Keberlanjutan Dimensi Sosial Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan

98 tersebut menunjukkan bahwa atribut-atribut yang digunakan dalam analisis keberlanjutan ekonomi cukup baik menerangkan kondisi sistem usahatani saat ini yang terdapat di wilayah penelitian. Berdasarkan hasil analisis Leverage sebagaimana ditampilkan pada Gambar 5.3, dari 10 atribut yang dianalisis terdapat 3 atribut yang sensitif mempengaruhi besarnya indeks keberlanjutan dimensi ekonomi yaitu; 1 harga faktor produksi, 2 jumlah pinjaman dan 3 luas lahan garapan. Seluruh atribut dalam dimensi ekonomi mendapatkan nilai kurang dari 5 pada analisis Leverage, hal ini dapat menjadi informasi penting dalam formulasi model ecofarming yang akan dilakukan selanjutnya. Fluktuasi harga dan ketersediaan faktor produksi seperti pupuk dan benih di tingkat petani yang seringkali terjadi tidak dapat digunakan sebagai kendala dalam menyusun formulasi model. Demikian halnya dengan atribut besarnya jumlah pinjaman yang harus dibayar oleh petani dan sempitnya luas lahan garapan mereka. Faktor-faktor tersebut merupakan kondisi nyata real yang dihadapi petani saat ini, sehingga perlu segera ditetapkan solusinya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menurunkan dosis pupuk kimia yang digunakan, terutama di lahan sayuran. Jumlah pemakaian pupuk kimia pada saat ini sudah tidak sebanding lagi dengan peningkatan produksi yang diperoleh. Efisiensi penggunaan pupuk kimia, disertai dengan penambahan bahan organik dan mengatur pola tanam.

5.2.3. Keberlanjutan Dimensi Sosial

Hasil perhitungan menggunakan analisis Rapfarm menunjukkan bahwa indeks keberlanjutan untuk dimensi sosial sistem usahatani saat ini Kecamatan Lembang sebesar 56,421 dan untuk Kecamatan Dongko sebesar 63,776, termasuk dalam kategori berkelanjutan 50. Secara statistik hasil analisis keberlanjutan sosial memiliki nilai stress sebesar 0,132 0,25 dan nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0,944 mendekati 1. Kedua parameter tersebut menunjukkan bahwa penetapan atribut dalam analisis keberlanjutan sosial cukup tepat, sehingga dapat menerangkan kondisi sosial dalam sistem usahatani saat ini di wilayah penelitian. Gambar 5.4. berikut ini menjelaskan hasil analisis Rapfarm dan Leverage untuk dimensi sosial. 99 Gambar 5.4. Hasil Analisis Keberlanjutan Sosial dan Atribut Sensitif yang Mempengaruhi Keberlanjutan Dimensi Sosial Hasil analisis Leverage menetapkan 3 atribut dalam dimensi sosial yang sensitif yaitu 1 keikutsertaan dalam penyuluhan, 2 intensitas konflik dan 3 jumlah rumah tangga pertanian. Atribut keikutsertaan petani dalam kegiatan penyuluhan merupakan atribut yang paling sensitif dalam keberlanjutan sosial. Tingkat kehadiran dan partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun. Beberapa kendala yang menyebabkannya antara lain: jamwaktu penyuluhan yang tidak tepat, materi yang disampaikan berulang-ulang, metode penyampaian yang membosankan dan jarak tempuh yang cukup jauh. Berdasarkan kendala tersubut, diperlukan perbaikan dalam metode penyampaian dan pemilihan materi penyuluhan yang tepatsesuai dengan kebutuhan petani. Waktu penyuluhan disesuaikan dengan kegiatan petani dan tempat penyuluhan sebaiknya bergiliran di setiap anggota.

5.2.4. Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan

Berdasarkan hasil analisis terhadap keberlanjutan dimensi kelembagaan, menunjukkan bahwa usahatani di Kecamatan Lembang termasuk dalam kategori tidak berkelanjutan dari aspek kelembagaannya. Nilai indeks yang diperoleh cukup rendah yaitu sebesar 34,491 pada skala 1- 100. Kondisi ini berbeda dengan Kecamatan Dongko, nilai indeks keberlanjutan dimensi kelembagaannya mencapai 64,780 pada skala 1 – 100. Nilai tersebut lebih dari 50 sehingga Ordinasi Dimensi Sosial LEMBANG DONGKO DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Sustainability Economic Dimension O th e r D is ti n g is h in g F e a tu re s Real Condition References Anchors Leverage of Attributes 2,60 3,80 3,22 6,27 6,26 5,79 5,40 2,49 3,62 2,32 1 2 3 4 5 6 7 Status Kepemilikan Lahan Jumlah Penduduk Persentase Desa Tanpa Jalan Memadai Pendidikan Fromal Jumlah RTP Intensitas Konflik Keikutsertaan dalam Penyuluhan Angka Kecukupan Gizi Dana Sosial Alokasi Pendapatan Untuk Pangan A tt ri b u te Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 100 sistem usahatani di Kecamatan Dongko termasuk dalam kategori berkelanjutan. Perbedaan nilai indeks di antara kedua wilayah yang cukup besar tersebut menunjukkan bahwa kelembagaan lokal yang terkait dengan pertanian di Kecamatan Lembang, tidak berfungsi dengan baik. Secara statistik hasil analisis keberlanjutan kelembagaan memiliki nilai stress sebesar 0,137 0,25 dan nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 0,951 mendekati 1. Kedua parameter tersebut menunjukkan bahwa pemilihan atribut- atribut yang digunakan dalam analisis keberlanjutan kelembagaan cukup tepat sehingga dapat menerangkan kondisi kelembagaan yang mempengaruhi sistem usahatani saat ini di wilayah penelitian. Gambar 5.5. berikut ini menjelaskan hasil analisis Rapfarm dan Leverage untuk dimensi kelembagaan. Gambar 5.5. Hasil Analisis Keberlanjutan Kelembagaan dan Atribut Sensitif yang Mempengaruhi Keberlanjutan Dimensi Kelembagaan Berdasarkan hasil analisis Leverage dapat diketahui bahwa atribut yang berpengaruh sensitif terhadap keberlanjutan dimensi kelembagaan adalah 1 jumlah pendamping profesional, 2 jumlah penyuluh pertanian dan 3 intensitas pertemuan dalam kelompok. Selama ini kehadiran pendamping profesional terutama di Kecamatan Lembang, hanya pada pada waktu-waktu tertentu saja jika dilaksanakan program yang melibatkan dana bantuan luar negeri. Pada dasarnya, kehadiran pendamping profesional sangat diperlukan petani sebagai sumber informasi Ordinasi Dimensi Kelembagaan LEMBANG DONGKO DOWN UP BAD GOOD -60 -40 -20 20 40 60 20 40 60 80 100 120 Sustainability Institutional Dimension O th e r D is ti n g is h in g F e a tu re s Real Condition References Anchors Leverage of Attributes 3,51 2,62 3,80 4,49 4,14 3,78 2,65 1,83 2,23 3,75 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5 5 Kelompok Tani Kelompok Wanita Tani Kelompok Usaha Pertanian Lembaga Keuangan Mikto Jumlah Penyuluh Pertanian Jumlah Pendamping Profesional Intensitas Pertemuan Kelompok Tabungan Kelompok Konfilk Antar Lembaga Kelembagaan Pemasaran A tt ri b u te Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100 101 aktual terutama dalam aspek manajemen agribisnis. Seperti halnya peran para PPL, para pendamping juga memberikan penyuluhan sekaligus mendampingi petani dalam mengelola usahataninya. Kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh PPL dan pendamping berperan penting terhadap keberhasilan petani dalam mengelola usahataninya. Petani sangat membutuhkan informasi dan teknik yang tepat untuk mengatasi masalah- masalah teknis seperti kegiatan konservasi, sarana produksi pupuk dan benih, proses produksi dan pemasaran hasil. Petani juga membutuhkan informasi perkembangan teknologi budidaya ramah lingkungan yang terbaru agar tumbuh motivasi untuk melaksanakannya. Untuk mempertahankan keberlanjutan usahatani dari aspek dimensi kelembagaan, maka kegiatan penyuluhan, pendampingan dan kelompok tani perlu ditingkatkan.

5.2.5. Keberlanjutan Dimensi Teknologi