total yang cukup tinggi. RC ratio rata-rata setiap petani sebesar 6,4 yang berarti bahwa setiap Rp 1,00 yang dikeluarkan akan mendapat imbalan penerimaan
sebesar Rp. 6,4.
2.5.2. Efisiensi Penggunaan Faktor produksi
Pendugaan model fungsi produksi menggunakan model Cobb- Douglas, faktor-faktor produksi yang diduga berpengaruh terhadap produksi produksi
usahatani jambu mete adalah jumlah tanaman X
1
, luas lahan X
2
, tenaga kerja X
3
, umur tanaman X
4
dan pengalaman X
5
. Hasil dugaannya diperoleh bahwa nilai F-hitung sebesar 329,72 signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen.
Hal ini menunjukan bahwa faktor-faktor produksi yang digunakan secara bersama-sama signifikan terhadap produksi. Nilai deteminasi R
2
sebesar 96 persen dan nilai koefisien determinan terkorelasi R-Sq sebesar 95,7 persen.
Nilai determinan tersebut menunjukan bahwa 96 persen dari variasi produksi dijelaskan oleh luas lahan, tenaga kerja, umur tanaman dan pengalaman
sedangkan sisanya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model. Nilai uji- t yang terlihat bahwa tidak semua variabel penduga signifikan. Nilai T-hitung
untuk variabel luas lahan signifikan pada tingkat kepercayaan 99 persen dan pengalaman signifikan pada tingkat kepercayan 90 persen. Sedangkan variabel
tenaga kerja dan umur tanaman tidak signifikan pada tingkat kepercayaan 90 persen. Berdasarkan analisis efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor
produksi menunjukkan bahwa penggunaannya belum optimal, karena rasio NPM dan BKM tidak sama dengan satu. Kombinasi optimal penggunaan faktor
produksi usahatani jambu mete diperoleh nilai kombinasi luas lahan 7,84 hektar dan tenaga kerja 16,30 HOK. Pada kondisi ini diperoleh perbandingan analisis
pendapatan yang diterima petani. Kondisi aktual pendapatan atas biaya total
sebesar Rp 1.506.800 per hektar, sedangkan pada kondisi optimal lebih besar yaitu Rp 1.592.300 per hektar. La Mani, 2005.
Berdasarkan penelitian Harsoyo 1999, tentang analisis efisiensi produksi dan pemasaran salak pondok di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta,
menggunakan model biaya translog dan model keuntungan translog. Selain itu, juga melakukan perbandingan antara skala pengusahaan usaha dan antar desa
untuk memperoleh efisiensi ekonomi relelatif. Analisis fungsi biaya translog menghasilkan kesimpulan yang konsisten dengan kesimpulan dari analisis fungsi
keuntungan translog yaitu bahwa kondisi skala usaha dari produksi salak pondoh adalah increasing return to scale. Pengusahaan dalam skala lebih dari 1.000
rumpun lebih efisien dibanding dengan yang kurang dari 1.000 rumpun. Berdasarkan hasil penelitian Hartono 2000, ditunjukkan bahwa
usahatani markisa di daerah penelitian masih bersifat tradisional dan diusahakan tidak intensif, tapi usaha tersebut masih menguntungkan dan layak untuk
diusahakan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai RC rasio yang dihasilkan masing- masing golongan petani lebih dari satu. Hasil analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi diperoleh model regresi dengan peubah bebas yang terdiri dari luas lahan, tenaga kerja, pupuk, dan umur tanaman. Hasil dugaan
regresi persamaan produksi memiliki R-sq sebesar 98,1 persen yang berarti keragaman produksi markisa dapat dijelaskan oleh peubah luas lahan, tenaga
kerja, pupuk dan umur tanaman. Persamaan tersebut secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap produksi petani responden pada tarafnya 95 persen
a = 5 persen. Penelitian fungsi produksi Cobb- Douglas yang lain dilakukan oleh
Kristina 2004, di Desa Lemahputih menunjukkan bahwa hasil regresi untuk sistem monokultur faktor produksi benih, pupuk nitrogen, dan luas lahan
berpengaruh nyata terhadap produksi tomat, sedangkan untuk sistem
tumpangsari benih, insektisida, dan luas lahan berpengaruh nyata terhadap produksi tomat. Jumlah elastisitas poduksi dalam model fungsi produksi yang
terbentuk untuk petani monokultur adalah 1,2754 menunjukan kenaikan hasil yang meningkat Incresing return to scale, nilai ini mempunyai arti bahwa setiap
penambahan dari masing-masing faktor produksi secara bersama-sama akan meningkatkan produksi sebesar 1,2754. Pada petani sistem tumpangsari jumlah
elastisistas produksi yang terbentuk adalah 0,1942 yang menunjukan bahwa usahatani tomat sistem tumpangsari berada pada kenaikan yang menurun
Decresing return to scale, nilai ini mempunyai arti bahwa setiap penawaran dari setiap masing-masing faktor produksi secara bersama-sama akan menurunkan
produksi sebesar 0,9142. Rencana penelitian ini menggunakan alat analisis model fungsi produksi
Cobb- Douglas dengan model kuadrat terkecil Ordinary Last square atau OLS. Parameter dugaan yang digunakan yaitu jumlah tanaman, luas lahan, tenaga
kerja, umur tanaman, pupuk kandang, pengalaman petani dan variabel peubah dummy pupuk urea. Rencana untuk analisis pendapatan dibedakan berdasarkan
beberapa golongan umur tanaman, mengingat salak bongkok merupakan tanaman tahunan, produksi yang dihasilkan tiap tahunnya relatif berbeda.
Pembagian golongan umur tersebut adalah 4 tahun, 4-9 tahun, 10-15 tahun dan 15 tahun. Dasar pengelompokan ini adalah karena pada umur 4 tahun
tanaman salak mulai berbuah dan sampai umur 9 tahun tumbuh sendiri belum membentuk rumpun. Umur 10 tahun tanaman salak mulai membentuk rumpun
yang menghasilkan 6-7 Kg per rumpun. Umur 15 tahun keatas tanaman salak ini mulai menampakan penurunan produksinya.
III. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1. Konsep Fungsi Produksi
Fungsi produksi merupakan hubungan fisik antara masukkan dan produksi. Masukkan seperti tanah, pupuk, tenaga kerja, modal, iklim dan
sebagainya itu mempengaruhi besar kecilnya produksi yang diperoleh. Karena petani mengetahui berapa jumlah masukkan yang dipakai, maka ia dapat
menduga berapa produksi yang akan dihasilkan. Soekartawi,1986. Jika bentuk fungsi produksi diketahui, maka informasi harga dan biaya
yang dikorbankan dapat dimanfaatkan untuk menentukan kombinasi faktor produksi yang terbaik. Namun, biasanya petani sukar melakukan kombinasi ini,
karena : 1 adanya faktor ketidaktentuan mengenai cuaca, hama dan penyakit tanaman ; 2 data yang dipakai untuk melakukan pendugaan fungsi produksi
mungkin tidak benar ; 3 pendugaan fungsi produksi tidak hanya dapat diartikan sebagai gambaran rata-rata suatu pengamatan; 4 data harga dan biaya
dikorbankan mungkin tidak dapat dilakukan secara pasti ; 5 setiap petani dan usahataninya mempunyai sifat yang khusus, oleh karena itu keputusan
penggunaan faktor produksi, baik dalam kuantitas maupun kombinasi yang dibutuhkan dalam suatu tingkat produksi ditentukan oleh petani Soekartawi dkk,
1986. Dalam suatu penelitian biasanya faktor-faktor yang relatif dapat dikontrol biasanya diperhitungkan sebagai galat.
Secara matematis, fungsi produksi neoklasik dapat ditulis sebagai berikut :
Y = f X
1
, X
2
, X
3
,…… X
m
,; Z
1
, Z
2
, Z
3
,…… Z
n
atau Y = f X
i
, Z
j