63
6.4.4 Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan
Berdasarkan Lampiran AA PP 382007, kewenangan Pemerintah Provinsi Sulsel dalam hal ini Dinas Kehutanan Provinsi Sulsel terkait dengan pemanfaatan
komersial kupu-kupu di Kabupaten Maros adalah melaksanakan pengawasan pemberian izin pemanfaatan. Pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Kehutanan
Provinsi Sulsel tersebut disajikan pada Tabel 6.6.
Tabel 6.6 Pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Kehutanan Provinsi Sulsel terkait pemanfaatan komersial kupu-kupu
Instansi Tugas dan fungsi
Pelaksanaan Ya
Tidak Dinas
Kehutanan Provinsi
Sulsel Melaksanakan pengawasan pemberian Izin
Pemanfaatan Penangkapan dan Peredaran tumbuhan dan SL yang tidak dilindungi dan tidak
termasuk dalam Lampiran Appendix CITES Lampiran AA hal. 759, PP 382007.
√
Hasil wawancara menunjukkan bahwa pemahaman terhadap peraturan perundang-undangan pemanfaatan SL yang terkategori kurang sampai cukup
merupakan salah satu penyebab sehingga pelaksanaan pengawasan pemberian izin pemanfaatan jenis-jenis SL yang tidak dilindungi belum dilakukan. Selain itu
adalah belum adanya payung hukum berupa peraturan daerah yang mengatur lebih lanjut terkait dengan pembagian kewenangan pengawasan pemberian izin
pemanfaatan jenis-jenis SL yang tidak dilindungi dan non Appendix CITES.
6.4.5 Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Maros
Hasil wawancara menunjukkan bahwa Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Maros belum melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai peraturan
perundang-undangan yang terkait dengan pemanfaatan SL. Pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Maros sehubungan dengan
pemanfaatan komersial kupu-kupu seperti ditunjukkan pada Tabel 6.7.
Tabel 6.7 Pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Maros terkait pemanfaatan komersial kupu-kupu
Instansi Tugas dan fungsi
Pelaksanaan Ya
Tidak Dinas
Kehutanan dan
Perkebunan Kabupaten
Maros Melaksanakan inventarisasi dan atau monitoring
populasi SL pasal 9 ayat 1 Kepmenhut 447 2003.
Menerbitkan Izin Pemanfaatan Penangkapan dan Peredaran untuk tujuan komersial SL yang tidak
dilindungi dan tidak termasuk dalam Lampiran Appendix CITES. pasal 13 ayat 4 Kepmenhut
447 2003 dan Lampiran AA hal. 759, PP 382007.
√
√
64 Hasil wawancara menunjukkan bahwa Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Kabupaten Maros belum pernah memproses serta menerbitkan izin pemanfaatan jenis-jenis SL yang tidak dilindungi dan tidak termasuk dalam Appendix CITES.
Informan pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Maros, meyatakan: ...kalau menyangkut satwa liar belum.... itu masih kewenangan BKSDA... kami di
sini tidak mengurus hal itu... DM1.3. Selanjutnya dinyatakan: ...mengenai PP 38 .... memang betul ada urusan-urusan yang dilimpahkan ke kabupaten... tetapi
itu perlu dibuat perda untuk pedoman pelaksanaan kami... tetapi sampai sekarang mengenai perizinan TSL belum ada... DM1.4.
Secara keseluruhan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan kewenangan pengaturan pemanfaatan SL belum menjadi perhatian pemerintah
provinsi maupun pemerintah kabupaten. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, pertama
, pemahaman aparatur terhadap peraturan perundang-undangan
pemanfaatan SL yang kurang; kedua, belum adanya payung hukum berupa peraturan daerah yang mengatur lebih lanjut mengenai kewenangan daerah
tentang pemanfaatan SL; ketiga, perhatian pemerintah daerah terkait dengan pemanfaatan SL sangat kurang sebab pendapatan daerah yang mungkin diperoleh
dari pemanfaatan SL tidak signifikan terhadap pendapatan asli daerah; keempat, kurangnya sosialisasi dan koordinasi dari pemerintah pusat khususnya Balai Besar
KSDA Sulawesi Selatan tentang pengelolaan pemanfaatan jenis-jenis SL yang tidak dilindungi dan tidak termasuk dalam Appendix CITES.
Keefektifan implementasi peraturan pemanfaatan komersial SL dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa isi peraturan perundang-undangan yang
terkait dengan pemanfaatan SL belum mengatur dengan jelas ketentuan sanksi pidana dan denda administrasi bagi pelaku perdagangan jenis-jenis SL yang tidak
dilindungi tanpa izin. Pemahaman terhadap peraturan perundang-undangan pemanfaatan SL oleh aparatur pemerintah daerah dan warga pemanfaat kupu-kupu
di daerah penyangga TN Babul tergolong kurang. Dukungan masyarakat dalam implementasi peraturan pemanfaatan SL tergolong rendah, serta implementasi
peraturan perundang-undangan pemanfaatan SL oleh instansi pemerintah yang terkait dengan pemanfaatan komersial kupu-kupu di daerah penyangga TN Babul
belum sepenuhnya dilaksanakan.
65
7 PENGUATAN KELEMBAGAAN PEMANFAATAN KOMERSIAL KUPU-KUPU
7.1 Permasalahan Kelembagaan Pemanfaatan Komersial Kupu-Kupu