Analisis Pendapatan Usahatani Konsep Pe ngukuran Variabel

Pengujian terhadap efisiensi ekonomi adalah untuk mengetahui tingkat pencapaian ekonomis usahatani salak yaitu apakah sumberdaya input telah dikombinasikan secara optimal sehingga dapat diketahui apakah usahatani tersebut telah mencapai keuntungan maksimum. Kondisi optimal dicapai pada saat rasio Nilai Produksi Marjinal NPM X i terhadap Biaya Korbanan Marjinal BKM X i dari faktor produksi sama dengan satu. Kombinasi optimum penggunaan faktor-faktor produksi dapat diperoleh dari rasio Nilai Produksi Marjinal NPM X i Biaya Korbanan Marjinal BKM X i sama dengan satu yang dirumuskan sebagai berikut : PXi Py Y. . bi Xi , 1 PXi Xi Py . Y . bi Xi BKM Xi NPM = = = Dimana : bi = Elastisitas faktor produksi dimana i = 1,2,3,.....6,7 X i = Jumlah faktor produksi i = 1,2,3,...,6,7 Px i = Harga faktor produksi BKM dimana i = 1,2,3,....,6,7 Py = Harga hasil produksi Y Y = Jumlah hasil produksi yang diperoleh Apabila rasio Nilai Produk Marjinal NPM X i terhadap Biaya Korbanan Marjinal BKM X i lebih kecil dari satu berarti penggunaan faktor-faktor produksi sudah berlebih, untuk mencapai keuntungan maksimum maka penggunaan harus dikurangi. Sebaliknya, jika rasio Nilai Produk Marjinal NPM X i terhadap Biaya Korbanan Marjinal BKM X i lebih besar dari satu berarti penggunaan faktor-faktor produksi harus ditambah agar mencapai keuntungan maksimum.

4.4.4. Analisis Pendapatan Usahatani

Pengujian pendapatan usahatani ini adalah untuk melihat apakah usahatani salak ini masih menguntungkan atau tidak. Ukuran pendapatan dalam penelitian ini menggunakan konsep pendapatan bersih usahatani. Menurut Soekartawi, dkk 1986, bahwa pendapatan bersih usahatani adalah selisih pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Selain itu pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan yang diperoleh keluarga petani dari penggunaan faktor-faktor produksi, kerja, pengelolaan dan modal milik sendiri atau modal pinjaman yang diinvestasikan ke dalam usahatani. Oleh karena itu pendapatan bersih dapat dipergunakan untuk membandingkan penampilan beberapa usahatani. Sedangkan pengeluaran total usahatani adalah semua faktor produksi yang habis terpakai didalam produksi. Secara matematik pendapatan bersih dapat digambarkan sebagai berikut : π = Py.Y – TVC + TFC dimana : π = keuntungan Py = harga output Y = output TVC = biaya variabel TFC = biaya tetap Pendapatan selain diukur dengan nilai mutlak, juga dinilai efisiensinya. Salah satu ukuran efisiensi pendapatan adalah Return cost ratio atau imbangan penerimaan. Nilai RC yang menunjukkan berapa besar penerimaan yang diperoleh untuk setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut : RC = Py. Y TVC + TFC Jika nilai RC 1 berarti penerimaan yang diperoleh akan lebih besar daripada tiap unit biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh penerimaan tersebut. Sebaliknya, jika nilai RC 1 maka tiap unit biaya yang dikeluarkan akan lebih besar daripada penerimaan yang diperoleh.

4.4.5. Konsep Pe ngukuran Variabel

Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usahatani dapat digolongkan menjadi dua kelompok, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang perbaikannya dapat dijangkau oleh petani sepeti penggunaan lahan, pupuk, bibit, obat-obatan, tenaga kerja dan manajemen, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang sulit dikontrol dan berada di luar jangkauan petani seperti iklim, curah hujan, perubahan harga, dan lain-lain. Dalam penelitian biasanya faktor-faktor yang relatif dapat dikontrol dan dimasukkan ke dalam peubah penjelas atau peubah bebas, sedangkan faktor yang relatif kurang dikontrol biasanya diperhitungkan sebagai galat. Peubah atau variabel yang diamati merupakan data dan informasi mengenai usahatani salak yang diusahakan petani. Dalam menganalisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dalam usahatani salak, variabel-variabel yang dianalisis adalah : 2. Luas Lahan X 1 : luas lahan petani pada musim tanam diukur dalam satuan hektar. Biaya korbanan marjinalnya adalah sewa tanah selama satu tahun. 3. Jumlah Tanaman X 2 : Jumlah tanaman yang ada yang diukur dalam satuan pohon. 4. Tenaga Kerja X 3 : Jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam satu musim produksi yaitu dari persiapan sampai panen, baik yang berasal dari keluarga maupun dari luar keluarga. Biaya korbanan marjinal adalah tingkat upah yang dikeluarkan dalam hari kerja pria. 5. Umur Tanaman X 4 : Lamanya umur tanaman yang ada dikebun diukur dalam satuan tahun. 6. Pengalaman X 5 : Lamanya pengalaman petani dalam usahatani salak bongkok diukur dalam satuan tahun. 7. Pupuk Kandang X 5 : Jumlah pupuk kandang yang digunakan dalam proses produksi dalam tahun yang diukur dalam satuan karung. Biaya korbanan marjinalnya adalah harga pupuk kandang dalam satu karung. Dalam menganalisis pendapatan usahatani salak bongkok, variabel- variabel yang diukur atau dianalisis adalah : 1. Petani penanam salak adalah petani yang menanam salak di daerah penelitian, dimana tanaman salak telah menghasilkan dalam suatu luasan tertentu. 2. Luas lahan garapan adalah luas areal usahatani salak dalam satuan hektar merupakan lahan yang dipakai untuk menanam salak. 3. Tenaga kerja diartikan tenaga manusia untuk melakukan usaha. Tenaga kerja digunakan dalam proses produksi untuk pengolahan, pemeliharaan, pemanenan dan pengangkutan. Tenaga kerja ini dibedakan menjadi tenaga kerja dalam dan luar keluarga. Seluruh tenaga kerja disetarakan dengan hari kerja pria HKP dengan lama kerja 6-8 jam kerja per hari. Tingkat upah berdasarkan tingkat upah yang berlaku di daerah penelitian. Tenaga kerja wanita dikonversi kedalam HKP dengan angka konversi 0,8 HKP. 4. Pupuk merupakan sarana produksi yang digunakan dalam kegiatan usahatani salak 5. Produksi total adalah hasil salak yang didapat dari luas lahan tertentu, diukur dalam kilogram. 6. Biaya tunai adalah besarnya uang tunai yang dikeluarkan petani, untuk pengadaan sarana-sarana produksi, upah tenaga kerja luar keluarga, pajak lahan, biaya pengangkutan, biaya sewa lahan, biaya pengolahan lahan. 7. Biaya yang diperhitungkan adalah pengeluaran yang diperhitungkan untuk pemakaian input milik sendiri, penyusutan alat-alat pertanian dan pembayaran upah tenaga kerja keluarga, berdasar tingkat upah yang berlaku. 8. Biaya total merupakan penjualan dari biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan. 9. Periode produksi dalam usahatani salak bongkok satu periode produksi satu tahun. 10. Harga produk adalah harga salak ditingkat petani dalam satu musim panen. Satuan yang dipergunakan adalah rupiah per kilogram. 11. Penerimaan usahatani merupakan nilai produksi yang diperoleh dari produk total dikalikan dengan harga jual ditingkat petani. Satuan yang dipakai adalah rupiah. 12. Pendapatan usahatani merupakan selisih antara penerimaan biaya dan biaya usahatani. Oleh karena itu ada dua macam biaya, maka perhitungan pendapatan dilakukan atas biaya tunai dan biaya total. Pendapatan atas biaya tunai merupakan selisih penerimaan usahatani dengan biaya tunai, sedangkan pendapatan atas biaya total merupakan selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya total. 13. Modal adalah barang ekonomi berupa lahan, bangunan, alat-alat dan mesin, tanaman di lapang, sarana produksi, dan uang tunai yang digunakan untuk menghasilkan salak. 14. Produktivitas adalah hasil yang diperoleh per luas lahan, diukur dalam kilogram per luas lahan.

V. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan pendapatan usahatani kentang di Desa Raya, Kecamatan Berastagi, Kabupaten Tanah Karo, Propinsi Sumatera Utara

1 9 109

Analisis pendapatan dan efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi usahatani jamur tiram putih (Studi kasus di Desa Tugu Utara, kecamatan Cisarua, kabupaten Bogor, propinsi Jawa Barat)

0 12 119

Analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan pendapatan usahatani cabai merah (Studi kasus di Desa Karawang, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi)

0 7 119

Analisis Perilaku Konsumen Salak Bongkok Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Usahatani Dan Daya Saing Salak Bongkok Asal Desa Bongkok Kecamatan Paseh Kabupaten Sumedang

1 12 99

Analisis tingkat efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi dan pendapatan usahatani padi berdasarkan status petani: studi kasus di Desa Pasir Gaok, Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor

1 7 236

Analisis Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Padi Varietas Ciherang (Studi Kasus: Gapoktan Tani Bersama, Desa Situ Udik, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor)

2 10 180

Analisis Pendapatan Dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usahatani Kedelai di Desa Cipeuyeum, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur

3 9 62

Analisis Faktor Produksi dan Pendapatan Usahatani Kemangi di Desa Ciaruteun Ilir, Kecamatan Cibungbulang, Bogor

10 58 85

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI USAHATANI CENGKEH DI KECAMATAN JATIYOSO KABUPATEN KARANGANYAR

0 0 15

ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI USAHATANI KEDELAI (Studi Kasus di Kecamatan Weru)

1 0 106