28 dari mana titik atau daerah asalnya, misalnya polutan yang dihasilkan dari
kegiatan industri dan pertambangan; 2 non point source NPS pollutans yakni sumber-sumber polutan yang sulit untuk dikenali secara pasti dari mana polutan
itu berasal. Bahan pencemar yang berasal dari NPS sebagian besar berasal dari
agricultural runoff seperti pestisida, patogen dan pupuk Ritter et al., 2002. Penanggulangan pencemaran NPS relatif lebih sulit dibandingkan dengan
penanggulangan pencemaran PS polutan. Penanggulangan pencemaran PS polutan dapat dilakukan dengan perbaikan prosedur pengolahan limbah yang
akan dialirkan ke sungai atau badan air lainnya. Sedangkan penanggulangan pencemaran NPS hanya dapat dilakukan dengan cara memperbaiki sistem
pengelolaan pertanian yang dilakukan di daerah hulu. Untuk mengatasi pencemaran yang terjadi di lahan pertanian, pemerintah
Austria menetapkan kebijakan pertanian yang ramah lingkungan pada tahun 2003. Mulai tahun 2005, pemerintah memberikan tambahan insentif dana
kepada petani yang dinilai berhasil menjaga kualitas lingkungan sesuai dengan standar yang ditetapkan, menjaga kualitas dan keamanan produk yang
dihasilkan serta menjaga kesehatan ternaknya. Dengan kebijakan tersebut, ternyata negara ini berhasil meningkatkan pendapatan petaninya sekaligus
mempertahankan kualitas lingkungan Schmid dan Sinabell, 2007. Penggunaan pupuk buatan secara intensif dalam waktu lama juga dituduh
memberi andil pada resiko pemanasan global dari pelepasan nitrogen oksida N
2
O. Pada lapisan stratosfer N
2
O akan menipiskan lapisan ozon dan mengganggu kestabilan iklim. Oleh karena itu penerapan teknik LEISA pada
agroekosistem lahan dataran tinggi tidak dapat dihindari lagi. Teknik LEISA akan menurunkan ketergantungan petani terhadap input produksi yang berasal dari
luar sistem sekaligus mengendalikan tingkat pencemaran lingkungan yang ditimbulkan dari aktivitas pertanian di bagian hulu tersebut. Hal ini sesuai
dengan pendapat Conway dan Pretty 1988, yang menegaskan bahwa sudah saatnya dilakukan upaya untuk meningkatkan penggunaan sumber-sumber
pengganti N dari bahan organik, misalnya dari sampah tanaman, pupuk hijau dan pupuk kandang serta melakukan penanaman leguminose secara bergantian atau
menggunakannya sebagai pohon pelindung.
2.3.4. Kekuatan Modal Sosial Social Capital
Menurut Pranadji 2006, tanpa penguatan modal sosial setempat, seberapa besar pun biaya yang dikeluarkan pemerintah atau lembaga lain dalam
29 perbaikan pengelolaan agroekosistem lahan dataran tinggi, diperkirakan hal itu
tidak akan berdampak meyakinkan pada perbaikan kesejahteraan masyarakat setempat secara berkelanjutan. Dalam keadaan demikian, kerusakan lingkungan
hampir dapat dipastikan akan terus berlanjut, sejalan dengan terus berlanjutnya proses pelemahan modal sosial setempat.
Modal sosial mencakup dua aspek yaitu individu mikro dan kolektif makro, untuk mengetahui eksistensinya diperlukan informasi yang lengkap
mengenai keduanya. Pada tingkat komunitas, modal sosial direpresentasikan oleh norma norms, kepercayaan trust dan ikatan sosial social cohesion
Bourdieu, 1980; Erickson 1996; Flap 1999; Lin 2001. Kekuatan modal sosial pada level komunitas sangat membantu individu anggotanya untuk memperoleh
tujuan yang diinginkan. Lin 2001 menegaskan bahwa modal sosial pada tingkat individu lebih kuat sehingga mudah terukur dibandingkan tingkat komunitas.
Dudwick et al., 2006, menegaskan bahwa modal sosial mencakup multi dimensi yaitu komunitas, jaringan network, norma norms dan kepercayaan
trust. Sebelumnya Kotschi 1998 berpendapat, kemiskinan di negara berkembang hanya mungkin berkurang jika pertanian berkembang secara
intensif namun pada saat yang sama sumberdaya alam dikelola dengan tepat sehingga daya dukungnya berkelanjutan. Konsep pertanian berkelanjutan
seperti pertanian organik dianggap yang paling tepat untuk mewujudkannya. Lembaga Bank Dunia telah membiayai sejumlah penelitian untuk
mengukur kekuatan modal sosial yang mengintegrasikan model kuantitatif dan kualitatif dengan menggunakan kuesioner. Grootaert et al., 2004 menegaskan,
metode kuantitatif digunakan untuk mengetahui dampak pembangunan terhadap eksistensi lembaga sosial dalam suatu komunitas. Alat yang digunakan adalah
kuesioner komprehensif yang di kombinasikan dengan instrumen Living Standards Measurement Survey LSMS.
Metode kualitatif digunakan untuk mengekplorasi kemungkinan terjadinya overlapping pada saat memahami tiap-tiap dimensi modal sosial yaitu: 1
komunitas dan jaringan kerjasama 2 kepercayaan dan solidaritas 3 kegiatan kolektif dan gotong royong 4 informasi dan komunikasi 5 kohesi sosial dan
inclusion, serta 6 pemberdayaan dan kegiatan politis. Menurut Burkart 2007, untuk meningkatkan pemahaman petani dan
masyarakat terhadap
kompleksitas masalah
pertanian dan
upaya penyelesaiannya diperlukan komunikasi yang intensif di setiap tingkatan
30 pemerintah dan masyarakat. Teknik pendekatan yang tepat sangat menentukan
keberhasilan dalam penyampaian pesan yang diinginkan. Komunikasi yang efektif dengan bahasa yang mudah dipahami akan lebih efektif di dalam
masyarakat. Selain itu diperlukan pula motivator yang mampu memberikan masukan dan saran kepada masyarakat mengenai masa depan program baru
yang sedang dilaksanakan. Penyuluhan dan pendidikan mengenai cara dan ketentuan yang harus dilaksanakan sebaiknya dilengkapi dengan satu areal
khusus untuk mempraktekannya. Hasil penelitian Pranadji 2006 membuktikan bahwa kesejahteraan
masyarakat di daerah lahan kering seperti di desa Kedung Poh, Boyolali adalah karena kuatnya modal sosial yang terbentuk di wilayah tersebut. Kekuatan
tersebut mampu mengurangi tekanan terhadap agroekosistem lahan kering yang dimanfaatkan masyarakat sebagai sumber penghasilannya.
Meskipun berbagai teknologi dan informasi masuk ke lingkungannya, namun tidak semuanya dapat diterima, diadopsi dan dipraktekkan oleh petani
lokal. Sebagai aktor yang paling mengenal kondisi lingkungan dimana ia tinggal dan bercocok tanam, petani memiliki kearifan farmer wisdom tertentu dalam
mengelola sumberdaya alamnya. Kearifan inilah yang menjadi dasar dalam mengadopsi informasi dan teknologi sehingga menghasilkan pengetahuan lokal
yang sesuai dengan kondisi pertanian setempat Sinclair dan Walker, 1998. Pemahaman yang dibangun dan dikembangkan oleh petani akan sangat
berguna sebagai masukan yang melengkapi dan memperkaya model pengetahuan ilmiah scientific models. Pada saat yang bersamaan petani dapat
menerima dan mengambil manfaat dari pengembangan model pengetahuan yang sudah ada tersebut sekaligus menularkannya kepada petani lain yang
belum pernah mencoba menerapkannya Joshi et al., 2004.
2.3.5. Agribisnis – Pemasaran Produk Pertanian