines et al. 2010.
2.2 Histamin