Konsep Usahatani Kerangka Pemikiran Teoritis

j j Px Py dx dy = ⋅ = Dimana : j dx dy = Produk marjinal faktor produksi ke-j = PMx j . P y = PX j = NPMx j = BKMx j Apabila harga faktor produksi tidak dipengaruhi oleh jumlah pembelian faktor produksi, maka persamaanya dapat ditulis sebagai berikut : NPMx j = BKMx j 1 = j j BKMx NPMx Untuk penggunaan lebih dari satu faktor produksi, maka efisiensi tercapai apabila : 1 2 2 1 1 = ⋅⋅ ⋅⋅ ⋅⋅ = = j j BKMx NPMx BKMx NPMx BKMx NPMx Bila nilai marjinal produk faktor produksi ke- j NPMx j lebih besar dari biaya korbanan marjinal faktor produksi ke-j BKMx j maka penggunaan faktor produksi ke-j belum efisien, sehingga penggunaanya perlu ditambah, dan sebaliknya bila nilai marjinal produk faktor produksi ke–j NPMx j lebih kecil dari biaya korbanan marjinal faktor produksi ke-j BKMx j maka penggunaan faktor produksi ke-j belum efisien, sehingga penggunaanya perlu dikurangi.

3.1.5. Konsep Usahatani

Hernanto 1991, mengemukakan bahwa usahatani adalah organisasi dari alam, kerja, modal yang ditujukan pada produksi di lapangan pertanian. Berdasarkan definisi tersebut, maka terdapat empat unsur pokok dalam usahatani yang saling terkait dalam pengelolaannya, yakni lahan, tenaga kerja, modal dan manajemen. Analisis usaha dimaksudkan untuk mengetahui kekuatan pengelolaan secara menyeluruh. Ini berarti meliputi kekayaan keluarga yang dapat dinilai dan sebagai jaminan atau agunan bank serta usahanya. Informasi ini penting bagi pengelola dalam kedudukannya yang berkaitan dengan kredit, pajak-pajak usaha dan pajak kekayaan Hernanto,1991. Lahan merupakan faktor produksi yang relatif langka dibandingkan dengan faktor produksi lainnya dan distribusi penguasaannya dimasyarakat tidak merata. Perbedaan golongan petani berdasarkan luas tanah akan berpengaruh terhadap sumber dan distribusi pendapatannya. Lahan pada usahatani bisa berupa lahan pekarangan, tegalan sawah dan sebagainya. Lahan tersebut dapat diperoleh dengan membeli, menyewa dan bagi hasil atau menyakap. Penggunaan lahan dapat diusahakan monokultur atau polikultur. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang kedua selain tanah, modal dan pengelolaan. Menurut jenisnya, tenaga kerja usahatani terdiri dari tenaga kerja manusia dan tenaga kerja mekanik. Tenaga kerja dapat bersal dari dalam keluarga dan dari luar keluarga. Tenaga kerja dari luar keluarga biasanya diperoleh dengan sistem upahan. Tjakrawiralaksana 1983 mengemukakan bahwa konversi tenaga kerja untuk pria : wanita : anak-anak = 1 : 0,8 : 0,5. Untuk menyeragamkan di lapangan, maka konversi tenaga kerja yang digunakan adalah penyetaraan dengan tenaga kerja pria HKP. Unsur ketiga dalam proses produksi pertanian adalah modal. Modal adalah barang atau uang yang bersama-sama dengan faktor lain dan tenaga kerja serta pengelolaan menghasilkan barang-barang baru, yaitu produk pertanian. Berdasarkan sifat modal dibedakan menjadi dua yaitu modal tetap dan modal bergerak. Modal tetap adalah modal yang habis pada suatu periode produksi. Modal tetap meliputi : tanah, bangunan dan alat-alat pertanian, sedangkan modal bergerak adalah modal yang habis dalam satu periode proses produksi. Modal bergerak meliputi : benih, pupuk, obat-obatan dan piutang di bank. Pengelolaan merupakan unsur terakhir dalam usahatani. Pengelolaan usahatani adalah kemampuan petani menentukan, mengorganisasi dan mengkoordinasikan faktor-faktor produksi yang dikuasai sebaik-baiknya dan mampu memberikan produksi pertanian sebagaimana yang diharapkan. Ukuran dari keberhasilan pengelolaan adalah produktivitas dari setiap faktor maupun produktivitas dari usahatani. Soekartawi 1986 mengemukakan bahwa tujuan berusahatani dapat dikategorikan menjadi dua yaitu memaksimumkan keuntungan atau meminimumkan biaya. Konsep memaksimumkan keuntungan adalah bagaimana mengalokasikan sumberdaya dengan jumlah tertentu seefisien mungkin, untuk memperoleh keuntungan maksimum. Sedangkan meminimumkan biaya berarti bagaimana menekan biaya produksi sekecil-kecilnya untuk mencapai tingkat produksi tertentu. Analisis usahatani yang dilakukan harus mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan dan nilai produksi yang akan dicapai selama umur proyek, yang keduanya dapat dihitung keuntungan dari usahatani tersebut. Meskipun berada pada kondisi usahatani yang belum efisien, namun kenyataannya petani merasakan bahwa usahatani itu tetap menguntungkan, sehingga masih banyak diusahakan oleh mereka. Biaya usahatani dapat berbentuk biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. Biaya tunai adalah biaya yang dibayar dengan uang, seperti biaya pembelian sarana produksi, biaya pembelian bibit, pupuk dan obat-obatan serta biaya upah tenaga kerja. Biaya yang diperhitungkan digunakan untuk menghitung berapa sebenarnya pendapatan kerja petani, modal dan nilai kerja keluarga Soekartawi, et al. 1986. Tenaga kerja keluarga dinilai berdasarkan upah yang berlaku. Biaya penyusutan alat-alat pertanian dan sewa lahan milik sendiri termasuk biaya diperhitungkan. Biaya atau pengeluaran mencakup juga penurunan inventaris usahatani. Nilai inventaris berkurang karena hilang, rusak atau karena penyusutan.

3.1.6. Pendapatan Usahatani

Dokumen yang terkait

Analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan pendapatan usahatani kentang di Desa Raya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Tanah Karo, Propinsi Sumatera Utara

1 9 109

Analisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani jamur tiram putih (Studi kasus di Desa Tugu Utara, kecamatan Cisarua, kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat)

0 12 119

Analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan pendapatan usahatani cabai merah (Studi kasus di Desa Karawang, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi)

0 7 119

Analisis Perilaku Konsumen Salak Bongkok Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Usahatani Dan Daya Saing Salak Bongkok Asal Desa Bongkok Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang

1 12 99

Analisis tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan pendapatan usahatani padi berdasarkan status petani: studi kasus di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor

1 7 236

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Varietas Ciherang (Studi Kasus: Gapoktan Tani Bersama, Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

2 10 180

Analisis Pendapatan Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kedelai di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur

3 9 62

Analisis Faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Kemangi di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Bogor

10 58 85

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CENGKEH DI KECAMATAN JATIYOSO KABUPATEN KARANGANYAR

0 0 15

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI KEDELAI (Studi Kasus di Kecamatan Weru)

1 0 106