upah yang berlaku. Biaya penyusutan alat-alat pertanian dan sewa lahan milik sendiri termasuk biaya diperhitungkan. Biaya atau pengeluaran mencakup juga
penurunan inventaris usahatani. Nilai inventaris berkurang karena hilang, rusak atau karena penyusutan.
3.1.6. Pendapatan Usahatani
Pendapatan usahatani dapat digambarkan sebagai bekas jasa dari kerjasama faktor-faktor produksi lahan, tenaga kerja, modal dan jasa
pengelolaan manajemen. Besarnya pendapatan usahatani tergantung pada besarnya penerimaan dan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan.
Penerimaan usahatani adalah hasil perkalian dari jumlah produksi total dan harga satuan. Sedangkan pengeluaran atau biaya usahatani adalah nilai
penggunaan sarana produksi, upah dan lain-lain yang dibedakan pada proses produksi yang bersangkutan.
Menurut Hernanto 1991 biaya produksi dalam usahatani dapat dibedakan berdasarkan :
A. Berdasarkan jumlah output yang dihasilkan terdiri dari : 1. Biaya tetap adalah biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada
besar kecilnya produksi, misalnya : pajak, tanah, sewa tanah, penyusutan alat-alat bangunan pertanian dan bunga pinjaman.
2. Biaya variabel adalah biaya yang berhubungan langsung dengan jumlah produksi, misalnya : pengeluaran-pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-
obatan dan biaya tenaga kerja. B. Berdasarkan yang langsung dikeluarkan dan diperhitungkan terdiri dari :
1. Biaya tunai adalah biaya tetap dan biaya variabel yang dibayar tunai. Biaya tetap misalnya pajak tanah dan bunga pinjaman, sedangkan biaya
variabel misalnya pengeluaran untuk bibit, pupuk, obat-obatan dan
tenaga kerja luar keluarga. Biaya tunai ini berguna untuk melihat pengakolasian modal yang dimiliki oleh petani.
2. Biaya yang tidak tunai diperhitungkan adalah biaya penyusutan alat-alat pertanian, sewa lahan milik sendiri biaya tetap dan tenaga kerja dalam
keluarga biaya variabel. Biaya tidak tunai ini untuk melihat bagaimana manajemen suatu usahatani.
Analisis pendapatan usahatani pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan usaha pertanian dalam satu tahun, dengan tujuan untuk
membantu perbaikan pengelolaan usahatani. Aspek digunakan adalah harga yang berlaku, kemudian penyusutan diperhitungkan pada tahun tersebut untuk
memperoleh keuntungan maksimum, seorang pengelola usahatani harus menyeleksi, memilih dari semua tingkat penggunaan input yang satu,
diantaranya akan memberikan keuntungan yang maksimum Hernanto, 1991. Pendapatan yang besar tidak selalu menunjukkan efisiensi yang tinggi,
karena ada kemungkinan pendapatan yang besar itu diperoleh dari investasi yang berlebih-lebihan. Oleh karena itu analisis pendapatan selalu diikuti dengan
pengukuran efisiensi. Salah satu ukuran efisiensi adalah penerimaan untuk rupiah yang dikeluarkan revenue-cost ratio atau RC ratio. Analisis rasio RC
digunakan untuk mengetahui keuntungan relatif usahatani berdasarkan perhitungan finansial. Rasio RC menunjukkan besarnya penerimaan yang
diperoleh dengan pengeluaran dalam satu satuan biaya. Apabila nilai rasio RC 1 berarti penerimaan diperoleh lebih besar dari pada tiap unit biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh penerimaan tersebut. Sedangkan apabila nilai RC 1 maka tiap unit biaya yang dikeluarkan akan lebih besar dari pada
penerimaan yang diperoleh. Analisis pendapatan mempunyai kegunaan bagi petani pemilik faktor
produksi. Ada dua tujuan utama dari analisis pendapatan, yaitu menggambarkan
keadaan sekarang suatu kegiatan usahatani dan keadaan yang akan datang dari suatu perencanaan tindakan. Analisis ini juga dapat digunakan untuk mengukur
berhasil atau tidaknya suatu kegiatan.
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Pengelolaan salak bongkok masih bersifat tradisional dan kurang intensif. Hal ini berpengaruh terhadap produksi dan kualitas produksi salak bongkok.
Penurunan produksi dan kualitas produk akan mempengaruhi pendapatan petani salak bongkok. Biaya dalam usahatani terdiri dari biaya yang diperhitungkan dan
biaya tunai. Komposisi biaya usahatani yang besar menunjukan sebagian besar input yang digunakan dalam usahatani salak bongkok berasal dari sumber luar
keluarga petani. Nilai rasio RC dapat dilihat dengan membandingkan total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan, sehingga dapat diketahui
gambaran ekonomi yang diusahakan serta dapat dijadikan penilaian terhadap keputusan petani dan kemungkinan pengembangan komoditas tersebut.
Dalam produksi usahatani salak bongkok dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor internal dan eksternal. Faktor internal merupakan hal yang
berada dalam jangkaun petani untuk diusahakan peningkatan penggunaannya seperti penggunaan pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan manajemen
usahatani. Sedangkan faktor eksternal merupakan kelompok faktor yang mempengaruhi produksi tetapi berada diluar jangkauan petani seperti faktor iklim,
perubahan harga, serangan hama penyakit dan lain-lain. Pada saat usahatani salak bongkok menghasilkan keuntungan maksimal
jika input usahatani digunakan secara optimal, pada kondisi demikian tercapai efisiensi ekonomi. Terdapat dua syarat agar usahatani mencapai tingkat efisiensi
tertinggi yaitu syarat keharusan dan syarat kecukupan. Syarat keharusan menunjukkan hubungan fisik antar input usahatani dan produksi salak bongkok.