3.1.2. Analisis Elastisitas Produksi
Tingkat produktivitas diukur dari suatu proses produksi, terdapat dua parameter yaitu : 1 produk marjinal dan 2 produk rata-rata. Yang dimaksud
produk marjinal PM adalah tambahan produk yang dihasilkan dari setiap menambah satu-satuan foktor produksi yang dipakai. Sedangkan produk rata-
rata PR adalah tingkat produktivitas yang dicapai setiap satuan produksi. Kedua tolak ukur ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
i
Χ =
∆Χ ∆Υ
= =
,
f Tertentu
Input Tambahan
Output Tambahan
PM
i
Χ Υ
= =
Tertentu Total
Input Total
Output PR
Untuk melihat perubahan dari produk yang dihasilkan yang disebabkan oleh faktor produksi yang dipakai dapat dinyatakan dengan elastisitas produksi.
Elastisitas produksi adalah rasio tambahan relatif produk yang dihasilkan dengan perubahan dari produk yang dihasilkan sebagai akibat persentase perubahan
faktor produksi yang digunakan. Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :
PR PM
E
Prod
= Χ
Υ ⋅
Χ ∂
Υ ∂
= Untuk menunjukkan jumlah produksi yang dihasilkan dari penggunaan
faktor produksi dapat dibedakan menjadi tiga daerah produksi yang memberikan gambaran nilai elastisitas produksi yang diperoleh dari suatu proses produksi
dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar 2. Daerah Produksi dan Elastisitas Produksi Sumber : Lipsey, 1995
Keterangan : a. Daerah produksi I
Daerah produksi I mempunyai elastisitas produksi lebih dari satu yang terletak antara titik asal O dan X
2
, artinya setiap penambahan faktor produksi sebesar 1 persen akan menyebabkan penambahan output yang selalu lebih
besar dari satu persen. Di daerah ini belum tercapai produksi yang optimal yang akan memberikan keuntungan yang maksimum, karena produksi masih dapat
diperbesar dengan pemakaian faktor produksi yang lebih banyak. Oleh karena itu, daerah produksi I disebut sebagai daerah irrasional Irrational region atau
Irrational Stage of Production. b. Daerah produksi II
Pada daerah ini elastisitas produksi bernilai antara nol dan satu, terletak antara titik X
2
dan X
3
artinya setiap penambahan faktor produksi sebesar 1 persen akan menyebabkan penambahan produksi paling tinggi 1 persen dan
paling rendah nol. Daerah ini dicirikan oleh penambahan hasil produksi yang peningkatannya makin berkurang dimnishingdeacreasing returns. Pada tingkat
tertentu dari penggunaan faktor-faktor produksi di daerah ini akan memberikan keuntungan maksimum. Hal ini berarti bahwa penggunaan faktor-faktor produksi
sudah optimal. Oleh karena itu, daerah produksi II disebut sebagai daerah rasional Rational Region atau Rational Stage of Production.
c. Daerah produksi III Pada daerah ini nilai elastisitas produksi lebih kecil dari nol, artinya setiap
penambahan faktor-faktor akan menyebabkan penurunan jumlah produksi yang dihasilkan. Daerah produksi ini mencerminkan pemakaian faktor-faktor produksi
yang sudah tidak efisien, sehingga daerah ini disebut juga daerah irrasional.
3.1.3. Model Fungsi Produksi yang digunakan