158
Kuasa, Gereja Katolik Roma mengemukakan sakramen-sakramen kepada umatnya. Sakramen bukan sebagai hadiah bagi kebajikan yang istimewa,
melainkan sakramen itu adalah sebagai alat Allah untuk memberi pertolongan kepada kelemahan-kelemahan manusia.
15
B. Dampak Reformasi Gereja bagi Eropa
Reformasi Gereja yang terjadi pada tahun 1517, banyak memberikan dampak bagi perkembangan Eropa pada saat itu. Adapun dampak-dampak yang muncul
dengan adanya reformasi Gereja, antara lain:
1. Bidang Agama: Di Eropa Tidak Ada Lagi Kesatuan Agama
Sebelum muncul gerakan reformasi Martin Luther, negara-negara di Eropa merupakan satu kesatuan dalam bidang agama, yaitu menganut agama Katolik
Roma. Namun, setelah gerakan reformasi Gereja oleh Martin Luther, maka di Eropa sudah tidak ada lagi kesatuan agama, sebab telah muncul agama-agama
baru yang memiliki pandangan teologisnya sendiri. Kesatuan agama itu, kini hanya dapat ditemukan di masing-masing kerajaan
atau negara.Masing-masing kerajaan ini memiliki pemimpin negara sekaligus menjadi pemimpin agama. Kesatuan politis dengan bermacam-macam agama
tidak terpikirkan oleh pemimpin negara. Prinsip “Unus rex, una liex, una fides” masih menjadi prinsip dasar para pemimpin negara. Maksud dari prinsip ini
adalah bahwa seseorang yang tidak mengikuti agama mayoritas akan kehilangan
15
Ibid.
159
haknya, bukan hanya hak-hak politik, tetapi juga hak-hak sipil. Penerapan prinsip dasar ini memang bervariasi, tetapi berlaku di lingkungan Katolik maupun
Protestan.
16
Pemerintahan dalam bentuk kerajaan hanyalah satu-satunya pemerintahan yang sah. Raja memperoleh kekuasaannya langsung dari Allah, dan hanya dari
Allah. Raja adalah gambaran Allah yang hidup, duduk di atas tahta Allah, raja hanya bertanggung jawab kepada Allah. Tidak ada suatu kuasa di dunia, termasuk
Paus, parlemen, atau majelis umum untuk mengintervensi. Hal yang dituntut dari bawahan raja adalah ketaatan mutlak.
17
2. Bidang politik: Terjadi Perang 30 Tahun di Jerman 1618-1648 yang Membuat Seluruh
Eropa Menderita
Pada tahun 1555, dalam Perdamaian Augsburg, Kaisar Karel V memberikan hak kepada para pangeran untuk menentukan agama rakyat mereka, dan telah
memberitakan pengakuan kepada orang Lutheran maupun Katolik, tetapi tidak mengakui Kalvinis. Kemudian pada tahun 1560, kaum Kalvinis mulai
memperoleh kemenangan yang berarti, tetapi dalam banyak hal orang Protestan sendiri saling mengecam, seperti halnya antara orang Katolik dan Lutheran.
Jerman yang telah terpecah dari dalam, maka Jerman terbuka bagi pengaruh- pengaruh bangsa Eropa yang lain.
Perang Tiga Puluh Tahun dimulai atas nama kepentingan agama, tetapi pada kenyataannya merupakan perjuangan demi kekuasaan politik. Dari satu segi,
16
Fl. Hasto Rosariyanto, op.cit., hlm. 28.
17
Ibid.
160
perang tersebut merupakan perang saudara antara orang Jerman Protestan dan Jerman Katolik. Dari segi lain, perang ini merupakan perang saudara yang
dilakukan oleh para pangeran Jerman dari kedua aliran agama melawan kaisar mereka. Dari segi yang ketiga, perang ini merupakan perang internasional;
Perancis menantang keluarga Habsburg, orang Spanyol berusaha sekuat tenaga mendapatkan kembali kekuasaannya atas Belanda, orang Skandinavia yang baru
saja bangkit berusaha mendapatkan bagian dari wilayah benua Eropa, dan bangsa- bangsa yang berdiri di pinggir medan laga membantu salah satu pihak yang
berperang dengan uang, tentara dan perjanjian, dan terkadang membantu pihak yang satu, kadang membantu pihak yang lain.
18
Dalam pertempuran yang bersegi banyak ini pasukan dari enam kebangsaan terlibat secara aktif, yaitu Jerman, Spanyol, Perancis, Bohemia, Denmark, dan
Swedia. Sedangkan pasukan yang lain, yaitu Inggris, Polandia, Skotlandia, dan Transylvania, menyediakan pasukan bayaran yang anggotanya terdiri dari orang
Yunan, Turki, Italia, dan Belanda. Para jendral pasukan-pasukan itu, sering kali adalah orang oportunis yang rakus dan suka berpetualang, orang yang tidak
mempunyai keyakinan agama, tanpa kesetiaan terhadap suatu negara, dan hanya menginginkan upah berupa wilayah dan kekuasaan.
19
Latar belakang kekacauan ini ialah kebencian berbagai bangsa terhadap keluarga Habsburg, yang telah menguasai daerah-daerah yang berbatasan dengan
semua negara di Eropa. Sejak tahun 1556, keluarga Habsburg ini terbagi menjadi dua cabang; Kaisar Karel V mewariskan Spanyol kepada putranya dan
18
Edith Simon dan Para Editor Putaka Time-Life, op.cit., hlm. 168.
19
Ibid.
161
mewariskan kekaisarannya kepada saudara laki-lakinya. Pada tahun 1619, Kaisar Habsburg, Ferdinand II merangkap menjadi Raja Bohemia, yang kebanyakan
adalah kaum Lutheran. Orang-orang Bohemia mengganti kedudukan Ferdinand II dengan seorang pangeran Protestan Jerman yang masih muda. Namun, Ferdinand
II dengan bantuan uang dari Paus dan pasukan dari Spanyol, mengirimkan tentara ke Bohemia untuk menyingkirkan Pangeran Jerman dan mengembalikan tahta
Ferdinand II, serta untuk memulihkan agama Katolik di Jerman. Namun, keadaan semakin kacau dengan hadirnya Raja Denmark yang datang membantu Pangeran
Jerman, sebab dengan memanfaatkan kekacauan yang sudah ada, Raja Denmark berharap akan memperoleh tanah bagi putranya.
Dalam rangka untuk menegakkan kembali Gereja Katolik di Jerman, Kaisar mengeluarkan Surat Perintah Restitusi, yang memerintahkan agar banyak milik
Gereja Katolik yang telah disita selama persengketaan sejak tahun 1552 dikembalikan. Perintah tersebut disambut dengan banyak perlawanan, tetapi
pasukan kekaisaran menjaga pelaksanaan perintah tersebut. Kemudian Raja Swedia, dengan menawarkan diri kepada orang Protestan untuk menjadi
penyelamat iman, bergerak memasuki Jerman.
20
Dengan demikian, kekacauan internasional terus berlanjut.
Demikianlah peperangan berlangsung bertahun-tahun, dan bangsa-bangsa bergantian melibatkan diri ke dalam persengketaan di tanah Jerman tersebut.
Ketika masalah keagamaan mulai mereda dan perjuangan untuk kekuasaan semakin terlihat, Jerman mengalami perubahan pemikiran, di mana masalah
20
Ibid.
162
Protestan dan Katolik kehilangan maknanya yang meresahkan. Sedangkan masalah orang-orang Perancis, Swedia dan Spanyol semakin panas. Kedatangan
Raja Swedia pada mulanya memberikan harapan dan keberanian bagi orang Jerman, tetapi kemudian merasa terhina oleh kehadiran seorang raja asing serta
pasukan mancanegara di negeri Jerman. Kaisar Jerman memanfaatkan situasi ini dan mencari dukungan orang Jerman dari kedua aliran agama dengan
menawarkan pencabutan Surat Perintah Restitusi sebagai imbalan atas bantuan mereka melawan Swedia. Kini orang Jerman Katolik dan Protestan bersekutu
dengan Kaisar Katolik untuk melawan persekutuan yang terdiri dari Swedia yang Protestan dan Perancis yang Katolik. Bahkan keluarga Habsburg berbalik
melawan sepupu mereka yang Katolik Spanyol, dan tidak lagi mendukung mereka melawan orang Belanda yang memberontak.
21
Para pasukan yang datang silih berganti mendatangi tanah Jerman, banyak melakukan banyak tindakan keji, antara lain membunuh, merampok, membakar,
meninggalkan wabah kelaparan dan wabah penyakit, menggunakan rumah-rumah penduduk sebagai markas tentara, dan menangkap wanita serta anak-anak untuk
dijadikan pelayan. Pada tahun 1640, kota-kota yang ada di Jerman berubah menjadi puing-punig
dan desa menjadi lenggang, jalan-jalan rusak. Penduduk terpaksa makan dengan anjing dan kuda, bahkan memakan mayat manusia. Pada tahun 1637, Kaisar
Karel V wafat, dan memberikan kekaisaran yang sudah hancur kepada putranya. Orang-orang Jerman banyak menyerukan gencatan senjata, maka Kaisar
21
Ibid., hlm. 169.
163
Jerman yang baru mulai mengadakan perundingan guna mengakhiri perang. Pada bulan Desember 1644, di kota Westphalia diadakan pertemuan yang dihadiri oleh
para diplomat dari Spanyol, Perancis, Swedia, Belanda, Swiss, berbagai negara bagian Italia dan Vatikan. Para diplomat ini berdebat selama empat tahun. Barulah
pada tanggal 24 Oktober 1648, Kaisar Jerman dan para diplomat ini sepakat untuk menandatangani Perdamaian Westphalia, yang menjadi penyelesaian masalah
keagamaan.
22
Perdamaian Westphalia ini juga memberikan pengaruh dalam merombak peta Eropa dan memperbaharui konsep hubungan internasional. Perjanjian tersebut
juga memperbaharui asas Perdamaian Augsburg yang menentukan wilayah- wilayah agama, tetapi dengan mengakui aliran Kalvinis. Dan sejak saat itu, Gereja
Protestan dan Katolik dimantapkan.
3. Bidang Sosial: Pengejaran Secara Gila-gilaan Terhadap Tukang Sihir