Gambaran Umum Usahatani Salak Bongkok

= 21 9 18,33 Jumlah 60 100,00 Berdasarkan Tabel 15 dapat dilihat bahwa sebagian besar petani responden telah berpengalaman dalam usahatani salak bongkok. Sebanyak 41 petani responden 70,00 persen mempunyai pengalaman 11 tahun keatas. Hal ini menyatakan bahwa petani salak bongkok di daerah penelitian sudah berpengalaman dalam berusahatani. Sisanya petani responden mempunyai pengalaman 1-10 tahun sebanyak 6 orang 10,00 persen.

5.3.3. Pola Pengusahaan Salak Bongkok

Tanaman salak yang diusahakan oleh petani di Desa Jambu tidak dikelola dengan baik seperti tanaman buah-buahan pada umumnya. Pengeloaan tanaman salak di daerah ini tidak dikelola secara intensif tetapi dibiarkan tumbuh alami. Gambaran mengenai pengusahaan tanaman salak setiap responden berdasarkan kelompok umur tanaman dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Sebaran Pengusahaan Usahatani Salak Bongkok dari Petani Responden di Desa Jambu Tahun 2006 Umur Tanaman Tahun Jumlah Responden Orang Persentase responden Jumlah Pohon Rumpun 1-5 6-10 11-15 16-20 21 = 4 10 16 15 4 3,33 31,67 33,33 25,00 6,67 110 1.950 1.850 1.355 154 Jumlah 60 100 5.414 Berdasarkan Tabel 15 diatas menunjukkan bahwa 33,33 persen pengusahaan tanaman salak bongkok oleh responden berada pada umur 11-15 tahun dengan jumlah tanaman 1.850 rumpun.

5.4. Gambaran Umum Usahatani Salak Bongkok

Petani salak bongkok di Desa Jambu, Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang Bercocok tanan pada lahan sendiri. Keadaan geografis yang mendukung membuat usahatani salak ini dijalankan secara turun-tenurun oleh keluarga petani. Tanaman salak bongkok ada yang menggunakan bibit yang dibuat sendiri atau hasil cangkokan dari pohon yang sudah tua dan ada juga yang berasal dari bibit langsung. Penanaman salak ini baik yang berasal dari biji atau bibit ditanam dalam lubang dangkal berjarak 25 cm X 30 cm. Tanah sebelumnya diolah terlebih dahulu untuk menggemburkan. Jarak tanam yang digunakan adalah rata-rata 2 m X 3 m. Pemeliharaan dilakukan dengan penyiangan karena sanitasi sangat penting bagi pertumbuhan terutama untuk tanaman yang masih muda. Selama ini salak bongkok di daerah penelitian tidak pernah diberikan obat-obatan dan pupuk anorganik juga diberikan pada waktu tanaman masih kecil saja, seterusnya tidak pernah lagi diberikan pupuk. Pupuk yang digunakan yaitu pupuk urea dengan dosis 350 kgha. Pupuk organik yang digunakan petani yaitu pupuk kandang yaitu kotoran kambing atau domba dengan dosis 1.750 kgha. Pemberian pupuk kandang juga diberilkan pada waktu penanaman saja. Alasan tidak diberikan pupuk berikutnya karena tanah kebun yang ada dianggap masyarakat sudah berhumus dan cocok untuk tanaman salak. Tanaman salak mulai berbunga setelah berusia 3-4 tahun, tapi pada tanah yang kurang subur, bunga itu baru muncul di tahun ke-5 sampai ke-7. Setelah tanaman berbunga, dilakukan pengamatan terhadap kelamin bunga, bila bunga jantan tanaman langsung ditebang kecuali yang tumbuh dipinggir kebun untuk dimanfaatkan sebagai pagar. Tanaman yang tersisa praktis yang berbunga betina. Tanamannya kemudian dibumbung agar pertumbuhan batangnya kuat dan kokoh. Daun-daun tua, pelepah yang rusak dan tumbuh tidak beraturan dipangkas, sehingga penampilannya rapi dan cahaya matahari bisa lebih merata di kebun. Tanaman ini sampai usia 9 tahun tumbuh sendiri, tetapi setelah mencapai 10 tahun dia membentuk rumpun itulah dihasilkan 6-7 kg salak permusim. Pemanenan dilakukan apabila buah salak sudah tua dan siap untuk dipanen. Ciri buah yang siap panen adalah warna kulit cenderung tua, kulit luarnya merah terlihat mengkilat, duri-durinya yang lembut mulai rontok. Apabila buah dalam satu tandan sudah matang semua maka buah diambil semua dari rumpun dengan memotong pangkal tandan, tetapi apabila buah belum begitu matang tidak matang semua maka diambil sebagian saja dan sisanya dipanen pada minggu berikutnya. Pemanenan ini menggunakan golok panjang yang ujungnya melengkung tajam. Salak ini pertandan memiliki dua macam bentuk buah, satu berbentuk lonjong panjang dan yang lainnya bulat buntek tetapi keduanya sama-sama berdaging tebal dan manis. Ukuran buah salak tergolong lumayan sehingga perkilogramnya rata-rata berisi 8-17 butir. Setelah salak dipanen dan diangkut, kemudian dilakukan sortor atau pemisahan antara buah yang berukuran besar dan berukuran kecil, setelah itu baru di kemas. Pengemasan salak menggunakan keranjang yang berkapasitas 50-60 kg. Pengemasan salak ini bisa dalam bentuk tandan dan satuan. Tenaga kerja yang digunakan dalam usahatani salak adalah tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja ini digunakan untuk kegiatan yang meliputi kegiatan pemeliharaan dan pembersihan, pemanenan dan pengangkutan. Upah bagi tenaga kerja sebesar Rp 15.000 – Rp. 17.000 per orang per hari, kecuali untuk tenaga kerja pengangkuatan sebesar Rp 5000 per 50 kg atau disesuaikan dengan jauh dekatnya kebun. Salak bongkok ini dijual ada yang langsung oleh petani sendiri, adapula yang dijual melalui pedagang pengumpul yang ada di daerah penelitian dan adapula yang dijual ke para tengkulak yang datang dari beberapa daerah seperti Indramayu, Cirebon, Bandung, Majalengka dan daerah lainnya. Selain berusaha salak para petani di daerah penelitian mengusahakan tanaman lain seperti tanaman pisang, melinjo, vaneli, picung dan buah kementeng, serta bidang peternakan seperti ayam, kambing, domba dan sapi. Usaha pisang dan vaneli ini dikembangkan pada tanah yang tidak ditanami salak, sedangkan melinjo, kementeng dan picung ditanam dikebun salak sebagai tanaman pelindung. Ternak dipelihara di tanah pekarangan.

VI. ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI SALAK BONGKOK

6.1. Analisis Fungsi Produksi

Faktor-faktor produksi yang digunakan dalam usahatani salak bongkok ini adalah tenaga kerja, pupuk kandang dan pupuk urea. Faktor-faktor produksi tersebut merupakan variabel Dependent Variable yang mempengaruhinya, produksi salak bongkok sebagai variabel tidak bebasnya Independent Variabel. Setelah pengumpulan informasi dan pendataan jumlah produksi salak bongkok serta tingkat penggunaan input yang digunakan dalam proses budidaya, maka disusunlah suatu model fungsi produksi untuk hubungan antara faktor-faktor produksi yang digunakan dengan output yang dihasilkan. Dalam penelitian ini faktor-faktor produksi yang diduga adalah luas lahan X 1 , umur tanaman X 2 , jumlah tanaman X 3 , pengalaman X 4 , tenaga kerja X 5 , pupuk kandang X 6 , dan pupuk urea dammy, sedangkan respon yang digunakan adalah produksi Y. Model yang digunakan untuk menganalisis usahatani salak bongkok adalah model fungsi produksi Cobb- Douglas. Sebelum menerima model fungsi produksi yang diajukan dengan semua pertimbangan dan asumsi–asumsi yang mendasarinya, terlebih dahulu harus melakukan pengujian terhadap ketepatan model. Hal ini harus dilakukan sebab parameter- parameter dalam model merupakan penduga. Pengujian model regresi digunakan koefisien determinasi, nilai F-hitung, t-hitung dan uji multikolinearitas antar variabel sehingga diperoleh model regresi terbaik. Analisis efisiensi produksi didasarkan pada data yang terkumpul dari 60 orang petani contoh. Hasil parameter dugaan yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini.

Dokumen yang terkait

Analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan pendapatan usahatani kentang di Desa Raya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Tanah Karo, Propinsi Sumatera Utara

1 9 109

Analisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani jamur tiram putih (Studi kasus di Desa Tugu Utara, kecamatan Cisarua, kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat)

0 12 119

Analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan pendapatan usahatani cabai merah (Studi kasus di Desa Karawang, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi)

0 7 119

Analisis Perilaku Konsumen Salak Bongkok Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Usahatani Dan Daya Saing Salak Bongkok Asal Desa Bongkok Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang

1 12 99

Analisis tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan pendapatan usahatani padi berdasarkan status petani: studi kasus di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor

1 7 236

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Varietas Ciherang (Studi Kasus: Gapoktan Tani Bersama, Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

2 10 180

Analisis Pendapatan Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kedelai di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur

3 9 62

Analisis Faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Kemangi di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Bogor

10 58 85

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CENGKEH DI KECAMATAN JATIYOSO KABUPATEN KARANGANYAR

0 0 15

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI KEDELAI (Studi Kasus di Kecamatan Weru)

1 0 106