Kondisi Tanah dan Agroklimat

56 faktor hujan infiltrasi agak besar dan besar. Hasil tersebut digunakan sebagai jawaban atas pertanyaan mengapa setiap tahun Bandung di landa banjir. Kecamatan Lembang termasuk ke dalam wilayah yang nilai faktor hujan infiltrasinya rendah. Hal ini terkait dengan meluasnya kawasan budidaya yang terdapat Lembang. Selain untuk perumahan, masyarakat memanfaatkan lahan untuk budidaya sayuran secara intensif monokultur tanpa disertai tindakan konservasi yang memadai. Konsekuensi logis dari tindakan tersebut yaitu menghilangkan fungsi wilayah sebagai daerah resapan air. Laju erosi tanah berlangsung cepat tidak terkendali disertai dengan penggunaan senyawa kimia pertanian yang berlebihan, sehingga menguatkan opini publik bahwa kegiatan pertanian di lahan miring sebagai penyebab banjir dan pencemaran air di wilayah Bandung.

4.1.3. Kondisi Tanah dan Agroklimat

Berdasarkan hasil beberapa penelitian, karakteristik tanah di seputaran Lembang tergolong ke dalam ordo Andisol dalam sistem klasifikasi taksonomi tanah, atau sepadan dengan jenis Andosol dalam sistem klasifikasi UNESCOFAO dan Pusat Penelitian Tanah Bogor. Nama Andisol atau Andosol berasal dari kata Ando yang berarti hitam atau gelap, dan Sol yang berarti tanah, sehingga Andisol atau Andosol berarti juga tanah hitam. Oleh karena itu, tanah Lembang juga terkenal dengan tanah hitamnya walaupun sebenarnya tidak semua jenis Andisol berwarna hitam, di beberapa tempat dijumpai dengan warna kecokelatan. Tanah Andisol pada umumnya mempunyai karakteristik utama yaitu memiliki sifat andik, yaitu satu sifat tanah yang mengandung jumlah mineral Al aluminium ditambah Fe ferumbesi lebih dari atau sama dengan 2 persen, dan berat jenisnya kurang dari 0,9 gml, serta memiliki retensi fosfat lebih dari 85; atau memiliki paling sedikit 30 fraksinya berukuran 0,002 - 2 mm, serta memiliki kandungan gelas vulkanik antara 5 persen sampai lebih dari 30 tergantung kandungan jumlah Al dan Fe-nya. Melihat bobot isinya, tanah ini memang cukup ringan, sehingga memudahkan petani pada saat persiapan tanam. Tanah-tanah yang terbentuk dari bahan vulkanik seperti tanah Andisol biasanya memiliki solum yang dalam. Berdasarkan pengukuran di lapangan menunjukkan bahwa solum tanah rata-rata lebih dari 100 cm, bahkan di beberapa lokasi pengukuran mencapai 150 cm. 57 Berdasarkan hasil analisis terhadap contoh tanah dari 9 lokasi lahan pertanian sayuran di Kecamatan Lembang diketahui bahwa tekstur tanah Lembang memiliki komposisi fraksi pasir 34,8, debu 49,73 dan liat 15,45 . Berdasarkan persentase tersebut maka kelas tekstur tanah menurut USDA adalah lempung loam. Tekstur tanah akan mempengaruhi sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan lain-lain. Tabel 4.1 dapat menjelaskan hasil penilaian analisis tanah Kecamatan Lembang. Tabel 4.1. Penilaian Analisis Tanah Kecamatan Lembang No Sifat Tanah Metode Hasil Rata-rata Penilaian 1 C-organik Spektro 4,38 Tinggi 2 Nitrogen Kjedal 0,44 Sedang 3 CN - 10,2 Sedang 4 P 2 O 5 ppm Bray 1 5,62 Sangat rendah 5 KTK me100gr N NH 4 OAc pH 7 25,27 Tinggi 6 Ca me100gr N NH 4 OAc pH 7 4,13 Rendah 7 Mg me100gr N NH 4 OAc pH 7 0,97 Rendah 8 K me100gr N NH 4 OAc pH 7 0,07 Sangat rendah 9 Na me100gr N NH 4 OAc pH 7 0,08 Sangat rendah 10 Al dd me100gr N KCl 0,95 Rendah 11 H dd me100gr N KCl 0,19 12 Tekstur : Pasir Debu Liat Pipet 34,82 49,73 15,45 Lempung 13 pH H 2 O 5,12 Masam Sumber : Hasil Analisis dan Penilaian oleh Laboratorium Penguji Tanah Balitsa, 2008 Untuk mengetahui struktur tanah mikro dilakukan pengamatan terhadap fisik tanah disertai dengan perabaan. Solum tanah umumnya dalam, berwarna coklat sampai hitam, tekstur lempung, struktur remah sampai gumpal halus, konsistensi gembur, drainase baik, dan permeabilitas sedang – tinggi. Hal ini ditunjukkan oleh keadaan tanah yang agak bergumpalan, susunan lapisan tanah yang terlihat pada dinding teras ditemukan lubangpori-pori yang cukup besar. Tanahnya relatif gembur sehingga memudahkan pada saat pembuatan teras dan pengolahan tanah. Pada umumnya struktur tanah yang dikehendaki untuk lahan pertanian adalah struktur remah yang memiliki nilai perbandingan antara bahan padat dengan ruang pori-pori relatif seimbang. Keseimbangan perbandingan volume tersebut menyebabkan kandungan air dan udara mencukupi untuk pertumbuhan, dan bahan padatnya menyebabkan akar dapat cukup kuat untuk bertahan. 58 Berdasarkan beberapa penelitian, tanah yang berstruktur remah mempunyai pori-pori di antara agregat yang lebih banyak daripada yang berstruktur gumpal, sehingga perembesan airnya lebih cepat. Oleh karena itu terjadinya aliran permukaan yang dapat mengerosi tanah dapat diperkecil. Hasil pengukuran menunjukkan bahwa pH tanah Lembang cenderung masam yaitu antara 4,8 – 5,8 dengan rata-rata 5,2. Keasaman atau pH potential of hidrogen adalah nilai pada skala 0-14 yang menggambarkan jumlah relatif ion H + terhadap ion OH - di dalam larutan tanah. Nilai pH tanah sangat penting untuk diketahui karena: 1 Menentukan mudah tidaknya ion-ion unsur hara diserap tanaman; 2 Menunjukkan keberadaan unsur-unsur bersifat racun bagi tanaman; dan 3 Mempengaruhi perkembangan mikroorganisme dalam tanah. Tingkat kesuburan tanah Lembang dapat dikategorikan rendah – sedang. Hal ini ditunjukkan dengan kandungan Ca, Mg, Na dan K yang rendah. Pengolahan tanah secara intensif sepanjang tahun dalam waktu lebih dari 15 tahun tahun ternyata telah memiskinkan kandungan sebagian unsur hara dalam tanah. Untuk mempertahankan kesuburan tanahnya, petani selalu menambahkan bahan organik dan pupuk kimia dalam jumlah yang banyak pada setiap musim tanam. Pemupukan yang intensif terbukti menyebabkan nilai pH tanah di lahan pertanian sayuran cenderung rendah. Sisa pupuk anorganik yang tidak terserap oleh tanaman akan meningkatkan kemasaman tanah. Seperti pada umumnya tanah-tanah abu vulkanik Andisol maka tanah Lembang juga memiliki kandungan C organik yang tinggi yaitu rata-rata 4,38. Jumlah tersebut dapat dianggap ideal bagi lahan pertanian. Nilai CN rasio yang menunjukkan tingkat kematangan bahan organik yang terdapat pada lapisan olah menunjukkan angka 10,2 sedang. Sedangkan nilai kapasitas tukar kation KTK termasuk dalam kategori tinggi. Hasil analisis tanah yang lebih lengkap seperti yang terlampir pada Lampiran 2 dan 3. Tingginya kandungan C organik di lahan pertanian Lembang juga dipengaruhi oleh besarnya jumlah pupuk kandang yang digunakan oleh petani sayuran setiap musim tanamnya. Untuk lahan sayuran seluas 1.000 m 2 saja, diperlukan 30 karung pupuk kandang berukuran 30 kg. Hal ini dilakukan oleh petani untuk memastikan bahwa perakaran sayuran dapat tumbuh sempurna di tanah yang subur dan gembur sekaligus meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan laju erosi yang ditimbulkan oleh aliran air. 59 Jadi sebenarnya, tanah Lembang tidak sepenuhnya benar bila dikatakan sebagai tanah yang semuanya subur secara kimiawi. Namun harus diakui, tanah jenis ini cenderung lebih subur secara fisik, karena memiliki tekstur yang halus, berat jenisnya yang ringan sehingga membuat tanah ini menjadi gembur. Rongga pori dalam tanah pun cukup sehat untuk sirkulasi udara bagi akar tanaman dan pertumbuhan mikroorganisme penyubur tanah. Selain itu, dengan bahan asal abu vulkan yang banyak mengandung mineral amorf, menjadikan tanah ini memiliki kapasitas tukar kation yang cukup tinggi, dan dapat menyangga lebih lama unsur-unsur hara dari pupuk-pupuk anorganik N, P, K dll dan unsur-unsur hara dari pupuk organik pupuk kandang, kompos, dsb. yang diberikan ke dalamnya. Topografi wilayah Lembang meliputi daerah landai kemiringan 8 - 15 hingga sangat curam kemiringan 40. Daerah yang relatif datar hingga landai dimanfaatkan untuk pemukiman dan perkantoran. Oleh karena itu kegiatan pertanian dilakukan di lahan-lahan yang bergelombang kemiringan 15 - 25 hingga curam kemiringan 25 - 40. Tingginya laju erosi yang terjadi di lahan pertanian diduga sebagai penyebab timbulnya endapan di lahan bagian bawah maupun di Sungai Cikapundung. Secara teoritis, sebenarnya sangat sulit untuk menentukan batas tolerasi kehilangan tanah yang terjadi di lahan pertanian. Laju kehilangan tanah memang dapat diprediksikan menggunakan formulasi USLE, namun laju pembentukan tanah sulit ditentukan karena berlangsung sangat lambat. Menurut Buol et al., 1973 laju pembentukan tanah di seluruh muka bumi berkisar antara 0,01 – 0,07 mmtahun. Laju yang sangat cepat merupakan perkecualian, karena rata-rata laju pembentukannya adalah 0,1 mmtahun Zachar, 1982. Laju pembentukan tanah sebesar 0,1 mmtahun setara dengan 0,12 kgm 2 tahun atau 1,2 tonhatahun. Dalam kaitannya dengan laju erosi, sebagian pakar sepakat bahwa jumlah 11 tonhatahun sebagai angka maksimum besarnya erosi yang masih diperbolehkan. Hasil prediksi erosi tanah di lahan pertanian Lembang menunjukkan kecepatan rata-rata sebesar 147,29 tonhathn. Meskipun laju erosi yang terjadi di lahan pertanian telah melebihi batas maksimal erosi yang dapat ditoleransi, namun ancaman lebih serius yang dapat merusak ekosistem Lembang berasal dari pembangunan perumahan di lahan-lahan miring. Tabel 4.2 menunjukkan perhitungan prediksi erosi 60 menggunakan formula USLE, sedangkan Tabel 4.3 menunjukkan data ketinggian tempat dan kemiringan lereng lahan pertanian di Kecamatan Lembang. Tabel 4.2. Prediksi Erosi di Lahan Pertanian di Kecamatan Lembang Blok R K L S LS C P CP A P IBE Ket Clb A 1258,62 0,22 2,13 15,91 33,89 0,40 0,15 0,06 563,01 9383,55 16,67 ST T 1258,62 0,22 1,35 4,21 5,68 0,20 0,35 0,07 110,16 1573,74 14,29 ST B 1258,62 0,22 1,51 1,55 2,34 0,40 0,15 0,06 38,88 648,08 16,67 ST Ckl A 1258,62 0,22 1,91 6,43 12,28 0,40 0,15 0,06 204,04 3400,65 16,67 ST T 1258,62 0,22 1,17 2,45 2,87 0,20 0,40 0,08 63,50 793,72 12,50 ST B 1258,62 0,22 1,65 0,84 1,39 0,40 0,15 0,06 23,03 383,78 16,67 ST Ckd A 1258,62 0,25 1,35 2,99 4,03 0,40 0,15 0,06 76,16 1269,41 16,67 ST T 1258,62 0,22 1,78 8,17 14,54 0,40 0,15 0,06 241,61 4026,79 16,67 ST B 1258,62 0,15 2,13 0,26 0,55 0,10 0,50 0,05 5,23 104,55 20,00 ST Rata 147,29 Keterangan: R = Indeks erosivitas hujan K = Indeks erodibilitas tanah L = Indeks panjang lereng S = Indeks kemiringan lereng LS = Kemiringan lereng C = Indeks penutupan vegetasi CP = Faktor pengelolaan A = Erosi Aktual ancaman erosi dalam satuan tonhatahun P = Erosi Potensial bahaya erosi tertinggi dlm satuan tonhatahun IBE = Indeks Bahaya Erosi ST = Sangat Tinggi IBE 1.0 = Rendah IBE 1.01-4.0 = Sedang IBE 4.01-10.0 = Tinggi IBE 10.01 = Sangat Tinggi Tabel 4.3. Data Ketinggian Tempat dan Kemiringan Lereng Lahan Pertanian di Kecamatan Lembang No Lokasi Pengukuran Ketinggian Tempat m dpl Kemiringan Lereng 1 2 3 Cilumber SPMA Atas Tengah Bawah Cikole Atas Tengah Bawah Cikidang Atas Tengah Bawah 1407 1327 1279 1324 1308 1294 1227 1195 1179 45 29 24 30 20 18 20 20 15 61 Selanjutnya data iklim diperoleh dari stasiun klimatologi Balai Penelitian Tanaman Sayuran Balitsa Lembang. Berdasarkan kondisi geografis dan topografinya, Lembang merupakan dataran tinggi dan beriklim dingin hingga sedang. Temperatur harian maksimum tercatat 24,6 C sedangkan temperatur minimum 18,4 C. Besarnya radiasi matahari yang menyinari rata-rata sebanyak 285 kalcm. Kelembaban udaranya cukup tinggi yaitu 80,5 dengan rata-rata evaporasi sebesar 3,4 mmhr. Wilayah Lembang memiliki curah hujan yang relatif tinggi. Sepanjang tahun 2007 tercatat curah hujan rata-rata mencapai 242,20 mmbulan dengan bulan basah 100 mm 8 dan bulan kering 60 mm 2 sisanya merupakan bulan lembab. Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Scmidt dan Fergusson perbandingan antara jumlah bulan kering dengan bulan basah Q selama 10 tahun terakhir menunjukkan bahwa wilayah Lembang termasuk dalam klasifikasi iklim tipe B basah. Besarnya nilai Q tersebut adalah 0,315. Tabel 4.4 berikut ini adalah data curah hujan 5 tahun terakhir untuk wilayah Kecamatan Lembang. Tabel 4.4. Data Curah Hujan dan Hari Hujan Bulanan Kecamatan Lembang Tahun 2003 – 2007 Tahun Bulan 2003 CHHH 2004 CHHH 2005 CHHH 2006 CHHH 2007 CHHH Januari 1508 282 188,610 594,021 156,07 Pebruari 240,516 109,85 282,313 484,920 333,017 Maret 1117 164,55 23513 96,07 179,316 April 102,97 30710 117,48 430,216 502,922 Mei 142,37 17810 45,13 49,94 167,717 Juni 17,42 56,53 1066 5,51 83,512 Juli 00 00 14510 27,52 00 Agustus 43,83 725 217,59 693 68,23 September 66,52 121,54 734 623 5,52 Oktober 339,713 36,42 430,56 1306 148,56 Nopember 85,25 175,39 1253 135,67 522,019 Desember 38818 292,413 2006 28714 800,029 Total CH 1687,3 1541,4 2165,4 2371,6 2966,6 Rata-rata CH 140,60 128,45 180,45 197,63 247,22 Keterangan : Curah hujan dalam satuan mm. Sumber : Balai Penelitian Tanaman Sayuran data diolah Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa pemahaman petani dan sebagian masyarakat terhadap fungsi Lembang sebagai daerah resapan air untuk wilayah yang lebih luas Bandung ternyata masih rendah. Beberapa sumber air seperti misalnya Tampian Cicadas yang terletak di lingkungan RW 8 62 dusun Cilumber sejak Oktober 2007 kering. Hal ini menunjukkan bahwa infiltrasi air hujan tidak mampu memenuhi akuifer untuk mengisi mata air. Responden lebih percaya bahwa mengeringnya mata air disebabkan oleh beroperasinya pabrik air mineral kemasan sejak tahun 2005. Dikonfirmasikan kepada pengelola pabrik, bahwa pembangunan sumur bor telah dilakukan sesuai dengan UU No. 7 tentang Sumberdaya Air. Sumber air mineral mengambil air tanah dalam sebagai bahan baku, dari kedalaman mencapai 100 m. Pejabat Dinas Pertambangan dan Energi propinsi Jawa Barat juga menolak keluhan masyarakat yang tinggal di sekitar perusahaan air, dan menegaskan bahwa air tanah dalam berbeda dengan air permukaan. Keduanya dipisahkan oleh lapisan kedap air, sehingga tidak ada korelasi antara mengeringnya sumber air di dusun Cilumber dengan pemanfaatan air tanah dalam oleh industri. Masalahnya adalah apakah jumlah air tanah dalam yang setiap hari disedot dapat tergantikan oleh jumlah air hujan yang diresapkan oleh tanah disekitarnya. Beberapa pakar menegaskan bahwa air hujan yang diresapkan oleh tanah baru bisa menjadi air tanah dalam setelah 30 tahun. Itupun jika permukaan tanah tertutupi oleh vegetasi tahunan yang rapat. Jika memperhatikan kebijakan yang ditetapkan oleh Pemerintah daerah, sebenarnya Perda No 1 tahun 2008 cukup mengakomodasi tindakan konservasi untuk wilayah Lembang. Arah kebijakan pengendalian pemanfaatan ruang Kawasan Bandung Utara KBU difokuskan sebagai berikut : 1. memulihkan dan menanggulangi lahan dengan kondisi fungsi hidroorologis kritis dan sangat kritis; 2. mencegah meningkatnya kekritisan fungsi hidroorologis pada lahan dengan kondisi mulai kritis dan agak kritis; 3. mengendalikan dan membatasi pembangunan guna mempertahankan fungsi hidroorologis pada lahan dengan kondisi normal dan baik, serta memiliki keterbatasan luas. Hasil penelitian Narulita 2008 juga membuktikan bahwa rendahnya kemampuan infiltrasi tanah di wilayah cekungan Bandung akibat berkurangnya luas tutupan lahan Peta 4.2. Oleh karena itu, perlu diwaspadai bahwa mengeringnya mata air Tampian Cicadas bukan mustahil merupakan satu indikator ketidakmampuan lahan yang terdapat di sekitarnya Gunung Putri untuk meresapkan air hujan. Gambar 4.2 menunjukkan semakin meluasnya 63 lahan terbuka di wilayah Kecamatan Lembang yang ditunjukkan oleh warna merah pemukiman dan hijau pertanian lahan kering bercampur semak. Sumber: Narulita et al., 2008 Gambar 4.2. Peta Tutupan Lahan di Cekungan Bandung

4.1.4. Potensi di Sektor Pertanian