119
yang terjadi akibat limpasan permukaan. Petani sudah berusaha melakukan konservasi untuk menurunkan laju erosi dengan membuat teras dan memakai
mulsa plastik. Namun demikian, perlakuan tersebut ternyata belum efektif memberikan hasil terhadap penurunan laju erosi karena faktor curah hujan yang
tinggi dan kemiringan lereng yang besar memerlukan perlakuan tambahan seperti: penanaman tanaman tahunan, pembuatan gulud, parit dan rorak.
Gambar 6.3. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konservasi di Wilayah Penelitian
6.2.1. Wilayah Kecamatan Lembang
Alternatif teknik konservasi mekanis yang telah dipahami oleh petani lokal ditetapkan berdasarkan hasil rekapitulasi kuesioner, sedangkan penetapan
alternatif sebagai pilihan konservasi yang seharusnya dilakukan di lahan pertanian yang terdapat di Lembang menggunakan teknik MPE berdasarkan
pendapat pakar. Dalam penelitian ini digunakan 6 kriteria untuk menilai masing- masing alternatif yaitu: kedalaman solum tanah, kemiringan lereng, kemudahan
Meningkatkan kandungan bahan
organik dalam tanah Menurunkan tingkat
erosi tanah Meningkatkan
kemampuan tanah menahanmenyimpan
zat organik Meningkatkan
Kemampuan tanah menahanmenyimpan
pupuk Menyediakan tempat
bagi serasah terdekomposisi
Memudahkan penyerapan air
hujan dalam tanah Menurunkan kecepatan
aliran air permukaan tanah
Teras Tanaman tahunan, strip rumput
Parit Rorak
Meningkatkan jumlah air yang
terinfiltrasi Menahan lapisan
tanah agar tidak mudah terkikis
Mulsa plastik
120
pembuatan, biaya pembuatan, kemampuan menahan erosi, dan curah hujan. Pakar memberikan penilaian terhadap seluruh alternatif berdasarkan kriteria
yang telah ditetapkan dengan menggunakan skala penilaian 1 – 9. Hasil penilaian terhadap alternatif konservasi mekanis yang dapat dilakukan di
Kecamatan Lembang selengkapnya tercantum pada Tabel 6.7. berikut ini. Tabel 6.7. Penilaian Alternatif Konservasi Mekanis di Kecamatan Lembang
Kriteria Bobot
Nilai Alternatif A1
A2 A3
A4
Kedalaman solum tanah 5
4 7
5 3
Kemiringan lereng 9
9 5
7 6
Kemudahan pembuatan 6
3 7
5 6
Biaya pembuatan 7
7 9
6 5
Kemampuan menahan erosi 8
7 9
8 6
Curah hujan 4
5 7
6 4
Skor 394,01
49,92 57,43
11,8 Rangking
1 3
2 4
Keterangan : A1
= Teras bangku + saluran air + rorak A3
= Teras bangku + gulud A2
= Teras bangku + mulsa plastik A4
= Teras bangku + saluran air
Setelah dihitung menggunakan teknik MPE, diperoleh urutan prioritas alternatif teknik konservasi yang seharusnya dilakukan oleh petani Lembang di
lahan pertanian miliknya. Nilai skor tertinggi sebesar 394,01, ditetapkan untuk alternatif: teras bangku + saluran air + rorak. Hasil ini menunjukkan bahwa
alternatif teknik konservasi teras bangku yang dilengkapi dengan saluran air dan lubang-lubang penampungan air rorak sangat sesuai sebagai cara konservasi
mekanis di Kecamatan Lembang. Pemilihan tersebut memperhatikan beberapa kriteria utama seperti: kemiringan lereng yang curam, kemampuan menahan
erosi dan biaya pembuatan. Kondisi lahan sayuran yang miring sehingga rawan terhadap erosi dan longsor serta terbatasnya dana yang dimiliki oleh petani
Lembang membuat ketiga kriteria yang telah disebutkan memperoleh bobot yang tinggi.
Seperti yang telah disebutkan, konservasi vegetasi perlu dilakukan untuk melengkapi konservasi mekanis. Berdasarkan rekapitulasi hasil kuesioner,
terdapat 5 alternatif cara konservasi vegetasi yang telah dipahami oleh petani dan masayarakat setempat yaitu: menanam tanaman penghasil kayu, tanaman
121
buah, tanaman pakan ternak, menerapkan pola tumpang sari tanaman semusim dan menanam tanaman penutup tanah cover crop. Kriteria yang digunakan
untuk menetapkan alternatif pilihan adalah: kemudahan bibitbenih, kemiringan lereng, tambahan pendapatan yang diperoleh, kemudahan perawatan,
kemampuan menahan erosi, kemampuan menyerapkan air dan curah hujan. Hasil yang diperoleh berdasarkan teknik MPE yaitu: menetapkan alternatif
menanam tanaman penghasil kayu pada urutan prioritas pertama dengan skor 387,99, sedangkan alternatif pola tumpang sari memperoleh skor yang paling
rendah yaitu 0,6
1
. Tumpang sari diakui dapat meningkatkan pendapatan petani dan mengurangi tingkat serangan OPT. Namun demikian, penggunaan tanaman
semusim dalam pola tersebut terbukti tidak efektif sebagai bentuk konservasi vegetasi. Sifat perakaran serabut dari tanaman sayuran tidak mampu untuk
menyerapkan air hujan ke dalam tanah. Tabel 6.8 memuat hasil perhitungan dengan teknik MPE yang memperkuat pernyataan tersebut.
Tabel 6.8. Penilaian Alternatif Konservasi Vegetasi di Kecamatan Lembang
Kriteria Bobot
Nilai Alternatif A1
A2 A3
A4 A5
Kemudahan bibitbenih
6 3
5 6
7 4
Kemiringan lereng
9 9
8 3
7 6
Tambahan pendapatan
5 5
6 7
4 3
Kemudahan perawatan
4 8
7 3
9 5
Kemampuan menahan erosi
8 7
6 3
5 8
Kemampuan menyerapkan air
7 9
8 4
5 6
Curah hujan
3 6
6 3
4 8
Skor 387,99
138,06 0,61
40,95 27,14
Rangking 1
2 5
3 4
Keterangan : A1
= Tanaman tahunan penghasil kayu A4
= HMT penguat teras A2
= Tanaman buah A5
= Tanaman penutup tanah A3
= Tumpang sari sayuran
Menurut pendapat Prof.R. Dr.Ir. Azis Azirin Asandhi Ahli Peneliti Utama
dari Balitsa, keputusan petani setempat untuk menanam tanaman semusim di
seluruh lahan miliknya, berakibat buruk terhadap lingkungan sehingga perlu segera dibenahi. Kesalahan penerapan teknik budidaya di lahan sayuran di
daerah Lembang dapat mengakibatkan kerugian milyaran rupiah bagi wilayah Bandung. Jumlah tersebut berdasarkan hasil perhitungan nilai kerusakan fisik
122
dan terhentinya roda perekonomian di ibukota propinsi Jawa Barat karena banjir. Oleh karena itu, petani Lembang harus melengkapi konservasi mekanis yang
sudah ada dengan menanam tanaman tahunan seperti: mahoni, mindi, kayu manis atau tanaman buah. Tanaman tersebut selain memiliki perakaran yang
mampu menyerapkan air hujan ke dalam tanah, juga memberikan pendapatan yang menguntungkan bagi petani.
Urutan selanjutnya setelah tanaman tahunan penghasil kayu, alternatif konservasi vegetasi yang dapat dilakukan adalah menanam tanaman buah.
Dari 4 alternatif tanaman buah yang paling banyak dipilih responden, jenis tanaman kopi menjadi alternatif yang paling tinggi skornya yaitu 178,10. Tabel
6.9. berikut ini menunjukkan hasil perhitungan untuk alternatif tanaman buah. Tabel 6.9. Penilaian Alternatif Tanaman Buah di KecamatanLembang
Kriteria Bobot
Nilai Alternatif A1
A2 A3
A4
Kesesuaian agroklimat 5
7 6
4 5
Kemampuan menahan erosi 9
5 6
7 8
BobotMassa Tumbuhan 8
4 7
5 9
Manfaat Ekonomi 7
5 6
4 7
Kemudahan Pemeliharaan 6
8 7
6 4
Ketersediaan bibit 4
9 8
6 4
Skor 2,38
16,25 40,81
178,10
Rangking 4
3 2
1 Keterangan :
A1 = Alpokat
A2 = Jambu Biji Merah
A3 = Mlinjo
A4 = Kopi
Pananaman tanaman kopi dapat dikombinasikan dengan tanaman penghasil kayu, karena pada awal pertumbuhannya kopi membutuhkan naungan.
Tanaman penghasil kayu dapat ditanam terlebih dahulu agar dapat menjadi penaung pada saat kopi mulai di tanam.
Petani Lembang telah puluhan tahun melakukan budidaya sayuran. Di lahan yang sempit dengan kepadatan penduduk yang tinggi, budidaya sayuran
dilakukan menggunakan teknologi yang berorientasi pada pencapaian target produksi dan sarana produksi agrokimia yang sangat tinggi Li, 2004. Selain
memberikan hasil positif berupa peningkatan produksi, penggunaan masukan modern juga mendatangkan dampak negatif bagi lingkungan hidup dan
123
kesehatan masyarakat. Dengan demikian usaha pencapaian sasaran produksi untuk memenuhi permintaan dan target dikhawatirkan justru semakin
mengurangi sumberdaya alam, mengurangi keanekaragaman hayati dan meningkatkan pencemaran lingkungan.
Meskipun demikian, budidaya sayuran tidak dapat dilepaskan dari petani Lembang. Untuk mengurangi pemakaian sarana produksi agrokimia, petani
harus mengembangkan pola tumpangsari dan menaman berbagai jenis tanaman secara
bergantian untuk
menjaga stabilitas
harga dan
mencegah berkembangnya hama dan penyakit tertentu.
Berdasarkan rekapitulasi hasil kuesioner sedikitnya terdapat 8 jenis sayuran yang paling diminati oleh petani Lembang. Tabel 6.10 menjelaskan hasil
penilaian terhadap jenis sayuran yang dianggap menguntungkan bagi petani jika ditanam dalam pola tumpangsari. Hasil perhitungan menggunakan teknik MPE
menunjukkan bahwa alternatif menanam seledri besar mendapatkan skor yang paling tinggi sebesar 389,40.
Tabel 6.10. Penilaian Alternatif Komoditas Sayuran di Kecamatan Lembang
Kriteria
Bobot
Nilai Alternatif
A1 A2
A3 A4
A5 A6
A7 A8
Kesesuaian agroklimat
7 4
7 9
3 3
5 6
2 Peluang
pasar 9
8 3
6 5
5 1
9 7
Teknik budidaya
4 2
3 6
5 5
8 7
1 Kesesuaian
lahan 5
4 5
8 4
4 3
7 2
Biaya perawatan
8 1
2 7
5 5
8 6
3 Ketersediaa
n benihbibit 6
8 9
4 6
6 5
3 2
Penanganan pasca panen
3 6
4 8
3 3
7 1
5 Skor
134,50 1,38
20,66 2,39
2,39 16,88
389,40 40,36
Rangking 2
8 4
6 7
5 1
3
Keterangan : A1
= Cabe A5
= Slada Keriting A2
= Tomat A6
= Sawi A3
= Bawang daun A7
= Seledri besar A4
= Kubis-kubisan A8
= Zukini
Seledri besar dapat ditanam di sela-sela tanaman sayuran jenis lainnya seperti kubis-kubisan, zukini dan sawi karena jenis sayuran ini tidak memerlukan
perawatan yang spesial. Harga jualnya sangat bagus karena permintaan pasar yang tinggi belum dapat dipenuhi seluruhnya oleh produsen lokal.
124
Alternatif kedua adalah menanam tomat. Tanaman tomat sangat familiar bagi petani, penanganan pasca panennya dianggap cukup mudah dan peluang
pasarnya juga luas. Selanjutnya adalah zukini, peluang pasar untuk terung jepang saat ini terbuka luas seiring dengan tingginya permintaan untuk eksport
dan restoran di sekitar Bandung. Penanganan pasca panennya juga cukup mudah karena jenis terung-terungan tidak mudah layurusak.
Selain untuk sayuran, dataran tinggi Lembang berpotensi pula untuk dikembangkan tanaman rempah dan obat. Salah satu jenis tanaman rempah
yang sesuai untuk daerah ini berdasarkan pemilihan pakar menggunakan teknik MPE adalah tanaman kayu manis Cynamomum cassia. Hasil selengkapnya
dapat dilihat pada Tabel 6.11. Tabel 6.11. Penilaian Alternatif Tanaman Rempah dan Obat di Kecamatan
Lembang
Kriteria Bobot
Nilai Alternatif A1
A2 A3
A4
Kesesuaian agroklimat 7
9 8
6 5
Kemampuan menahan erosi 9
8 7
4 3
Manfaat ekonomi 8
8 9
5 4
Kemudahan pemeliharaan 5
9 9
7 6
Ketersediaan bibit 6
7 8
6 5
Skor 155,95
87,79 1,00
0,19 Rangking
1 2
3 4
Keterangan : A1
= Kayu manis A3
= Kunyit A2
= Cengkeh A4
= Lengkuas
Berdasarkan pendapat yang disampaikan oleh responden petani, jenis tanaman rempah dan obat yang terdapat di wilayah tersebut adalah kayu manis,
cengkeh dan berbagai jenis empon-empon. Daerah Bandung dan Lembang selain terkenal karena panoramanya yang indah, juga menjadi tujuan wisata
kuliner bagi para wisatawan. Sehingga permintaan restoran dan toko kue terhadap kulit kayu manis dan rempah untuk bumbu sangat tinggi. Oleh karena
itu jika petani menanam pohon ini di lahan miliknya ia tidak akan kesulitan untuk memasarkan hasil kulit kayu manisnya. Meskipun sudah lama tidak ditanam oleh
petani, kulit pohon kayu manis banyak dijual di pasar Lembang. Pohon kayu manis dapat dibudidayakan di daerah Lembang karena jenis
tanaman ini menghendaki iklim yang basah dan banyak hujan. Pertumbuhannya
125
akan kurang baik pada daerah dengan musim kemarau panjang. Pohon kayu manis dapat tumbuh hingga ketinggian 2000 mdpl, akan tetapi akan tumbuh baik
pada ketinggian 500 m - 1500 mdpl. Selain menghasilkan kulit kayu yang bernilai ekonomi tinggi, perakaran tanaman kayu manis yang dalam dapat menahan
tanah dari erosi sekaligus dapat meresapkan air hujan untuk mengisi akuifer air di dalam tanah.
Menurut petani, jenis empon-empon yang mudah pemasarannya adalah kunyit dan lengkuas. Kedua bahan tersebut selalu digunakan sebagai bumbu
utama masakan khas Jawa Barat. Informasi dari responden sangat bermanfaat sebagai dasar dalam penetapan alternatif yang akan ditetapkan prioritas
urutannya. Selanjutnya, penetapan prioritas alternatif dilakukan berdasarkan penilaian oleh pakar.
6.2.2. Wilayah Kecamatan Dongko