I. PENDAHULUAN
Sektor pertanian merupakan sektor yang dapat diandalkan dalam pemuliaan perekonomian nasional. Mengingat sektor pertanian terbukti masih
dapat memberikan kontribusi pada perekonomian nasional walaupun badai krisis menerpa. Hal ini dikarenakan terbukanya penyerapan tenaga kerja di sektor
pertanian dan tingginya sumbangan devisa yang dihasilkan, selain itu dilihat bahwa peranan sektor pertanian dalam perekonomian Indonesia tahun 2003
sekitar 15,8 persen dan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian menurut hasil Sakernas sekitar 46,26 persen BPS, 2004.
Salah satu target pembangunan ekonomi dari pemerintahan kabinet Indonesia bersatu adalah mencapai tingkat pertumbuhan sektor pertanian
sebesar 3,52 persen per tahun dalam periode 2004-2005. Untuk dapat mencapai target tersebut, pembangunan di semua subsektor pertanian perlu
terus digalakan bukan hanya untuk memacu produksi tetapi juga untuk meningkatkan mutu, daya saing produk dan nilai tambah guna mengangkat
pendapatan dan kesejahteraan petani. Pembangunan disektor pertanian selain bertujuan meningkatkan
produksi juga untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Subsektor usaha tanaman hortikultura termasuk salah satu subsektor yang memegang peranan
penting dalam sektor pertanian. Hortikultura merupakan salah satu komoditas yang mempunyai potensi besar untuk dikembangkan diantara berbagai
komoditas pertanian yang ada di Indonesia. Ketersedian beragam jenis tanaman hortikultura yang meliputi tanaman buah, sayur, tanaman hias dan tanaman obat
yang dimiliki Indonesia dapat menjadi kegiatan usaha ekonomi yang sangat menguntungkan apabila dapat dikelola secara optimal.
Pisang, 33.97
Jeruk SiamKeprok, 13.90
Mangga, 10.02 Salak, 5.58
Pepaya, 5.11 NangkaCempedak,
4.95 Nanas, 4.95
rambutan, 4.95 Durian, 4.71
Lainnya, 11.86
Masih besarnya peluang pasar komoditas hortikultura ini, baik pasar domestik maupun pasar internasional harus segera di respon dengan
pengelolaan produksi yang tepat baik dari jenis, produk, kualitas, kuantitas, kontinuitas maupun distribusi. Salah satu sasaran pembangunan hortikultura
tahun 2005-2009 seperti yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Bina Hortikultura adalah meningkatkan produksi hortikultura rata-rata 5,24 persen
pertahun. Komoditas salak Salacca edulis merupakan salah satu tanaman yang
cocok untuk dikembangkan di Indonesia, menurut Widji 1999, petani salak umumnya dapat hidup layak dari usahataninya. Hal ini disebabkan oleh : 1
Menanam salak sangat mudah dan tidak perlu perawatan khusus yang rumit, 2 Hama penyakit relatif tidak ada dan 3 Buah salak mempunyai umur yang relatif
panjang, sehingga dapat memberikan hasil dalam jangka waktu yang lama, itulah yang mendasari pemerintah untuk menetapkan salak sebagai buah unggulan
nasional. Total produksi buah-buahan di Indonesia tahun 2004 sebesar 14,35 juta
ton, beberapa tanaman yang memberikan kontribusi produksi tersebut lebih dari 10 dari total produksi buah-buahan adalah pisang, jeruk siamkeprok dan
mangga, sedangkan tanaman salak memberikan kontribusi sebesar 5,58 persen. Persentase produksi buah-buahan menurut jenis tanaman tahun 2004 dapat
dilhat pada Gambar 1.
Gambar 1. Persentase Produksi Buah-buahan Tahun 2004
Keterangan : Lainnya merupakan gabungan dari Alpukat, belimbing, Dukulangsat, Jambu Biji, Jambu Air, Jeruk Besar, Sawo, Sirsak,
Sukun, Manggis, Markisa, Melon, Semangka, dan Blewah,
Salak merupakan buah yang memberikan sumbangan terbesar keempat terhadap buah nasional setelah pisang, jeruk siamkeprok dan mangga, yaitu
sebesar 5,58 persen 800.975 ton. Sumbangan produksi daerah Jawa sebesar 526.298 ton dan luar Jawa sebesar 274.677 ton. Propinsi Jawa Tengah
merupakan Propinsi penghasil buah salak terbesar yaitu sebesar 235.642 ton. Tabel 1. Perkembangan Produksi, Banyak Pohon dan Produktivitas Salak
Indonesia Tahun 2000-2004
Tahun Jumlah Tanaman Yang
Menghasilkan Rumpun Produksi
Ton Produktivitas
TonRumpunTahun
2000 36.012.255
423.548 0,012
2001 48.409.035
681.255 0,014
2002 45.408.123
768.015 0,012
2003 42.686.979
928.613 0,022
2004 31.200.998
800.975 0,026
Sumber : Badan Pusat Statistik Berdasarkan Tabel 1. terlihat bahwa selama tahun 2000-2003 mengalami
peningkatan produksi, tetapi pada tahun 2004 mengalami penurunan produksi. Jumlah tanaman yang menghasilkan pada tahun 200-2002 mengalami
peningkatan sedangkan pada tahun 2002-2004 mulai mengalami penurunan. Produktivitas terbesar terjadi pada tahun 2004 yaitu sebesar 0,026 per rumpun.
Daerah-daerah di Indonesia banyak yang tercatat sebagai sentra produksi salak akan tetapi, umumnya daerah-daerah itu memproduksi buah salak
yang khas. Daerah-daerah yang merupakan sentra produksi salak di Indonesia diantaranya Padangsidempuan Sumatera Barat, Serang, Sumedang,
Tasikmalaya, Batujajar Jawa Barat, Magelang, Ambarawa, Wonosobo, Banyumas, Purworejo, Purbalingga, banjarnegara Jawa Tengah, Sleman
Jogyakarta, Bangkalan, Pasuruan Jawa Timur, Karang Asem Bali, Enrekang Sulawesi Selatan.
Propinsi Jawa Barat memempati posisi ketiga dalam hal produksi salak setelah Jawa Tengah dan Sumatera Utara. Perkembangan produksi salak
dibeberapa sentra produksi salak Indonesia dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Perkembangan Produksi Salak di Daerah Sentra Produksi Tahun 2000-
2004 Ton
No Propinsi
2000 2001
2002 2003
2004
1 Sumatera Utara
124.586 255.080
209.816 214.707
191.713 2
DKI 56
345 75
274 180
3 Jawa Barat
66.651 89.403
113.228 176.958
135.360 4
Jawa Tengah 90.790
176.608 239.332
387.789 235.642
5 DI Jogyakarta
44.710 37.035
72.901 31.031
70.271 6
Jawa Timur 19.693
44.755 43.056
41.586 81.322
7 Bali
59.172 54.522
48.011 34546
36.787
Sumber : Badan Pusat Statistik
Kabupaten Sumedang merupakan salah satu daerah produksi propinsi Jawa Barat yang merupakan daerah yang giat mengembangkan usaha
hortikultura buah-buahan khususnya salak. Usaha salak di Kabupaten Sumedang dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan petani. Salak lokal
yang dikembangkan di Kabupaten Sumedang adalah salak bongkok. Dinamakan salak bongkok karena pertama kali ditemukan di Desa Bongkok yang terletak
dilereng Gunung Tampomas. Kabupaten Sumedang memiliki kondisi tanah yang
subur sehingga kualitas salak yang dihasilkan akan bermutu baik. Salak bongkok mulai dibudidayakan sebelum tahun 1960.
Pemerintah Kabupaten Sumedang dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah sendiri pada tahun 2001 mulai mengembangkan
komoditas-komoditas unggulan daerah. Komoditas unggulannya mencakup sektor pertanian, sektor perikanan, sektor kehutanan, sektor peternakan dan
sektor industri. Sektor pertanian peranannya masih dominan terhadap produk domestik regional bruto PDRB yaitu sebesar 29,72 persen, serta sumbangan
terbesar dari subsektor pertaniaan tanaman bahan makanan termasuk didalamnya tanaman hortikultura sebesar 22,64 persen terhadap subsektor
pertanian Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang, 2002. Dari hasil pelaksanaan pembangunan pertanian selama tahun 2004
diberbagai subsektor menunjukkan realisasi pencapaian sasaran terhadap sasaran yang beragam seperti pada sektor tanaman pangan yaitu untuk realisasi
produksi padi 105,66 persen, palawija 111,14 persen, sayuran 108,17 persen, dan untuk buah-buahan 110,14 persen Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang,
2004. Salah satu komoditas unggulan di bidang pertanian adalah komoditi tanaman hortikultura khususnya buah-buahan.
Populasi Tanaman buah-buahan tahun 2004 dibandingkan tahun sebelumnya mengalami penurunan sebesar 2,57 persen 23.679 kuintal, dimana
terdapat pencapaian realisasi produksi untuk beberapa komoditas utama buah- buahan yang mencapai target pada tahun 2004 yang telah ditetapkan.
Kontribusi pencapaiaan target produksi 2004 berasal dari komoditas utama walaupun komoditas ini mengalami penurunan produksi dari tahun 2003.
Produksi buah-buahan sebesar 897.698 kuintal yang dihasilkan dari 18 komoditas dengan populasi tanaman sebanyak 6.996.822 pohon, tetapi
yang berproduksi hanya 6.503.967 pohon. Realisasi luas lahan mengalami penurunan
sebesar 1,03 persen 67.984 pohon dibandingkan realisasi tahun 2003. Terjadinya penurunan pencapaian produksi buah-buahan tahun 2003 disebabkan
ada beberapa komoditas tanaman yang produksinya mengalami penurunan. Tabel 3. Realisasi Produksi Buah-Buahan di Kabupaten Sumedang Tahun
2003-2004
No Komoditi
Jumlah Tanaman Panen
Produksi 2003
2004 2003
2004 2003
2004 Pohon
Pohon Pohon
Pohon Kw
Kw
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 14
15 16
17 18
Alpukat Belimbing
Duku Durian
Jambu Biji Jambu Air
Jeruk Mangga
Manggis Nangka
Nenas Pepaya
Pisang Rambutan
Salak Sawo
Sirsak Sukun
131.991 9.722
12.471 85.940
72.140 12.459
121.046 371.891
4.822 101.315
128.993 90.969
3.343.412 151.322
1.272.151 59.277
18.742 11.458
158.420 9.717
12.399 253.679
71.155 17.634
127.833 482.621
4.862 227.074
133.255 91.262
3.367.460 208.220
1.272.686 60.363
18.048 14.478
72.625 9.643
4.153 38.059
77.027 7.291
24.395 247.939
1.356 99.569
92.346 145.052
4.805.150 101.168
673.363 37.733
8.945 2.900
68.443 6.375
3.257 20.687
77.216 9.245
41.927 262.883
1.401 107.673
101.375 145.379
4.470.634 65.823
907.366 43.154
10.507 3.096
31.903 751
1.700 23.923
8.344 1.399
4.112 77.966
476 34.681
1.048 11.477
588.758 31.882
37.311 12.580
934 655
26.033 803
1.144 12.251
9.783 14.32
9.317 77.550
337 46.024
1.128 14.862
563.410 563.410
19.378 49.137
1.144 890
Jumlah 6.289.224
6.996.822 6.631.951
6.503.967 921.377
897.698
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang, 2003-2004
Dari 18 tanaman buah-buahan yang dibudidayakan tersebut, yang paling banyak diusahakan adalah pisang, salak, mangga, nenas, jeruk, rambutan,
alpukat dan nangka. Salak bongkok merupakan buah-buahan yang paling banyak diusahakan, dimana salak bongkok ini merupakan salah satu buah
unggulan Kabupaten Sumedang. Daerah sentra produksi salak Kabupaten Sumedang yang paling banyak terdapat di Kecamatan Paseh yang menghasilkan
salak sebesar 22.650 kuintal dan Kecamatan Conggeang yang menghasilkan
salak sebesar 23.732 kuintal dari produksi seluruh kecamatan di Kabupaten Sumedang.
Tabel 4. Perkembangan Jumlah Tanaman dan Luas Panen Salak Bongkok di Kabupaten Sumedang Tahun 2000-2004
Tahun Jumlah Tanaman Pohon
Luas Panen Pohon
2000 2001
2002 2003
2004 1.266.486
1.234.713 1.274.574
1.272.151 1.272.689
- -
577.020 673.363
907.366
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang, 2000-2004
Jumlah tanaman salak mengalami peningkatan pada tahun 2002, tetapi pada tahun 2003 mengalami penurunan, kemudian pada tahun 2004 mengalami
peningkatan kembali walaupun hanya sedikit. Tanaman salak yang ada di Kabupaten Sumedang belum semuanya tanaman yang bisa menghasilkan atau
belum semuanya berproduksi. Dari jumlah tanaman salak yang ada pada tahun 2004 sebanyak 1.272.689 pohon ternyata hanya 907.366 tanaman yang sudah
menghasilkan, berarti terdapat 365.320 tanaman yang belum produktif. Hal ini terjadi karena adanya tanaman baru peremajaan yang mengganti tanaman
salak yang mati. Kabupaten Sumedang mempunyai potensi yang sangat besar dalam
pengembangan usahatani buah-buahan khususnya salak bongkok. Hal ini didukung dengan kondisi alamnya yang cocok untuk mengembangkan usahatani
buah-buahan, selain itu luas lahan pertanian yang sesuai untuk pembudidayaan buah-buahan ini merupakan faktor pendukung yang sangat menunjang.
Kabupaten Sumedang merupakan daerah yang strategis karena dekat dengan ibukota Provinsi Jawa Barat yaitu Bandung, sehingga mudah untuk memasok
dan memasarkan buah-buahan khususnya salak.
Perumusan Masalah
Kabupaten Sumedang merupakan salah satu daerah di propinsi Jawa Barat yang mengembangkan usaha hortikultura buah-buahan. Kabupaten
Sumedang menyimpan cukup banyak jenis atau ragam komoditi buah-buahan yang memiliki prospek cukup bagus yang salah satunya salak bongkok.
Beberapa permasalahan terkait dengan kegiatan produksi yang teridentifikasi melalui data sekunder adalah tingkat produktivitas yang masih rendah.
Perkembangan produksi dan produktivitas buah salak bongkok Kabupaten Sumedang dapat dilihat dalam Tabel 5.
Tabel 5. Perkembangan Produksi dan Produktivitas Buah Salak Kabupaten Sumedang Tahun 2001-2004
Tahun ProduksiKwintal
Luas Panen Pohon Produktivitas kgPohon
2001 49.883
925.950 3,94
2002 31.699
577.020 2,49
2003 37.311
673.363 5,54
2004 49.137
907.366 5,42
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang, 2001-2004
Berdasarkan Tabel 5 terlihat bahwa selama tahun 2001-2004 mengalami fluktuasi pada produksi, luas panen dan produktivitas. Buah salak di Kabupaten
Sumedang ini mengalami peningkatan yang sangat tajam, kecuali di tahun-tahun tertentu mengalami penurunan seperti pada tahun 2002 dan tahun 2004.
Penurunan ini diduga disebabkan oleh kurang efisiennya pengelolaan usahatani. Tingkat produktivitas yang dicapai berdampak pada tingkat pendapatan yang
diperoleh petani dalam mengelola usahatani. Tinggi rendahnya pendapatan yang diperoleh tersebut dapat ditentukan oleh tingkat produksi dan tingkat harga
yang diterima petani, begitu pula ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dan pendapatan petani. Dalam peningkatan
produktivitas di Desa Jambu ini banyak kendala yang dihadapi petani seperti
modal, pengetahuan petani yang masih rendah dan sumber daya input yang belum optimal.
Terbatasnya kepemilikan lahan yang dikuasai yang masih relatif sempit dimana luas lahan rata-rata yang dikerjakan petani adalah 0,42 hektar. Tanaman
yang dimiliki merupakan tanaman warisan yang turun-temurun, sehingga dalam pemeliharaannya belum dipelihara secara optimal. Hal ini mengakibatkan
produksinya tidak optimal sehingga penerimaannya tidak optimal. Petani hanya mementingkan hasilnya saja tanpa memperhatikan pemeliharaannya. Dinas
Pertanian Kabupaten Sumedang, 2002. Hal ini diduga menyebabkan belum optimalnya tingkat produksi yang dihasilkan selama ini. Modal juga merupakan
kendala dalam usahatani salak, banyak pohon yang dibongkar peremajaan dan tidak bisa ditanami kembali karena kurangnya modal.
Tabel. 6. Perkembangan Tambah Tanam dan Pembongkaran Tanaman Salak Bongkok Tahun 2002-2004
Tahun Tambah Tanam
Rumpun Tanaman yang
dibongkar Rumpun
2002 11.786
1.608 2003
1.827 4.190
2004 2.193
1.658
Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang, 2002-2004
Harga merupakan salah satu permasalahan juga, dengan banyaknya pesaing salak lain salak bongkok mengalami fluktuasi harga, yang menyebabkan
harga di petani rendah yang berakibat kepada keuntungan para petani belum stabil. Pada awal tahun 2005 harga salak yang terjadi di tingkat petani sekitar Rp
900,- sampai 1500,- per kilogram, sedangkan biaya produksi seperti upah tenaga kerja semakin meningkat.
Kabupaten Sumedang memiliki dua daerah sentra produksi salak yaitu kecamatan Paseh dan kecamatan Conggeang. Produksi salak bongkok di
kabupaten Sumedang khususnya di kecamatan Paseh dan Conggeang pada tahun 2000 mulai menampakkan penurunan selain itu tidak ada peningkatan
jumlah pohonnya. Data pohon dan jumlah produksi salak bongkok di dua kecamatan penghasil terbesar dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Data Pohon dan Jumlah Produksi Salak Bongkok Kecamatan Paseh dan Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang Tahun 2000-2004
Tahun Kecamatan Paseh
Kecamatan conggeang Pohon
Produksi KW Pohon
Produksi KW
2000 2001
2002 2003
2004 180.608
474.406 383.865
193.795 196.950
19.724 26.115
19.829 22.303
22.650 1.028.045
273.046 165.990
1.007.685 1.006.892
31.295 14.511
10.739 12.884
23.732 Sumber : Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang, 2000-2004
Dilihat dari jumlah pohon dan produksi pada tahun 2004 Kecamatan Conggeang merupakan daerah sentra produksi pertama yang sebelumnya
diduduki Kecamatan Paseh, maka dipilih sebagai daerah penelitian. Melihat permasalahan diatas yaitu diduganya kurang efisiennya penggunaan faktor-
faktor produksi oleh petani dalam budidaya salak bongkok, sehingga menyebabkan rendahnya pendapatan petani. Padahal biaya hidup semakin
meningkat oleh sebab itu perlu dianalisis tingkat pendapatan yang dihasilkan dari usahatani salak bongkok tersebut dan analisis faktor-faktor produksi perlu
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani salak bongkok. Berdasarkan uraian diatas, maka didapat
perumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi usahatani salak bongkok? 2. Bagaimana tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi yang
digunakan dalam usahatani salak bongkok? 3. Berapa tingkat pendapatan usahatani salak bongkok di daearah
penelitian?
Tujuan
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi usahatani salak bongkok
2. Menghitung sejauh mana tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usahatani salak bongkok.
3. Menganalisis pendapatan usahatani salak bongkok di daearah penelitian
Kegunaan
1. Sebagai informasi mengenai kondisi usahatani salak bongkok sehingga diharapkan memberikan motivasi kepada petani untuk meningkatkan
usahatani salak bongkok 2. Sebagai informasi bagi petani dan instansi-instansi yang terkait dalam
rangka pengembangan salak bongkok.
II. TINJAUAN PUSTAKA