73
7.2.1 Pendelegasian Wewenang Kepada Pemerintah Kabupaten Maros
Hasil penelitian ini menekankan pentingnya pendelegasian wewenang desentralisasi pengaturan pemanfaatan komersial kupu-kupu kepada Pemerintah
Kabupaten Maros. Alasan teoritisnya bahwa dengan pelimpahan wewenang kepada Pemerintah Kabupaten Maros, maka efisiensi alokasi pemanfaatan
komersial kupu-kupu dari habitat alam di daerah penyangga TN Babul sebagai CPRs ketika berhadapan dengan berbagai preferensi warga, dapat dipertahankan.
Mekanisme pendelegasian wewenang pemanfaatan komersial kupu-kupu di daerah penyangga TN Babul Kabupaten Maros dapat ditempuh melalui 2 cara.
Pertama
, Kementerian Kehutanan menerbitkan peraturan tentang pedoman pemanfaatan komersial kupu-kupu dari habitat alam, seperti halnya peraturan
tentang pemanfaatan sarang Burung Walet Collocalia spp yang diatur melalui Kepmenhut 1002003
15
. Pasal 8 ayat 1 dalam Kepmenhut 1002003 menyebutkan bahwa:
... Izin pemanfaatan sarang Burung Walet di habitat alami yang lokasinya berada di luar kawasan Cagar Alam dan kawasan Suaka Margasatwa, di luar kawasan
Taman Nasional, di luar kawasan Taman Wisata Alam dan di luar Taman Buru, diberikan oleh BupatiWalikota setempat ....
Kedua , Pemerintah Kabupaten Maros mengajukan permohonan kepada
Pemerintah Pusat melalui Menteri Dalam Negeri untuk melaksanakan pengaturan pemanfaatan komersial kupu-kupu. Hal tersebut mengacu kepada PP 382007,
Pasal 14 ayat 2 yang menyebutkan bahwa:
... Dalam hal pemerintahan daerah provinsi atau pemerintahan daerah kabupatenkota akan menyelenggarakan urusan pemerintahan yang tidak
tercantum dalam lampiran Peraturan Pemerintah ini terlebih dahulu mengusulkan kepada
Pemerintah melalui
Menteri Dalam
Negeri untuk
mendapat penetapannya....
Terkait dengan hal ini, dibutuhkan kesediaan atau kerelaan dari Kementerian Kehutanan Ditjen PHKA untuk mendelegasikan sebagian
kewenangnya yang terkait dengan pengaturan pemanfaatan SL khususnya pemanfaatan komersial kupu-kupu kepada Pemerintah Kabupaten Maros.
Pendelegasian wewenang tersebut perlu disertai dengan kejelasan tugas-tugas bagi pihak yang didelegasikan serta pemberi delegasi. Menurut Ekawati 2007 bahwa
hal krusial yang menjadi kendala dalam memberikan tugas-tugas ini kepada daerah, yaitu kendala kemampuan daerah, khususnya yang menyangkut sumber
daya manusia dan keuangan daerah.
Kementerian Kehutanan selanjutnya melakukan pembinaan dan pengawasan yang bersifat teknis, sedangkan Kementerian Dalam Negeri melaksanakan
pembinaan dan pengawasan yang bersifat umum. Mekanisme tersebut diharapkan mampu menciptakan harmonisasi antar kementerian dalam melakukan pembinaan
dan pengawasan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah secara keseluruhan.
Berdasarkan mekanisme pendelegasian wewenang tersebut, maka Pemerintah Kabupaten Maros selanjutnya membuat peraturan daerah tentang
pemanfaatan komersial kupu-kupu. Beberapa contoh pembuatan peraturan daerah
15
Kepmenhut 1002003 tentang Pedoman Pemanfaatan Sarang Burung Walet Collocalia spp.
74 yang terkait dengan pemanfaatan sarang Burung Walet telah dibuat oleh beberapa
pemerintah kabupaten di seluruh Indonesia. Peraturan daerah tersebut dibuat sebagai tindak lanjut dari PP 382007,
sehingga diharapkan menjadi payung hukum bagi Pemerintah Kabupaten Maros dalam menjalankan fungsinya mengatur pemanfaatan komersial kupu-kupu.
Pentingnya peraturan tersebut adalah untuk mensinkronkan keseluruhan peraturan perundang-undangan, baik antara peraturan yang terkait dengan pemanfaatan SL
sebagai peraturan sektoral dengan peraturan yang terkait dengan otonomi daerah.
Pendelegasian wewenang pengaturan pemanfaatan komersial kupu-kupu kepada Pemerintah Kabupaten Maros bertujuan untuk mendekatkan serta
meningkatkan pelayanan kepada warga pemanfaat kupu-kupu. Selain itu bertujuan untuk melibatkan partisipasi aktif dalam pengambilan keputusan terkait dengan
pemanfaatan komersial kupu-kupu di daerah penyangga TN Babul.
Konsekuensi dari pelibatan partisipasi aktif tersebut maka ide co- management dalam pengaturan pemanfaatan komersial kupu-kupu menjadi suatu
keniscayaan, di mana Pemerintah Kabupaten Maros dapat membagi kewenangan, tanggung jawab, dan fungsi pengaturan pemanfaatan komersial kupu-kupu dengan
kelompok masyarakat yang tergabung dalam Forum Pelestari Kupu-Kupu.
Dalam rangka co-management tersebut, peranan yang lebih besar diharapkan dilakukan oleh Forum Pelestari Kupu-Kupu sebagai perwakilan dari
warga. Hal ini diperlukan karena Forum Pelestari Kupu-Kupu dapat menjadi penghubung antara kebijakan pemerintah dengan implementasi peraturan di
lapangan. Oleh sebab itu, untuk memperkuat keberadaan forum ini maka perlu kekuatan hukum yang mengikat yang diatur melalui peraturan yang dibuat oleh
instansi terkait. Selain itu forum ini dapat merumuskan aturan main bagi masing- masing anggotanya. Pada tingkat lapangan, forum tersebut masih perlu diperkuat
melalui proses pendampingan.
7.2.2 Penyusunan Aturan Operasional Pemanfaatan Komersial Kupu-Kupu