Definisi Operasional Analisis Kelembagaan Pemanfaatan Komersial Kupu Kupu di Daerah Penyangga Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung, Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan

8 4. Merumuskan penguatan kelembagaan pemanfaatan komersial kupu-kupu di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.

1.5 Manfaat Penelitian

Informasi mengenai pemanfaatan komersial kupu-kupu terutama pada skala lokal sangat sedikit sehingga dibutuhkan suatu penelitian. Karakteristik pemanfaatan komersial kupu-kupu di daerah penyangga TN Babul disadari tidak dapat mewakili seluruh tingkat pemanfaatan komersial kupu-kupu di Provinsi Sulawesi Selatan, akan tetapi hasil penelitian ini diharapkan dapat: 1. Menghasilkan informasi dan pengetahuan ilmiah yang berguna bagi para pihak yang berkepentingan terutama bagi pemerintah dan pemerintah daerah dalam merumuskan kebijakan pemanfaatan komersial kupu-kupu di daerah penyangga TN Babul Kabupaten Maros khususnya, serta kebijakan pemanfaatan komersial kupu-kupu di Indonesia pada umumnya. 2. Berguna sebagai bahan referensi bagi peneliti lain yang akan meneliti permasalahan yang berkaitan dengan pemanfaatan komersial SL kupu-kupu dari habitat alam.

1.6 Kebaruan Novelty

Penelitian mengenai analisis kelembagaan pemanfaatan komersial kupu- kupu di daerah penyangga taman nasional belum pernah dilakukan, khususnya ditinjau berdasarkan hal-hal berikut: pertama, karakteristik sumber daya kupu- kupu yang dimanfaatkan; kedua, karakteristik pelaku, teknik penangkapan dan perdagangan kupu-kupu; dan ketiga, aturan-aturan formal terkait pemanfaatan SL dan keefektifan implementasinya di lapangan. Kebaruan penelitian ini menyangkut data yang diperoleh serta rumusan masalah dan alternatif solusi terkait dengan penguatan kelembagaan pemanfaatan komersial kupu-kupu di daerah penyangga TN Babul Kabupaten Maros.

1.7 Definisi Operasional

1. Kebijakan adalah keputusan formal-legal-terkodifikasi yang dibuat oleh suatu lembaga dan bersifat mengikat para pihak yang terkait dengan lembaga tersebut. 2. Pemanfaatan komersial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pemanfaatan dalam bentuk penangkapan kupu-kupu dari habitat alam untuk tujuan perdagangan. 3. Satwa liar adalah semua binatang yang hidup di darat, dan atau di air, dan atau di udara yang masih mempunyai sifat-sifat liar, baik yang hidup bebas maupun yang dipelihara oleh manusia UU 51990. 4. Penangkapan spesimen satwa liar adalah kegiatan memperoleh satwa liar dari habitat alam. 5. Penangkap adalah orang atau individu yang melakukan kegiatan memperoleh kupu-kupu dari habitat alam. 6. Usia sekolah adalah usia para penangkap dari usia 5 sampai 18 tahun. 7. Usia dewasa adalah usia para penangkap yaitu usia 19 tahun atau lebih. 9 8. Pengumpul pedagang adalah orang atau individu yang membeli atau menampung hasil tangkapan para penangkap, mengolah kupu-kupu menjadi produk souvenir, atau menjual kembali dalam bentuk kupu-kupu yang belum atau sudah diolah. 9. Spesimen kupu-kupu adalah fisik satwa liar kupu-kupu dalam keadaan hidup atau mati atau bagian-bagian dari padanya yang secara visual masih dapat dikenali. 10. Jenis satwa liar adalah jenis yang secara ilmiah disebut spesies atau anak-anak jenis yang secara ilmiah disebut sub-spesies baik di dalam maupun di luar habitat aslinya. 11. Kuota adalah batas maksimum ukuran dan satuan satwa liar dari alam untuk setiap jenis yang dapat dimanfaatkan selama satu tahun takwim. 12. Peraturan perundangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perangkat regulasi formal terkait pemanfaatan komersial SL kupu-kupu, meliputi: Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar, Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah KabupatenKota, Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 447Kpts-II2003 tentang Tata Usaha Pengambilan atau Penangkapan dan Peredaran Tumbuhan dan Satwa Liar, dan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 29 Tahun 2009 tentang Pedoman Konservasi Keanekaragaman Hayati di Daerah. 13. Pelaku pemanfaatan kupu-kupu yang dimaksud dalam penelitian ini adalah individu kepala keluarga dan atau anggota keluarga yang terdaftar sebagai penduduk desakelurahan pada areal studi kasus. 14. Lembaga atau organisasi terkait adalah Balai Besar KSDA Sulsel, Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan, Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Maros. 15. Perilaku adalah tindakan atau cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam memanfaatkan satwa liar kupu-kupu, meliputi tata cara menangkap, musim dan waktu menangkap, peralatan yang digunakan serta proses penanganan spesimen kupu-kupu setelah ditangkap sampai dengan siap untuk dijual. 16. Perilaku harapan adalah tindakan atau cara masyarakat warga dalam memanfaatkan kupu-kupu, yaitu: penangkapan sesuai dengan kuota yang ditentukan dan tidak merusak populasinya di alam, penangkapan dan peredaran sesuai dengan izin serta sesuai dengan lokasi dan musim perkembangbiakan. 17. Kinerja adalah serangkaian proses mengenai apa dan bagaimana suatu pekerjaan dilakukan serta hasil atau capaian prestasi yang dapat diperoleh dari proses tersebut. 18. Kinerja harapan adalah hasil atau capaian akhir dari pemanfaatan komersial kupu-kupu, yaitu kelestarian kupu-kupu di habitat alam serta pendapatan masyarakat meningkat. Kinerja harapan dalam penelitian ini diukur dari indikator kinerja sebagaimana diatur dalam Pasal 27 Kepmenhut 4472003. 19. Inventarisasi populasi adalah kegiatan mengumpulkan data lapangan yang bertujuan untuk mengetahui atau menduga populasi suatu jenis, di tempat tertentu, pada waktu tertentu dengan metode yang secara ilmiah berlaku. 10 20. Monitoring populasi adalah kegiatan mengumpulkan data lapangan yang bertujuan untuk mengetahui kecenderungan naik atau turunnya populasi akibat adanya penangkapan pada populasi suatu jenis di tempat tertentu, yang dilakukan secara berulang dan teratur dengan metoda yang secara ilmiah berlaku. 21. Nilai adalah sifat-sifat yang penting bagi kemanusiaan. 22. Observasi adalah merupakan kegiatan pasif yang biasa dipergunakan oleh peneliti dengan tujuan menjelaskan obyek penelitian dalam hal atribut atributnya. 23. Survei adalah cara mengumpulkan data primer dengan tujuan untuk meneliti populasi secara langsung. 24. Wawancara adalah bentuk pengumpulan data dengan cara menanyakan secara langsung kepada informan. 11 2 KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Letak dan Potensi Wisata