66 dapat dikecualikan non excludable, di mana masing
‐masing pihak dapat mengambil manfaatnya hingga batas ketersediaan manfaatnya habis.
Situasi pemanfaatan komersial kupu-kupu memperlihatkan adanya tekanan yang begitu tinggi terhadap populasinya di habitat alam. Hal ini ditunjukkan dari
seluruh spesimen kupu-kupu yang dijumpai di alam ditangkap untuk diperdagangkan. Hal lain adalah jumlah pemanfaat kupu-kupu terutama
penangkap dan pengumpul pedagang yang tidak terdefenisi dengan jelas. Perilaku para penangkap yang tidak selektif dalam menangkap serta para pengumpul
pedagang yang membeli seluruh spesimen kupu-kupu hasil tangkapan membuktikan hal tersebut.
Keterlibatan pemerintah untuk mengendalikan pemanfaatan SL dalam bentuk implementasi peraturan perundang-undangan belum efektif. Hal ini
disebabkan oleh pemanfaatan SL dari habitat alam sebagai sumber daya milik negara membutuhkan biaya transaksi tinggi terutama pada tahap pelaksanaan,
pemantauan dan pengawasan karena sulitnya melaksanakan aturan dan menegakkan sanksi Satria 2009. Substansi peraturan perundang-undangan
pemanfaatan SL belum cukup serta terlalu umum sehingga sering kali tidak sesuai dengan karakteristik SL kupu-kupu serta karakteristik situasi di lapangan.
Penguatan kelembagaan sumber daya bersama CPRs seperti halnya pemanfaatan SL dari habitat alam, diharapkan mampu mempengaruhi aksi
bersama collective actions dalam rangka mewujudkan pemanfaatan secara lestari. Pengelolaan pemanfaatan komersial kupu-kupu memerlukan aksi kolektif
tinggi karena cenderung bersifat non excludable dan subtractable, bila tidak ada kesepakatan bersama maka akan mengancam kelestariannya.
Berikut ini dijelaskan rumusan permasalahan kelembagaan pemanfaatan komersial kupu-kupu di daerah penyangga TN Babul, meliputi karakteristik jenis
kupu-kupu yang dimanfaatkan secara komersial, karakteristik penangkapan dan peredaran perdagangan, serta keefektifan implementasi peraturan perundang-
undangan pemanfaatan SL.
7.1.1 Karakteristik Sumber Daya Kupu-Kupu
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jumlah kupu-kupu hasil tangkapan di lokasi penelitian sebanyak 838 individu dari 89 jenis yang tergolong ke dalam 4
famili dan didominasi oleh famili Nymphalidae. Dari seluruh hasil tangkapan tersebut terdapat 341 individu dari 45 jenis yang belum ditetapkan kuota
penangkapannya. Hal ini disebabkan oleh proses penetapan kuota pemanfaatan kupu-kupu selama ini belum dilakukan berdasarkan pada data dan informasi yang
akurat dari lapangan. Kegiatan inventarisasi dan monitoring populasi sebagai dasar penetapan kuota pemanfaatan jenis kupu-kupu khususnya untuk wilayah
kerja Balai Besar KSDA Sulsel belum dilaksanakan. Sehubungan dengan hal itu, perlu dilakukan pemutakhiran data tentang komposisi jenis kupu-kupu serta
jumlah individu yang boleh ditangkap dalam kuota penangkapan.
Data dan informasi tentang populasi kupu-kupu sebagai dasar pertimbangan dalam penetapan kuota dapat diperoleh dari berbagai sumber, misalnya dari
masyarakat pemanfaat kupu-kupu terutama dari para pengumpul pedagang serta dari Balai TN Babul. Pemerintah Kabupaten Maros atau Balai Besar KSDA Sulsel
perlu memprioritaskan SL kupu-kupu untuk dilakukan inventarisasi dan monitoring populasi di habitat alam.
67 Hasil
pengamatan menunjukkan
bahwa terdapat
kecenderungan meningkatnya hasil tangkapan secara berturut-turut pada bulan Februari, Mei, dan
Agustus, seiring dengan menurunnya intensitas curah hujan. Dengan kata lain bahwa hasil tangkapan meningkat pada akhir musim hujan dan di musim
kemarau. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas penangkapan kupu-kupu pada akhir musim penghujan atau di musim kemarau lebih intensif, sebab tidak
terkendala cuaca. Penyebab lain adalah keragaman dan kelimpahan jenis kupu- kupu dipengaruhi oleh musim Boovanno et al. 2000; Rizal 2007; Sumah 2012.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut maka pengaturan penangkapan kupu-kupu dari habitat alam perlu memperhatikan musim perkembangbiakan serta sebaran
jenis kupu-kupu berdasarkan waktu.
Hasil tangkapan menunjukkan bahwa kupu-kupu jantan lebih banyak dibandingkan betina. Hal ini disebabkan oleh lokasi pengamatan penangkapan
kupu-kupu dilakukan pada lokasi-lokasi yang sering ditemukan kupu-kupu jantan secara bergerombol sehingga memungkinkan kupu-kupu jantan lebih banyak
tertangkap dari pada betina. Penyebab lain adalah kupu-kupu jantan lebih aktif sehingga lebih mudah tertangkap dibandingkan kupu-kupu betina Idris dan
Hassan 2014. Berdasarkan data tersebut maka dalam penetapan kuota agar mempertimbangkan komposisi individu spesimen berdasarkan jenis kelamin
Kupu-kupu yang ditangkap dari alam meliputi seluruh jenis yang dijumpai termasuk 4 jenis yang dilindungi, 3 jenis dari genus Troides tergolong Appendix II
CITES. Jenis-jenis tersebut adalah Chetosia myrina, Troides haliphron, T. helena, dan T. hypolitus. Hasil wawancara menunjukkan bahwa jenis-jenis tersebut di
habitat alam banyak ditemukan, serta menurut informan bahwa jenis-jenis tersebut mudah dibudidayakan.
Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sangat sulit untuk mengawasi serta mencegah terjadinya penangkapan jenis kupu-kupu yang dilindungi di habitat
alam. Akibatnya adalah pengawasan dan penerapan sanksi belum dilakukan secara efektif terhadap para pelaku penangkapan jenis kupu-kupu yang dilindungi.
Sementara itu, pakan larva kupu-kupu dari genus Troides yaitu Aristolachia tagala banyak dijumpai di daerah penyangga TN Babul, hal ini memungkinkan
jenis kupu-kupu tersebut dapat berkembangbiak dengan baik. Berdasarkan hal tersebut maka status jenis kupu-kupu yang dilindungi yaitu Chetosia myrina,
Troides halipron, T. helena, dan T. hypolitus khususnya di Kabupaten Maros perlu ditinjau kembali sebagaimana bunyi pasal 6 PP 71999. Pasal tersebut
menyebutkan bahwa ... Suatu jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi dapat diubah statusnya menjadi tidak dilindungi apabila populasinya telah mencapai
tingkat pertumbuhan tertentu sehingga jenis yang bersangkutan tidak lagi termasuk kategori jenis tumbuhan dan satwa sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 ayat 1 ....
7.1.2 Karakteristik Pelaku, Teknik Penangkapan dan Perdagangan