14 bahwa satu jenis tumbuhan dapat merupakan tumbuhan inang dari beberapa jenis
kupu-kupu yang bergenus sama, dan sebaliknya satu jenis kupu-kupu mempunyai lebih dari satu jenis tumbuhan inang yang spesifik untuk meletakkan telurnya dan
sekaligus sebagai tumbuhan pakan larvanya.
2.5 Kependudukan dan Budaya
Menurut data BPS Kabupaten Maros Tahun 2012, secara keseluruhan pada dua kecamatan Kecamatan Bantimurung dan Kecamatan Simbang yang
merupakan daerah penyangga kawasan TN Babul terdapat populasi penduduk sebanyak 50.678 jiwa. Kecamatan Bantimurung dengan jumlah penduduk
28.278 jiwa, terdiri atas 13.506 jiwa laki-laki dan 14.772 jiwa perempuan. Kecamatan Simbang dengan jumlah penduduk 22.400 jiwa, terdiri atas 10.766
laki-laki dan 11.634 jiwa perempuan.
Pada lokasi penelitian yaitu di Desa Kalabbirang Kecamatan Bantimurung; Desa Jenetaesa dan Desa Samangki Kecamatan Simbang, data keadaan
penduduk tahun 2011 ditunjukkan pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin, luas wilayah dan
kepadatan penduduk di lokasi penelitian Kecamatan
Desa Jumlah penduduk jiwa
Luas km2
Kepadatan jiwakm2
L P
Total Bantimurung
Simbang Kallabirang
Jenetaesa Samangki
1.974 1.805
2.347 2.121
1.958 2.501
4.095 3.763
4.848 45,47
10,08 43,62
90 373
111
Sumber: BPS Kabupaten Maros 2012
Jumlah jiwa berdasarkan kelompok umur dan jenis kelamin, di Desa Kalabbirang tahun 2011 adalah: laki-laki pada kelompok umur 5
–9 tahun 219 jiwa; kelompok umur 10
–14 tahun 211 jiwa; dan kelompok umur 15–19 tahun 202 jiwa. Desa Jenetaesa: laki-laki pada kelompok umur 5
–9 tahun 200 jiwa; kelompok umur 10
–14 tahun 187 jiwa; dan kelompok umur 15–19 tahun 166 jiwa. Selanjutnya di Desa Samangki: laki-laki pada kelompok umur 5
–9 tahun 262 jiwa; kelompok umur 10
–14 tahun 281 jiwa; dan kelompok umur 15–19 tahun 205 jiwa.
Masyarakat yang bermukim di daerah penyangga TN Babul pada umumnya merupakan etnis Bugis
─Makassar yang menganut agama Islam. Sistem kepercayaan dan budaya masyarakat sangat dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya
Bugis ─Makassar dan Islam. Nilai-nilai budaya yang berlaku masih dijunjung
tinggi oleh masyarakat di wilayah tersebut. Sebagai masyarakat agraris, dikenal berbagai kegiatan kebudayaan yang
berkaitan dengan aktivitas pertanian, mulai dari persiapan lahan, penanaman dan panen. Penentuan waktu musim tanam dilakukan kegiatan Tudang Sipulung yang
dihadiri oleh masyarakat dan aparat desa. Sementara itu, kegiatan Mappadendang merupakan acara syukuran yang dilaksanakan setelah musim panen padi. Di
samping itu, dikenal berbagai budaya lokal yang terkait dengan sistem kepemilikan sanra, teseng, dan pewarisan dan perkawinan yang berkaitan
dengan budaya agraris Ditjen PHKA 2008.
15
2.6 Tingkat Pendidikan