scale. Nilai elastisitas produksi sebesar 0,594 artinya 1 persen dari masing- masing faktor produksi secara bersama-sama akan meningkatkan produksi salak
bangkok sebesar 0,594 persen.
6.3. Analisis Efisiensi Ekonomi
Kegiatan usahatani erat hubungannya dengan proses produksi dimana digunakan faktor-faktor produksi tertentu. Petani yang rasional akan selalu
berusaha untuk memaksimumkan keuntungannya, salah satu caranya adalah dengan mengalokasikan penggunaan foktor-faktor produksinya seefisien
mungkin. Menurut Doll dan Orazem dalam La Mani 2005, keuntungan maksimal akan dicapai dengan memenuhi dua syarat yaitu syarat keharusan dan
syarat kecukupan. Pemenuhan syarat keharusan ditandai dengan tercapainya suatu persamaan, dimana rasio Nilai Produk Marjinal NPM terhadap Biaya
Korbanan Marjinal BKM sama dengan satu. Untuk menghitung Nilai Produksi Marjinal NPM diperlukan Besaran Produk Marjinal PM, karena Nilai Produk
Marjinal NPM merupakan hasil kali harga produk Py dengan Produk Marjinal PM, sedangkan yang dimaksud dengan Biaya Korbanan Marjinal BKM sama
dengan harga dari masing-masing faktor produksi itu sendiri. Tingkat efisiensi ekonomis dari penggunaan faktor-faktor produksi dapat
dilihat dari rasio Nilai Produk Marjinal NPM dengan Biaya Korbanan Marjinal BKM per periode produksi. Tingkat efisiensi dalam produksi dapat dilihat dari
rasio Nilai Produk Marjinal NPM dengan Biaya Korbanan Marjinal BKM per periode produksi. Dalam kasus ini, pengalaman dan umur tanaman tidak
dianalisis efisiensi ekonominya, hanya faktor-faktor produksi yang bersifat fisik saja yang dianalisis. Tingkat efisiensi dari penggunaan faktor-faktor produksi
usahatani salak bongkok dapat dilihat pada Tabel 19, dengan rata–rata produksi per luas lahan yang diusahakan petani responden usahatani salak bongkok di
Desa Jambu adalah 2.800 kg per tahun dengan harga jual pada tingkat petani adalah Rp 900,- per kilogram.
Tabel 19. Rasio Marjinal NPM Nilai Produksi dengan Biaya Korbanan Marjinal BKM Usahatani salak Bongkok di Desa jambu
Faktor Produksi Penggunaan
Input Koefisien
Regresi NPM
BKM Rasio
NMPBKM
Luas Lahan X
1
0,3 Ha 0,2767
2.324.280 2.000.000
1,16 Tenaga Kerja X
5
94,4 HOK 0,5683
15.170,72 17.000
0,89
Keterangan : Y = 2.800 Kg Py = Rp. 900
Tabel 19 diatas terlihat bahwa penggunaan faktor-faktor produksi usahatani salak bongkok di Desa Jambu masih belum mencapai kondisi efisien dan
optimal. Hal ini ditunjukkan dengan Rasio NPM dan BKM tidak sama dengan satu. Faktor produksi luas lahan rasio NPM dan BKM-nya lebih besar dari satu
yang artinya penggunaan faktor-faktor produksi tersebut masih perlu ditambah untuk mencapai hasil yang maksimum. Secara umum penggunaan luas lahan
masih relatif rendah disebabkan oleh tingginya biaya dari faktor-faktor produksi tersebut, disamping keterbatasan modal yang dimiliki oleh petani responden.
Hasil analisis Nilai Produk Marjinal untuk luas lahan adalah sebesar 2.324.280 hal ini berarti bahwa setiap penambahan luas lahan seluas 0,3 hektar akan
menambah penerimaan petani sebesar Rp 2.324.280,-, dibandingkan Biaya
Korbanan Marjinal untuk luas lahan sebesar Rp 2.000.000,-, sehingga diperoleh rasio NPM terhadap BKM sebesar 1,16, sehingga petani salak bongkok
sebaiknya menambah luas lahan usahataninya karena akan memberikan tambahan penerimaan.
Pegunaan faktor produksi tenaga kerja memiliki nilai rasio NPM dan BKM kurang dari satu, hal ini berarti bahwa penambahan penggunan faktor produksi
tenaga kerja tidak akan meningkatkan produksi ataupun sudah berlebih. Meskipun dari hasil analisis fungsi produksi masih bisa ditingkatkan namun
secara ekonomis penambahan jumlah tenaga kerja dan pupuk urea tersebut sudah tidak efisien lagi. Nilai produksi marjinal tenaga kerja sebesar 15.170,72
artinya bahwa setiap penambahan 1 HOK akan memberikan tambahan penerimaan petani sebesar Rp
15.170,72,-, sedangkan biaya korbanan marjinal untuk tenaga kerja adalah Rp 17.000,- dan diperoleh rasio NPM terhadap BKM
sebesar 0,89 untuk itu petani disarankan untuk mengurangi pengunaan tenaga kerja terutama tenaga kerja luar keluarga.
Kondisi optimal dari faktor-faktor produksi usahatani salak bongkok di Desa Jambu dapat dilihat pada Tabel 20 Hasil perhitungan tersebut terlihat bahwa
keadaan telah mencapai kondisi optimal yaitu untuk luas lahan dan tenaga kerja telah memiliki nilai NPM dan BKM sama dengan satu. Penggunaan luas lahan
pada kondisi optimal meningkat menjadi 0,35 hektar, sedangkan penggunaan tenaga kerja dikurangi menjadi 84,01 HOK. Penggunaan kondisi optimal untuk
pupuk kandang dan pupuk urea disesuaikan dengan rekomendasi di Desa Jambu.
Tabel 20. Rasio Nilai Marjinal Produk NPM dengan Biaya Korbanan Marjinal BKM Usahatani Salak Bongkok di Desa Jambu pada Kondisi
Optimal
Faktor Produksi Koefisien
Regresi NPM
BKM Rasio
NMPBKM Kombinasi
Optimum
Luas Lahan X
1
0,2767 2.324.280
2.000. 000 1,00
0,35 Ha Tenaga Kerja X
5
0,5683 15.170,72
17.000 1,00
84,01 HOK
VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI