Daya Pembeda Soal Pemahaman

70 Rumus yang digunakan untuk mencari daya pembeda adalah: Keterangan: D = Daya pembeda butir JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah BA = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab benar BB = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab benar PA = Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Suharsimi Arikunto, 2005:214 Untuk menafsirkan tingkat kesukaran tersebut, dapat digunakan kriteria yang disajikan pada Tabel 2. Tabel 9. Kriteria Daya Pembeda Soal Indeks Daya Beda Soal D Kategori Soal Nomor Butir Soal Siklus I Siklus II 0,71 – 1,00 Baik Sekali 1,3,10 6,8,15,16,20 0,41 – 0,70 Baik 2,4,5,6,7,8,9 1,2,4,5,10,12,13,17, 18,19 0,21 – 0,40 Sedang - 3,7,9,11,14 0,00 – 0,20 Buruk - - Instrumen terbagi atas soal siklus I dan siklus II. Soal siklus I membahas tentang Makanan Cepat Saji, sedangkan soal pada siklus II membahas mengenai Teknik Olah dan Kemasan Makanan Cepat Saji. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan program iteman, menunjukkan bahwa instrumen siklus I memiliki daya pembeda tiap butir soal dengan kategori baik. Instrumen siklus II memiliki daya pembeda tiap butir soal dengan kategori baik. 71

H. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian tindakan kelas menurut FX Sudarsono 2007 tujuannya adalah untuk memperoleh bukti kepastian apakah terjadi perbaikan, peningkatan atau perubahan yang diharapkan. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Menurut Sugiyono 2009:29 statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara menggambarkan data yang telah terkumpul bagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dari hasil observasi pembelajaran di kelas dan hasil tes pemahaman siswa. Hasil tes tersebut merupakan data kuantitatif yang tersaji dalam bentuk angka-angka sehingga dapat dianalisis menggunakan statistik deskriptif kuantitatif. Sedangkan hasil observasi kelas merupakan data kualitatif yang tersaji dalam bentuk kumpulan kata-kata atau kalimat. Oleh karena itu, teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif kualitatif. Kategori penilaian sesuai kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran Prakarya Aspek Pengolahan. Apabila nilai yang diperoleh siswa kurang dari 78 maka siswa dikatakan belum tuntas. Sedangkan bila nilai yang diperoleh siswa lebih dari atau sama dengan 78 siswa dikatakan tuntas.

I. Kriteria Keberhasilan Tindakan

Menurut Syaiful Bahri Djamri dan Aswan Zain 2007: 107 keberhasilan proses mengajar dapat mencapai kriteria baik atau minimal apabila 60 sampai dengan 75 siswa menguasai bahan ajar atau lebih yang mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan minimal, optimel atau bahkan maksimal. Untuk mengukur keberhasilan kegiatan pelaksanaan dan 72 sebagai acuan untuk mempertimbangkan dan memberi makna terhadap hasil yang telah dicapai setelah pelaksanaan kegiatan, maka digunakan kriteria relatif yaitu membandingkan hasil sebelum tindakan dan sesudah tindakan kriteria keberhasilan yang diharapkan dapat diukur dan dicapai sebagai hasil dari suatu penerapan metode pembelajaran Make a Match. Stiap kegiatan pembelajaran dilaksanakan dan dinyatakan berhasil jika terjadi perubahan proses yang ditunjukkan dengan tercapainya hasil tes belajar sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal KKM. Penerapan metode pembelajaran Make a Match dikatakan berhasil apabila dapat meningkatkan sekurang-kurangnya 75 dari jumlah siswa yang mengikuti proses pembelajaran mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM sesuai dengan KKM mata pelajaran Prakarya Aspek Pengolahan yaitu 78.

Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif metode make A match terhadap pemahaman konsep matematika siswa

4 18 201

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VIII SEMESTER I SMP MUHAMMADIYAH 2 SUR

0 5 11

PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VIII SEMESTER I SMP MUHAMMADIYAH 2 SURAKA

0 3 11

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN PADA SISWA PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KEAKTIFAN PADA SISWA KELAS 1X C SMP NEGERI 01 KARTASURA TAHUN AJARAN 2010

0 1 17

Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe jigsaw untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas VII C SMP N 1 Kalasan pada mata pelajaran ekonomi.

0 3 239

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN SAINTIFIK UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN PRAKARYA DAN KEWIRAUSAHAAN ASPEK PENGOLAHAN MAKANAN DI SMA NEGERI 1 KARANGANYAR DEMAK.

10 25 155

PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA KELAS X BOGA DALAM MATA PELAJARAN MELAKUKAN PERSIAPAN PENGOLAHAN (MPP) MELALUI METODE PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DI SMK NEGERI 1 KALASAN.

0 2 209

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS III DI SD NEGERI POGUNG KIDUL.

0 0 239

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA SISWA KELAS VII C SMP MUHAMMADIYAH AJBARANG

0 0 14

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII C SMP N 1 KALASAN PADA MATA PELAJARAN EKONOMI

0 1 237