40 mempertimbangkan atau memperhubungkannya dengan isi pelajaran
lainnyaWinkel, 1996: 246. Pemahaman siswa dapat diketahui dengan pelajaran yang disampaikan
guru dalam proses belajar-mengajar, maka diperlukan adanya penyusunan item tes pemahaman. Adanya sebagian item pemahaman dapat diberikan dalam
bentuk gambar, denah, diagram dan grafik, sedangkan bentuk dalam tes objektif biasanya digunakan tipe pilihan ganda dan tipe benar-salah. Hal ini
dapat dijumpai dalam tes formatif, subformatif dan sumatif. Menurut Nana Sudjana 1992: 24 pemahaman dapat dibedakan dalam
tiga kategori antara lain: 1 tingkat terendah adalah pemahaman terjemahan, mulai dari menerjemahkan dalam arti yang sebenarnya, mengartikan prinsip-
prinsip, 2 tingkat kedua adalah pemahaman penafsiran, yaitu menghubungkan bagian-bagian terendah dengan diketahui berikutnya, atau menghubungkan
dengan kejadian, membedakan yang pokok dengan yang bukan pokok, dan 3 tingkat ketiga merupakan tingkat tertinggi yaitu pemahaman ekstrapolasi.
Menurut M. Atwi Suparman 2005:80 pemahaman meliputi perilaku menerjemahkan,
menafsirkan, menyimpulkan
atau mengeksplorasi
memperhitungkan konsep dengan menggunakan kata-kata atau simbol-simbol l
ain yang dipilihnya sendiri. Definisi dari pemahaman adalah “kemampuan seseorang untuk mengerti tentang apa yang sudah diketahui dan diingat”
Benjamin S. Bloom Anas Sudijono, 2009:50. Jenjang pemahaman merupakan dasar yang menentukan untuk mempelajar jenjang taksonomi diatasnya.
Menurut Daryanto, 2008: 106, kemampuan pemahaman dapat dijabarkan menjadi tiga, yaitu:
41 1. Menerjemahkan. Yaitu menerjemahkan bahasa dan simbol yang ada dalam
suatu hal. 2. Menginterpretasi. Yaitu mengenal dan memahami
3. Mengekstrapolasi. Yaitu kemampuan intelektual tinggi
B. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang dilakukan Fatimah Nur Zahroh 2013 yang berjudul “Peningkatan Pemahaman Siswa Kelas X Boga dalam Mata Pelajaran
Melakukan Persiapan Pengolahan MPP Melalui Metode Pembelajaran Make a Match di SMK Negeri
1 Kalasan”. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan dari hasil penelitian siklus I menunjukkan hasil pre test presentase
ketuntasan siswa 4 dengan rata-rata 5,33, sedangkan pada hasil post test menunjukkan persentase ketuntasan siswa mencapai 76 dengan rata-rata
7,91. Pada pre test siklus II menunjukkan persentase ketuntasan siswa 12 dengan rata-rata 6,24, sedangkan hasil post test menunjukkan hasil 52
dengan rata-rata 8,79. Persentase peningkatan pada siklus I adalah 72 dan siklus II adalah 80.
Penelitian yang dilakukan Liza Kurnia Safitri 2013 yang berjudul “Penerapan Metode Pembelajaran Make a Match untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas X Jasa Boga pada Mata Diklat Pelayanan Makan dan Minum
Di SMK Negeri 4 Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan skor pre-test dan post test eksperimen yaitu 0,8361 dengan nilai t
hitung sebesar 8,798 dengan signifikasi 0,000. Sedangkan peningkatan skor rerata pre test dan post test kelompok kontrol yaitu 0,0611 dan nilai t hitung
sebesar 8,798 dengan signifikasi sebesar 0,000. Dengan demikian kelas yang menggunakan metode Make a Match lebih efektif meningkatkan kompetensi
42 kognitif bila dibandingkan dengan pembelajaran ceramah dalam meningkatkan
hasil belajar.
C. Kerangka Berfikir
Mata pelajaran Prakarya merupakan mata pelajaran yang membekali siswa, dengan kemampuan untuk menghasilkan suatu karya. Pembelajaran
dalam mata pelajaran prakarya, dibagi menjadi empat aspek yaitu kerajinan, teknologi, pengolahan dan budidaya. Pengolahan adalah membuat atau
menciptakan bahan dasar menjadi produk yang dapat dimanfaatkan untuk kebaikan. Pada prinsipnya kerja pengolahan adalah mengubah fungsi bentuk,
sifat dan kualitas bahan. Kegunaan dari mata pelajaran Prakarya khususnya Aspek Pengolahan yaitu sebagai dasar untuk siswa lebih mengenal dunia
pengolahan atau boga, sebagai mata pelajaran yang mengasah keterampilan khususnya dalam bidang pengolahan, sebagai mata pelajaran yang
mengajarkan siswa agar siswa dapat lebih berpikir kreatif dalam memodifikasi karya dalam aspek pengolahan.
Mata pelajaran prakarya aspek pengolahan merupakan mata pelajaran yang ada di SMP Negeri 4 Kalasan yang diberikan di kelas VII
– IX selama dua semester. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap guru maupun
siswa di kelas tersebut terdapat beberapa kekurangan dalam pembelajaran yang dilakukan oleh guru mata pelajaran Prakarya Aspek Pengolahan di SMP
Negeri 4 Kalasan yaitu; kurangnya kreatifitas yang dimiliki guru dalam melakukan proses pembelajaran, kurangnya variasi metode pembelajaran yang
digunakan dalam proses belajar mengajar, siswa kurang aktif dalam pembelajaran karena guru hanya menggunakan metode ceramah dan tidak
mengaplikasikan dengan metode yang lebih kreatif, kurangnya pemahaman