Kajian tentang karakteristik sumber daya kupu-kupu Lepidoptera

19 Jumlah informan ditentukan dengan pertimbangan-pertimbangan informasi yang diperlukan, jika tidak ada lagi informasi yang dapat dijaring maka pemilihan informan sudah dapat diakhiri Moleong 2002. Jumlah informan yang dimaksud dalam penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1. Tabel 3.1 Informan penelitian Pelaksana Peraturan Jabatan Jumlah Balai Besar KSDA Sulsel Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Maros Dinas Kehutanan Provinsi Sulsel Balai Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung Direktorat Jenderal PHKA Pusat Penelitian Biologi LIPI Kepala Bidang Teknis Kepala Bagian Tata Usaha Kepala Seksi Pemanfaatan dan Pelayanan Kepala Seksi Perlindungan, Pengawetan dan Perpetaan Pengendali Ekosistem Hutan Tingkat Ahli Kepala Bidang Kehutanan Kepala Seksi Inventarisasi dan Perpetaan Hutan Kepala Seksi Aneka Usaha Kehutanan Kepala Bidang Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kepala Seksi Peredaran Hasil Hutan Kepala Sub bagian Tata Usaha Kepala Seksi Wilayah II Bantimurung Pengendali Ekosistem Hutan Tingkat Ahli Polisi Kehutanan Kepala Sub Direktorat Pengawetan dan Pemanfaatan jenis Kepala Sub Direktorat Tertib Peredaran Kepala Sub Direktorat Lembaga Konservasi dan Perburuan Kepala Sub Direktorat Program dan Evaluasi Penyidikan dan Pengamanan Kepala Seksi Pembalakan Ilegal dan Satwa Liar Wilayah I Peneliti pada Bidang Zoologi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 Kelompok Sasaran Kategori Jumlah Penangkap Pengumpul pedagang Kelompok usia di bawah 19 tahun Kelompok usia di atas 19 tahun Memiliki izin pengedar Tidak memiliki izin pengedar 3 6 2 5

3.3.1 Kajian tentang karakteristik sumber daya kupu-kupu Lepidoptera

yang dimanfaatkan secara komersial Sumber daya kupu-kupu yang dimanfaatkan secara komersial di daerah penyangga TN Babul diketahui melalui studi terhadap jenis-jenis kupu-kupu hasil 20 tangkapan yang meliputi jumlah individu setiap jenis dan rasio kelamin, serta status jenis kupu-kupu yang dimanfaatkan secara komersial dari habitat alam. Pada umumnya kondisi populasi satwa liar, termasuk kupu-kupu di alam sangat sulit untuk diketahui. Hal ini disebabkan oleh luasnya habitat, letak geografis, serta sifat dari satwa liar tersebut yang tidak memungkinkan dilakukan sensus secara terstruktur dalam satu satuan waktu yang pendek Shine et al. 1998; Schlaeper et al. 2005; Iskandar dan Erdelen 2006; Semiadi dan Sidik 2011. Oleh sebab itu, kajian tidak langsung melalui pemantauan terhadap hasil yang dipanenditangkap yang ada di tingkat penangkap dapat menjadi indikator penting mengenai kondisinya di alam TRAFFIC 2008; Semiadi dan Sidik 2011. Gambaran sesungguhnya mengenai kondisi populasi serta status jenis kupu-kupu di alam perlu terus dipantau secara reguler untuk memperoleh informasi sebagai dasar pertimbangan dalam merumuskan kebijakan pengelolaan pemanfaatan kupu-kupu secara lestari. Pengamatan jenis-jenis kupu-kupu hasil tangkapan dilakukan terhadap masing-masing 3 orang penangkap pada 3 lokasi penangkapan di daerah penyangga TN Babul Kabupaten Maros. Pemilihan lokasi pengamatan dilakukan secara sengaja purposive dengan cara mengikuti pilihan para penangkap yang biasanya melakukan aktivitas penangkapan. Selama melakukan pengamatan didampingi oleh dua orang pengenal jenis kupu-kupu yang mampu mengidentifikasi kupu-kupu dengan baik. Pengamatan dilakukan pada bulan Februari, Mei, dan Agustus 2013 di setiap lokasi penangkapan. Pemilihan waktu pengamatan berdasarkan pertimbangan bahwa intensitas curah hujan pada bulan-bulan tersebut secara berturut-turut adalah tinggi, sedang dan rendah. Selain itu, menurut informasi para pengumpul pedagang bahwa komposisi jenis kupu-kupu hasil tangkapan selama 1 hingga 2 bulan relatif sama. Jadi dengan asumsi rentang waktu pengamatan selama 3 bulan, maka akan memperoleh data komposisi jenis kupu-kupu hasil tangkapan yang berbeda. Masing-masing lokasi dilakukan pengamatan selama 3 hari. Pengamatan dilakukan pada pagi hari 08.00-12.00 WITA dan siang hingga sore hari pukul 13.00-16.00 WITA. Pengamatan penangkapan kupu-kupu dilakukan di sepanjang jalur berukuran lebar 20 meter dengan panjang 150 meter, menggunakan metode sensus transek transect count Pollard dan Yates 1993; Noerdjito dan Aswari 2003. Rincian waktu pengamatan aktivitas penangkapan kupu-kupu di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Waktu pengamatan aktivitas penangkapan kupu-kupu di lokasi penelitian tahun 2013 Bulan Desa Kalabbirang Desa Jenetaesa Desa Samangki Februari Mei Agustus Tanggal 4 Tanggal 6 Tanggal 19 Tanggal 13 Tanggal 16 Tanggal 24 Tanggal 23 Tanggal 27 Tanggal 31 Penangkapan kupu-kupu oleh para penangkap menggunakan jaring serangga sweep net berdiameter 50 cm dengan panjang tongkat 200 cm. Penangkapan dilakukan dengan cara berjalan perlahan atau menunggu sambil terus mengawasi keberadaan kupu-kupu untuk ditangkap. Pada setiap jalur pengamatan, jenis kupu- 21 kupu yang tertangkap dicatat jumlahnya, nama jenis dan perbedaan jenis kelaminnya. Cara memperkirakan rasio kelamin dari populasi kupu-kupu adalah dengan menghitung perbandingan jantan dengan betina hasil tangkapan. Asumsi yang mendasari praktek ini bahwa koleksi kupu-kupu liar di alam sehubungan dengan rasio kelamin adalah acak Idris dan Hassan 2014. Data jenis-jenis kupu-kupu hasil tangkapan berupa jumlah individu setiap jenis dan rasio kelamin diketahui dengan cara menghitung seluruh individu yang tertangkap di dalam transek selama waktu pengamatan. Data hasil pengamatan kemudian ditabulasi dan dijabarkan secara deskriptif.

3.3.2 Kajian tentang karakteristik pelaku, teknik penangkapan dan perdagangan kupu-kupu