101 aktual terutama dalam aspek manajemen agribisnis. Seperti halnya peran para
PPL, para pendamping juga memberikan penyuluhan sekaligus mendampingi petani dalam mengelola usahataninya.
Kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh PPL dan pendamping berperan penting terhadap keberhasilan petani dalam mengelola usahataninya. Petani
sangat membutuhkan informasi dan teknik yang tepat untuk mengatasi masalah- masalah teknis seperti kegiatan konservasi, sarana produksi pupuk dan benih,
proses produksi dan pemasaran hasil. Petani juga membutuhkan informasi perkembangan teknologi budidaya ramah lingkungan yang terbaru agar tumbuh
motivasi untuk melaksanakannya. Untuk mempertahankan keberlanjutan usahatani dari aspek dimensi kelembagaan, maka kegiatan penyuluhan,
pendampingan dan kelompok tani perlu ditingkatkan.
5.2.5. Keberlanjutan Dimensi Teknologi
Hasil perhitungan menggunakan analisis Rapfarm menunjukkan bahwa indeks keberlanjutan untuk dimensi teknologi sistem usahatani saat ini di wilayah
Kecamatan lembang sangat rendah yaitu sebesar 17,303 pada skala 1 – 100, sedangkan Kecamatan Dongko sebesar 41,548, keduanya termasuk dalam
kategori tidak berkelanjutan 50. Secara statistik hasil analisis keberlanjutan teknologi memiliki nilai stress
sebesar 0,144 0,25 dan nilai koefisien determinasi R
2
sebesar 0,950 mendekati 1. Kedua parameter tersebut menunjukkan bahwa pemilihan atribut-
atribut yang digunakan dalam analisis keberlanjutan teknologi cukup tepat sehingga dapat menerangkan keberlanjutan dimensi teknologi dalam sistem
usahatani saat ini di wilayah penelitian. Rendahnya nilai indeks dimensi teknologi di wilayah Lembang merupakan
representasi dari tidak dilakukannya budidaya sesuai dengan anjuran. Dari 10 atribut yang diberikan skor, 7 diantaranya yaitu pengolahan tanah, pemakaian
pestisida, konservasi vegetasi, penanganan pasca panen, pemupukan, teknik pengolahan bahan organik dan penambahan bahan organik mendapatkan skor
yang tergolong dalam kategori buruk bad. Sedangkan atribut penggunaan mulsa, kualitas produk dan konservasi mekanis mendapatkan skor dalam
kategori sedang. Tidak ada atribut yang mendapatkan skor dalam kategori baik. Gambar 5.6. berikut ini menjelaskan hasil analisis Rapfarm dan Leverage untuk
dimensi teknologi.
102 Gambar 5.6. Hasil Analisis Keberlanjutan Teknologi dan Atribut Sensitif yang
Mempengaruhi Keberlanjutan Dimensi Teknologi
Penerapan teknologi sesuai anjuran ditentukan oleh beberapa faktor seperti pemahaman dan kemampuan petani melaksanakannya serta efektifitas
diseminasi teknologi yang disertai pembinaan teknis yang memadai. Harus diakui bahwa peran PPL dalam hal ini sangat penting, karena pada dasarnya
PPL merupakan jembatan yang menghubungkan para penelitipengambil kebijakan dengan petani sebagai pelaksana di lapangan. Kenyataan bahwa
kegiatan penyuluhan pertanian pada saat ini tidak terlaksana dengan baik di wilayah Lembang diduga menjadi penyebab terjadinya kesalahan-kesalahan
dalam penerapan teknik budidaya yang dilakukan oleh petani. Berbeda kondisinya dengan aspek penerapan teknologi di wilayah
Dongko. Petani setempat berusaha menerapkan teknik budidaya di lahan yang rawan erosi sesuai dengan pembinaan yang dilakukan oleh petuga penyuluh.
Meskipun belum sempurna, nilai indeks untuk dimensi teknologi wilayah Dongko mendapatkan skor 41,548. Nilai tersebut lebih tinggi dibandingkan Lembang.
Berdasarkan hasil analisis Leverage sebagaimana ditampilkan pada Gambar 5.6, dari 10 atribut yang dianalisis terdapat 3 atribut yang sensitif
mempengaruhi besarnya indeks keberlanjutan dimensi tekonologi yaitu 1 klasifikasi mutu produk, 2 teknik pemupukan dan 3 penggunaan mulsa.
Ordinasi Dimensi Teknologi
LEMBANG DONGKO
GOOD BAD
UP
DOWN -60
-40 -20
20 40
60
20 40
60 80
100 120
Sustainability Technology Dimension O
th e
r D
is ti
n g
is h
in g
F e
a tu
re s
Real Condition References
Anchors
Leverage of Attributes
0,66 2,43
2,15 4,92
1,83 1,96
3,01 2,94
1,45 0,91
1 2
3 4
5 6
Teknik Pengolahan Tanah
Teknik Konservasi Intensites Penggunaan
Pestisida Klasifikasi Mutu
Produk Penanganan Pasca
Panen Konservasi Vegetasi
Teknik Pemupukan Penggunaan Mulsa
Penambahan Pupuk Organik
Teknik Pembuatan Pupuk Organik
A tt
ri b
u te
Root Mean Square Change in Ordination when Selected Attribute Removed on Sustainability scale 0 to 100
103 Klasifikasi produk berdasarkan mutu merupakan atribut yang perlu
diperhatikan pada keberlanjutan dimensi teknologi, karena kualitas produk sangat menentukan harga jualnya. Keinginan konsumen terhadap produk
pertanian segar terutama sayuran dan buah saat ini terus meningkat. Petani sebagai produsen perlu menyikapinya dengan melakukan berbagai perbaikan,
baik dalam proses produksi maupun penanganan pasca panen, agar produk yang dihasilkannya berkualitas tinggi.
Selanjutnya Tabel 5.2. berikut ini menunjukkan atribut-atribut yang sensitif mempengaruhi keberlanjutan sistem usahatani dataran tinggi berdasarkan hasil
analaisis Leverage terhadap seluruh atribut yang diberikan penilaian. Dari 18 atribut tersebut, terdapat 9 atribut yang mendapatkan skor lebih dari 5 pada
skala 1 – 10. Sembilan atribut yang memperoleh skor yang tinggi digunakan sebagai variabel pengungkit untuk memperbaiki status keberlanjutan usahatani
lahan dataran tinggi. Tabel 5.2. Atribut Sensitif Mempengaruhi Keberlanjutan Sistem Usahatani
Dataran Tinggi di Kecamatan Lembang dan Kecamatan Dongko
Atribut yang Sensitif Skor
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. 10.
11. 12.
13. 14.
15. 16.
17. 18.
Sumber bahan organik Proporsi tanaman semusim
Keikutsertaan dalam penyuluhan Intensitas konflik
Curah hujan per tahun Kedalaman solum tanah
Konversi lahan konservasi Jumlah Rumah Tangga Pertanian
Pendidikan formal Klasifikasi mutu produk
Harga faktor produksi Jumlah pendamping profesional
Jumlah pinjaman Jumlah penyuluh pertanian
Intensitas pertemuan kelompok Luas lahan garapan
Teknik pemupukan Penggunaan mulsa
9,03 6,37
6,27 6,26
6,13 6,06
5,80 5,79
5,40 4,92
4,59 4,49
4,19 4,14
3,80 3,32
3,01 2,94
104
5.3. Pola Indeks Keberlanjutan Usahatani dalam Diagram Layang