Kecamatan Dongko dan Pengembangan Wilayahnya

74 Tabel 4.11. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kabupaten Trenggalek No Tipe Penggunaan Lahan Luas ha 1 Tanah Sawah 11.204 2 Tanah Kering 46.943 3 Hutan Negara 61.245 4 Perkebunan 3.079 5 Lain-Lain 3.489 Jumlah 126.140 Sumber : Trenggalek Dalam Angka 2008

4.2.2 Kecamatan Dongko dan Pengembangan Wilayahnya

Kecamatan Dongko terletak di sebelah selatan Kabupaten Trenggalek. Daerah ini dilalui jalur alternatif Trenggalek – Pacitan sehingga memudahkan masyarakatnya untuk mengakses informasi sekaligus mendapatkan keperluan sehari-hari yang harus didatangkan dari luar Kecamatan. Lokasinya berbatasan dengan Kecamatan Suruh dan Pule di sebelah utara, berbatasan dengan Kecamatan Kampak di sebelah timur, Kecamatan Munjungan di bagian selatan dan berbatasan dengan Kecamatan Panggul di sebelah barat. Luas Kecamatan Dongko tercatat 141.000 ha yang mencakup 10 desa yaitu Watuagung, Pandean, Salamwates, Ngerdani, Petung, Cakul, Siki, Dongko, Sumberbening dan Pringapus. Seluruh wilayah ini merupakan pegunungan yang terletak pada ketinggian antara 600 m dpl – 900 m dpl. Tabel 4.12 menunjukkan luas wilayah desa-desa di Kecamatan Dongko dan luas hutan negara yang terdapat di wilayah tersebut. Tabel 4.12 Luas Wilayah Desa dan Hutan Negara di Kecamatan Dongko, 2006 Hektar Desa Luas Desa Luas Hutan Negara Watuagung 5.752 58.330 Pandean 17.062 97.250 Salam Wates 19.012 35.840 Ngerdani 7.792 105.440 Petung 13.082 54.050 Cakul 20.352 98.700 Siki 15.502 55.490 Dongko 15.612 21.130 Sumberbening 12.532 60.750 Pringapus 14.302 86.690 Jumlah 141.000 673.670 Sumber : Kecamatan Dongko Dalam Angka 2007 Wilayah Kecamatan Dongko termasuk sub satuan wilayah pembangunan SSWP koridor tengah bersama Kampak, Suruh dan Karangan. Kecamatan Karangan sebagai pusatnya. Kegiatan perekonomian digerakkan oleh sektor 75 pertanian, pertambangan, peternakan kambing, perkebunan kakao, cengkeh, perdagangan hasil-hasil pertanian, hutan rakyat dan jasa transportasi. Seluruh wilayah Kecamatan Dongko dikelilingi oleh kawasan hutan negara, baik berupa hutan lindung maupun hutan produksi. Posisi tersebut mengakibatkan arah pengembangan wilayahnya relatif terbatas. Oleh karena itu kerjasama masyarakat dengan Perum Perhutani sebagai badan usaha milik negara BUMN yang memiliki hak atas pengelolaan hutan negara menjadi penting, karena kualitas hubungan antara keduanya akan mempengaruhi keberlanjutan produksi pangan di wilayah ini. Rata-rata luas kepemilikan lahan pertanian milik masyarakat relatif sempit. Data BPP-Dongko 2008 menuliskan bahwa mayoritas kepemilikan lahan oleh petani Dongko saat ini terdapat pada kisaran 0,1 ha – 0,5 ha. Pembangunan sektor pertanian tetap menjadi fokus pemerintah untuk menggerakkan perekonomian wilayah Kecamatan Dongko. Suasana desa pertanian sangat terasa di wilayah ini, sumber bahan pangan keluarga sebagian besar tersedia di pekarangan. Dalam kondisi seperti ini, kepemilikan uang cash menjadi tidak terlalu penting, karena sumber bahan pangan sudah tersedia. Berbagai jenis tanaman dan ternak yang terdapat di pekarangan rumah, digunakan sebagai jaminan pemenuhan pangan bagi keluarga. Oleh karena itu setiap keluarga pasti menyisakan sebagian tanahnya untuk pekarangan, sehingga bangunan rumah dibuat bertingkat agar masih tersisa lahan untuk pekarangan.

4.2.3 Kondisi Tanah dan Agroklimat