51 Isi dari peraturan tersebut mencakup perencanaan konservasi keanekaragaman
hayati; kebijakan dan pelaksanaan konservasi, pemanfaatan berkelanjutan dan pengendalian kerusakan keanekaragaman hayati; pemantauan dan pengawasan
pelaksanaan konservasi keanekaragaman hayati; penyelesaian konflik dalam pemanfaatan keanekaragaman hayati; pengembangan sistem informasi dan
pengelolaan data base keanekaragaman hayati; serta pembiayaan. Substansi dari peraturan ini belum operasional untuk dijadikan sebagai pedoman dalam
pengaturan pemanfaatan komersial kupu-kupu di daerah penyangga TN Babul Kabupaten Maros.
Oleh sebab itu, untuk memenuhi kecukupan isi peraturan dalam rangka pemanfaatan komersial kupu-kupu maka diperlukan peraturan yang lebih
operasional di tingkat lapangan sesuai dengan karakteristik alami SL kupu-kupu dan karakteristik situasi pemanfaatan. Aturan operasional tersebut bersifat lokal
spesifik yang dibuat berdasarkan data dan informasi yang dimiliki oleh pihak- pihak yang terkait serta mengakomodir pengetahuan masyarakat pemanfaat kupu-
kupu di daerah penyangga TN Babul, Kabupaten Maros.
6.2 Aliran Informasi dan Pemahaman Peraturan Perundang-Undangan
Implementasi peraturan akan memperoleh hasil yang optimal apabila pembuat peraturan, pelaksana di lapangan, serta kelompok sasaran memperoleh
informasi yang memadai tentang objek permasalahan yang akan diatur. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Kepmenhut 4472003 yang dibuat oleh
pemerintah pusat Kementerian Kehutanan, substansinya menyangkut hal yang sangat umum. Informasi yang dimiliki oleh pembuat peraturan tentang rumitnya
permasalahan pemanfaatan berbagai jenis SL di lapangan sangat terbatas.
Informasi yang terbatas tersebut menyebabkan peraturan yang dibuat terlalu menyederhanakan persoalan. Seperti misalnya dalam pemanfaatan komersial
kupu-kupu, peraturan yang ada menyebutkan bahwa setiap penangkapan wajib diliput dengan izin. Sementara itu, dalam penerapannya terlalu sulit dilaksanakan.
Sebab untuk mengontrol setiap warga yang melakukan aktivitas penangkapan maupun perdagangan kupu-kupu sulit dilakukan.
Aspek informasi terkait juga dengan bagaimana suatu peraturan yang dibuat dikomunikasikan atau terinformasikan kepada pelaksana peraturan di lapangan
dan kelompok sasaran tentang bagaimana peraturan tersebut dilaksanakan. Penyampaian informasi tentang suatu kebijakan peraturan dalam implementasi
sering disebut sebagai sosialisasi. Sosialisasi dapat dilakukan dalam bentuk tatap muka langsung, melalui media cetak, media elektronik seperti TV dan radio, atau
melalui media internet Purwanto dan Sulistyastuti 2012.
Aliran informasi tentang peraturan perundang-undangan pemanfaatan SL dalam penelitian ini diukur dari tingkat pemahaman para pelaksana peraturan
yaitu aparatur instansi terkait serta para penangkap dan pengumpul pedagang kupu-kupu sebagai kelompok sasaran. Tingkat Pemahaman adalah kemampuan
individu untuk memahami secara umum tentang peraturan perundang-undangan pemanfaatan SL yang mencakup: pengetahuan tentang jenis-jenis peraturan
perundang-undangan pemanfaatan SL; tugas, hak dan kewajibannya yang terkait dengan pemanfaatan SL; prosedur dan tata cara pemanfaatan SL; serta larangan
dan sanksi atas pelanggaran pemanfaatan SL.
52 Pemahaman pelaksana maupun kelompok sasaran terhadap peraturan
perundang-undangan pemanfaatan SL merupakan hal penting bagi keberhasilan implementasi. Aparatur pemerintah di daerah sebagai pelaksana yaitu aparatur
pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Maros, Dinas Kehutanan Provinsi Sulsel, serta Balai Besar KSDA Sulsel memegang peranan penting dalam
proses implementasi peraturan. Sebab menurut kewenangannya, mereka yang berhubungan langsung dengan kelompok sasaran yaitu masyarakat pemanfaat
kupu-kupu. Pemahaman aparatur instansi terkait terhadap peraturan perundang- undangan pemanfaatan SL disajikan pada Tabel 6.2.
Tabel 6.2 Tingkat pemahaman informan aparatur pemerintah terhadap peraturan perundang-undangan pemanfaatan satwa liar
Kode Informan Pengetahuan tentang
Jumlah Kategori
1 2
3 4
Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Maros:
DM 1 DM 2
DM 3 Dinas Kehutanan Provinsi
Sulawesi Selatan: DS 1
DS 2 Balai Besar Konservasi Sumber
Daya Alam Sulawesi Selatan: BK 1
BK 2 BK 3
BK 4 BK 5
√ √
√
√ √
√ √
√ √
√ -
- -
- -
√ √
√ √
√ -
- -
- -
√ -
- √
√ -
- -
- √
√ √
√ √
√ 1
1 1
1 2
4 3
4 3
4 Kurang
Kurang Kurang
Kurang Cukup
Baik Baik
Baik Baik
Baik
Keterangan: 1 : Jenis-jenis peraturan perundang-undangan pemanfaatan satwa liar;
2 : Tugas, hak dan kawajibannya terkait dengan pemanfaatan satwa liar; 3 : Prosedur dan tata cara pemanfaatan satwa liar;
4 : Larangan dan sanksi atas pelanggaran pemanfaatan satwa liar.
Tabel 6.2 menunjukkan bahwa pemahaman aparatur pemerintah daerah kabupaten dan pemerintah provinsi terhadap peraturan perundang-undangan
pemanfaatan SL mayoritas terkategori kurang. Hasil wawancara dengan informan pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Maros menyatakan: ...aturan-
aturan tentang pemanfaatan SL kami belum faham... sebab sesuai tupoksi kami, belum menyangkut hal itu.... DM1.7. Sementara informan lainnya menyatakan:
...saya baru tahu kalau perizinan pemanfaatan SL yang tidak dilindunginon Appendix CITES itu menjadi kewenangan kabupaten... DM2.1.
Kurangnya pemahaman aparatur pemerintah daerah terhadap peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pemanfaatan SL disebabkan oleh
53 rendahnya perhatian terhadap SL serta masalah koordinasi dengan Balai Besar
KSDA Sulsel. Seperti dinyatakan: ...banyak hal yang terlalu banyak diurus di Dishut...kayu...kawasan...rehabilitasi... sehingga masih luput perhatian terhadap
pemanfaatan TSL yang tidak dilindungi.. DM2.4. Selanjutnya dinyatakan: ... perlu ada koordinasi BKSDA ke Dishut kabupaten atau sebaliknya dalam hal
pengaturan perizinan pemanfaatan TSL ini.....DM2.2.
Sementara itu, hasil wawancara dengan informan di Direktorat Jenderal PHKA menyatakan: ...kendala implementasi Kepmenhut 4472003 di daerah
sehingga belum dapat diterapkan adalah masalah pemahaman,... selain itu adalah masalah SDM yang belum siap...DP3.7. Selanjutnya dinyatakan bahwa
...personil pada Dinas Kehutanan di daerah sering berganti-ganti sehingga perhatian terhadap persoalan pemanfaatan TSL masih rendah... DP3.8.
Kurangnya perhatian terhadap persoalan pemanfaatn TSL oleh pemerintah daerah juga disebabkan oleh urusan TSL merupakan urusan pilihan. Oleh sebab itu
menurut informan di Direktorat Jenderal PHKA bahwa ...walaupun ada PAD, tetapi kecil... sehingga lebih baik mengurus tambang dari pada TSL, ...repot
administrasinya...DP4.5.
Tingkat pemahaman peraturan perundang-undangan pemanfaatan SL oleh masyarakat pemanfaat sebagai kelompok sasaran juga penting diketahui. Hasil
wawancara menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat pemanfaat kupu-kupu di daerah penyangga TN Babul mayoritas terkategori kurang Tabel 6.3. Informasi
yang diperoleh dari beberapa pengumpul pedagang yang tidak memiliki izin menyatakan bahwa alasan tidak mengurus izin penangkapan adalah karena tidak
mengetahui kewajiban-kewajiban apa yang harus dipenuhi dalam menjalankan usaha pemanfaatan kupu-kupu. Selain itu mereka belum mengetahui tata cara dan
prosedur pengurusan izin serta persyaratan yang harus dilengkapi. Hal ini sesuai yang dinyatakan Kartodihardjo 2006 bahwa implementasi peraturan yang belum
efektif disebabkan masyarakat sebagai kelompok sasaran belum memahami isi peraturan atau bahkan tidak mengetahuinya sama sekali.
Kurangnya pemahaman tersebut disebabkan oleh belum ada sosialisasi tentang peraturan perundang-undangan pemanfaatan SL serta kurangnya
pembinaan kepada warga pemanfaat kupu-kupu oleh instansi terkait. Hasil wawancara dengan salah seorang pengumpul pedagang di Desa Kalabbirang
menyatakan: ...peraturan-peraturan dari Pemerintah persisnya saya belum tahu, ...tetapi yang saya tahu.... seperti kami ini... para pengumpul... harus punya
izin... KT1.26. Salah seorang pengumpul pedagang dari Desa Jenetaesa menyatakan: ...ya...harapannya agar masyarakat ini seperti kita diberikan
penjelasan atau dibimbing dari pemerintah untuk berusaha lebih baik maksudnya tertib, punya izin dll....KT5.9. Selanjutnya pengumpul pedagang
dari Desa Samangki menyatakan: ...saya tidak tahu aturannya, pak... saya sendiri tidak tahu apa-apa tentang aturan... kewajiban dan larangan-larangan...
dari dulu sudah seperti ini... semua orang menangkap... biasa saja... KT3.5.
Tingkat pemahaman kelompok sasaran terhadap peraturan perundang- undangan pemanfaatan SL yaitu warga pemanfaat kupu-kupu di daerah
penyangga TN Babul dilakukan terhadap para penangkap dan pengumpul pedagang. Hasil analisis pemahaman peraturan perundang-undangan pemanfaatan
SL oleh para penangkap dan pengumpul pedagang di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 6.3.
54 Tabel 6.3 Tingkat pemahaman para penangkap dan pengumpul pedagang
terhadap peraturan perundang-undangan pemanfaatan satwa liar Kode Informan
Pengetahuan tentang Jumlah
Kategori 1
2 3
4 Penangkap:
Desa Kalabbirang TK 1
TK 2 TK 3
Desa Jenetaesa TJ 1
TJ 2 TJ 3
Desa Samangki TS 1
TS 2 TS 3
Pengumpul Pedagang Berizin: Desa Kalabbirang
KI 1 Desa Samangki
KI 2 Pengumpul Pedagang tidak
Berizin: Desa Kalabbirang
KT 1 KT 2
Desa Jenetaesa KT 4
KT 5 Desa Samangki
KT 3 -
- -
- -
-
- -
-
-
-
- -
- -
- -
- -
- -
-
- -
-
√
-
√ -
- -
- -
- -
- -
-
- -
-
-
-
- -
- -
- -
- -
- -
-
- -
-
√
√
√ √
√ √
- -
- -
- -
-
- -
-
2
1
2 1
1 1
- Kurang
Kurang Kurang
Kurang Kurang
Kurang
Kurang Kurang
Kurang
Cukup
Kurang
Cukup Kurang
Kurang Kurang
Kurang
Keterangan: 1 : Jenis-jenis peraturan perundang-undangan pemanfaatan satwa liar;
2 : Tugas, hak dan kawajibannya terkait dengan pemanfaatan satwa liar; 3 : Prosedur dan tata cara pemanfaatan satwa liar;
4 : Larangan dan sanksi atas pelanggaran pemanfaatan satwa liar.
Hasil wawancara dengan salah seorang pengumpul pedagang yang memiliki izin pengedar SL dalam negeri di Desa Kalabbirang menyatakan: ...tidak ada
sama sekali perhatian dan kepedulian dari Dishut Maros... BKSDA juga jarang
55 ada perhatian... TN Babul masih ada sedikit...misalnya meminta masukan untuk
pembangunan penangkaran... KI1.47. Selanjutnya salah seorang pengumpul pedagang dari Desa Samangki menyatakan: ...kurang pembinaan dari
BKSDA,...masyarakat perlu dibina dan diawasi...bukan hanya melarang...tetapi memberikan solusi... KI2.34.
6.3 Dukungan Masyarakat