15
2.6 Tingkat Pendidikan
Pendidikan masyarakat merupakan salah satu indikator kesejahteraan dan keberhasilan pembangunan suatu daerah. Tingkat pendidikan masyarakat dapat
mempengaruhi cara berpikir seseorang, terutama dalam menganalisis suatu permasalahan. Dengan tingkat pendidikan masyarakat yang tinggi diharapkan
masyarakat lebih cepat menerima dan memberikan respon terhadap hal-hal yang membutuhkan kemampuan berpikir dari inovasi-inovasi baru yang dianjurkan
kepadanya. Kecenderungan yang ada, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka semakin responsif orang tersebut terhadap perubahan
–perubahan. Tingkat pendidikan masyarakat yang bermukim di sekitar TN Babul dapat
dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu tingkat pendidikan rendah ≤ SD, tingkat pendidikan menengah SLTP
−SLTA dan tingkat pendidikan tinggi AkademiPT.
Hasil penelitian Kadir et al. 2010 menunjukkan bahwa persentase masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan rendah mencapai 84,4. Tingkat
pendidikan masyarakat sekitar TN Babul yang rendah dapat menjadi faktor penghambat dalam pengelolaan TN Babul. Walau demikian, hal ini dapat diatasi
dengan melakukan kegiatan pendampingan kepada masyarakat sekitar, meningkatkan kegiatan penyuluhan dan pelatihan secara intensif sehingga tercipta
kesamaan visi dan persepsi terhadap pengelolaan SL dan TN Babul.
2.7 Mata Pencaharian dan Jumlah Tanggungan Keluarga
Masyarakat yang bermukim di sekitar taman nasional selain bekerja sebagai petani, peternak dan pedagang, sebagian juga menggantungkan hidupnya dari
hasil hutan. Bisa saja dikatakan bahwa tidak sedikit yang menggantungkan hidupnya dari hasil hutan, karena pada umumnya masyarakat ini juga mempunyai
mata pencaharian ganda. Pekerjaan pokok masyarakat yag bermukim di sekitar TN Babul umumnya 92,2 adalah petani petani sawah dan kebun. Hal ini
berarti bahwa masyarakat di sekitar TN Babul sangat bergantung kepada potensi sumber daya alam berupa lahan dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarganya
sehari-hari Kadir et al. 2010.
Aktivitas ekonomi masyarakat yang dilakukan di sekitar kawasan taman nasional umumnya adalah pembuat gula aren, mencari madu, menangkap kupu-
kupu, memungut kemiri, dan mengambil kayu bahan bangunan, bahkan sebagian masyarakat berkebun atau berladang di dalam kawasan taman nasional karena
ketidaktahuan atau kurangnya informasi tentang status lahan pada umumnya di wilayah-wilayah yang dulunya adalah hutan lindung dan produksi. Pemungutan
hasil hutan ikutan seperti gula aren, kemiri dan madu merupakan aktivitas yang memberikan keuntungan ekonomi yang cukup besar bagi masyarakat setempat.
Penangkapan kupu-kupu juga merupakan sumber pendapatan masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan wisata Bantimurung khususnya di Kecamatan
Bantimurung dan Kecamatan Simbang Ditjen PHKA 2008.
Hasil penelitian Kadir et al 2010 menunjukkan bahwa tingkat pendapatan masyarakat sekitar TN Babul berkisar antara Rp210 000tahun hingga Rp55 960
000tahun dengan rata-rata total pendapatan sebesar Rp8 836 367tahun. Rata-rata total pendapatan masyarakat sekitar TN Babul masih lebih rendah jika
dibandingkan dengan Upah Minimum Propinsi UMP Sulawesi Selatan tahun
16 2010 sebesar Rp1 000 000bulan Rp12 000 000tahun. Hal ini berarti bahwa
sebagian masyarakat sekitar TN Babul belum dapat memenuhi kebutuhan minimum mereka sehari-hari.
Jumlah tanggungan setiap kepala keluarga dapat mempengaruhi semangat dan tingkat kreativitas seorang kepala keluarga. Dengan banyaknya jumlah orang
yang ditanggung dalam keluarga maka semakin besar biaya yang harus disiapkan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Banyaknya jumlah tanggungan
keluarga juga dapat mengindikasikan besarnya potensi tenaga kerja keluarga yang tersedia yang dapat membantu kepala keluarga dalam usaha memenuhi kebutuhan
hidup sehari-hari
Hasil penelitian Kadir et al. 2010 menunjukkan bahwa jumlah tanggungan setiap kepala keluarga yang bermukin disekitar TN Babul berkisar antara 0
–9 orang dengan rata-rata 4 orang setiap kepala keluarga. Jumlah tanggungan setiap
kepala keluarga yang bermukim di sekitar TN Babul dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu sedikit 0
–2 orangkk, sedang 3–4 orangKK dan banyak 4 orangKK. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 72,8
masyarakat sekitar TN Babul memiliki tanggungan keluarga lebih besar dari 2 orang. Hal ini berarti bahwa tingkat kebutuhan lahan garapan pada masa datang
akan semakin tinggi. Hal ini dapat berdampak negatif terhadap keberhasilan pengelolaan TN Babul jika potensi tenaga kerja tidak dibina dengan baik.
17
3 METODE
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian