Analisis Fungsi Produksi ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI SALAK BONGKOK

VI. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI SALAK BONGKOK

6.1. Analisis Fungsi Produksi

Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usahatani salak bongkok ini adalah tenaga kerja, pupuk kandang dan pupuk urea. Faktor-faktor produksi tersebut merupakan variabel Dependent Variable yang mempengaruhinya, produksi salak bongkok sebagai variabel tidak bebasnya Independent Variabel. Setelah pengumpulan informasi dan pendataan jumlah produksi salak bongkok serta tingkat penggunaan input yang digunakan dalam proses budidaya, maka disusunlah suatu model fungsi produksi untuk hubungan antara faktor-faktor produksi yang digunakan dengan output yang dihasilkan. Dalam penelitian ini faktor-faktor produksi yang diduga adalah luas lahan X 1 , umur tanaman X 2 , jumlah tanaman X 3 , pengalaman X 4 , tenaga kerja X 5 , pupuk kandang X 6 , dan pupuk urea dammy, sedangkan respon yang digunakan adalah produksi Y. Model yang digunakan untuk menganalisis usahatani salak bongkok adalah model fungsi produksi Cobb- Douglas. Sebelum menerima model fungsi produksi yang diajukan dengan semua pertimbangan dan asumsi–asumsi yang mendasarinya, terlebih dahulu harus melakukan pengujian terhadap ketepatan model. Hal ini harus dilakukan sebab parameter- parameter dalam model merupakan penduga. Pengujian model regresi digunakan koefisien determinasi, nilai F-hitung, t-hitung dan uji multikolinearitas antar variabel sehingga diperoleh model regresi terbaik. Analisis efisiensi produksi didasarkan pada data yang terkumpul dari 60 orang petani contoh. Hasil parameter dugaan yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini. Tabel 17. Hasil Pendugaan Fungsi Produksi Usahatani Salak Bongkok di Desa Jambu Variabel Koefisien regresi Nilai t-hitung VIF Konstanta 0,9461 1,22 Luas Lahan X 1 0,02499 0,42 41,2 Umur Tanaman X 2 -0,0554 -0,29 1,8 Jumlah Tanaman X 3 -0,88819 -12,61 29,7 Pengalaman X 4 0,00295 0,04 3,8 Tenaga Kerja X 5 0,16478 1,69 3,3 Pupuk Kandang X 6 0,08321 1,88 1,4 Dammy Pupuk Urea -0,04551 -1,25 2,1 R 2 = 97,1 R-sq adj = 96,9 F-Hitung = 794,38 Berdasarkan Tabel 17 dapat dilihat bahwa nilai VIF pada variabel jumlah tanaman dan variabel luas lahan memiliki nilai VIF lebih dari 10 VIF 10. Hal ini mengidentifikasikan terjadinya multikolinearitas pada variabel jumlah tanaman dan luas lahan. Salah satu cara untuk mengatasi masalah multikolinearitas adalah dengan mengeluarkan satu variabel yang berkolinear Gujarati, 1991. Nilai VIF jumlah tanaman X 3 lebih besar dari 10 VIF 29,7 yang artinya terdapat hubungan linear sempurna antara beberapa atau semua peubah bebas variabel penjelas, dalam suatu model fungsi produksi terutama karena adanya hubungan yang kuat pada faktor produksi luas lahan X 1 dengan faktor produksi lainnya. Menurut Gujarati, 1991 untuk menghilangkan adanya multikolinearitas pada fungsi produksi, maka faktor produksi yang mempunyai korelasi paling besar dapat dihilangkan. Berdasarkan uji korelasai person bahwa jumlah tanaman mempunyai nilai korelasi paling besar dibandingkan dengan luas lahan yaitu sebesar 0,29, sedangkan untuk luas lahan sebesar 0,019 lampiran 6. Oleh karena itu, variabel jumlah tanaman dihilangkan dari fungsi produksi. Setelah variabel jumlah tanaman dihilangkan dari fungsi produksi, multikolinearitas sudah tidak terjadi. Hubungan antara faktor - faktor produksi sebagai variabel bebas dengan produksi salak bongkok sebagai variabel tak bebas setelah menghilangkan jumlah tanaman dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Hasil Parameter Pendugaan Fungsi Produksi Usahatani Salak Bongkok di Desa Jambu Setelah Faktor Jumlah Tanaman Dihilangkan Variabel Koefisien regresi Nilai t- hitung P VIF Konstanta 1,110 0,95 0,347 Luas Lahan X 1 0,2767 2,47 0,017 b 1,1 Umur Tanaman X 2 -0,4388 -4,91 0,000 a 2,3 Pengalaman X 4 0,0863 0,59 0,555 3,7 Tenaga Kerja X 5 0,5683 3,09 0,003 a 2,8 Pupuk Kandang X 6 -0,10746 -1,30 0,201 1,2 Dammy Pupuk Urea 0,20900 3,45 0,001 a 1,4 R 2 = 96,2 R-sq adj = 95,8 F- Hitung = 226,15 Keterangan = a : Signifikan pada tingkat kepercaayan 99 b : Signifikan pada tingkat kepercaayan 95 : Tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 95 Berdasarkan Tabel 18 dapat dilihat bahwa nilai F-hitung sebesar 226,15 signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi yang digunakan secara bersama-sama variabel luas lahan, umur tanaman, jumlah tanaman, pengalaman, tenaga kerja, pupuk kandang dan peubah dummy pupuk urea signifikan terhadap produksi. Dari uji skala usaha yang dilakukan F-hitung sebesar 8,926 yang lebih besar T 0,05 1,32. Hal ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara faktor produksi dengan variabel jumlah tanaman dan tanpa variabel jumlah tanaman. Nilai koefisien determinasi R 2 sebesar 96,2 persen dan nilai koefisien determenasi terkorelasi R-Sq sebesar 95,8 persen. Nilai determinasi ini menunjukkan bahwa 95,8 persen dari variasi produksi dijelaskan oleh model luas lahan, umur tanaman, pengalaman, tenaga kerja, pupuk kandang dan peubah dummy pupuk urea, sedangkan sisanya 4,2 persen dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model. Secara matematis model fungsi produksi Cobb- Douglas dari hasil pendugaan tersebut adalah sebagai berikut : Ln Y = 1,11 + 0,277 Ln Luas Lahan – 0,44 Umur Tanaman + 0,086 Pengalaman + 0,568 Tenaga Kerja – 0,107 Pupuk Kandang + 0,209 Dummy Pupuk Urea Nilai uji-t yang terlihat pada Tabel 18 menunjukkan bahwa tidak semua variabel penduga signifikan. Nilai t-hitung untuk variabel umur tanaman, tenaga kerja dan variabel dummy pupuk urea signifikan pada tingkat kepercaayan 99 persen dan luas lahan signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Variabel pengalaman dan pupuk kandang tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 95 persen. Hal ini diduga karena tanaman salak bongkok di tempat penelitian merupakan tanaman turun temurun dan dalam pengusahaannya berdasarkan kebiasaan, selain itu diduga karena kurangnya variasi data.

6.2. Analisis Elastisitas Produksi dan Skala Usaha

Dokumen yang terkait

Analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan pendapatan usahatani kentang di Desa Raya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Tanah Karo, Propinsi Sumatera Utara

1 9 109

Analisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani jamur tiram putih (Studi kasus di Desa Tugu Utara, kecamatan Cisarua, kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat)

0 12 119

Analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan pendapatan usahatani cabai merah (Studi kasus di Desa Karawang, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi)

0 7 119

Analisis Perilaku Konsumen Salak Bongkok Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Usahatani Dan Daya Saing Salak Bongkok Asal Desa Bongkok Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang

1 12 99

Analisis tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan pendapatan usahatani padi berdasarkan status petani: studi kasus di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor

1 7 236

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Varietas Ciherang (Studi Kasus: Gapoktan Tani Bersama, Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

2 10 180

Analisis Pendapatan Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kedelai di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur

3 9 62

Analisis Faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Kemangi di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Bogor

10 58 85

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CENGKEH DI KECAMATAN JATIYOSO KABUPATEN KARANGANYAR

0 0 15

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI KEDELAI (Studi Kasus di Kecamatan Weru)

1 0 106