Hipotesis Sistematika Penulisan PENDAHULUAN

37 rasul sejak jaman para rasul. Maka tidak boleh ada ajaran atau kebiasaan dalam umat Katolik yang bertentangan dengan Kitab Suci, yang menjadi tolok ukur tertinggi bagi iman, karena Kitab Suci diilhami oleh Tuhan dan dituangkan ke dalam tulisan sekali untuk selamanya. Sedangkan Gereja Protestan, baik itu Gereja Lutheran, Gereja Anglikan, dan Gereja Calvinisme memandang Kitab Suci adalah satu-satunya sumber iman dan dimengerti dari dirinya sendiri, sehingga tidak ada yang berhak menafsirkannya secara normatif. Semuanya yang diimani dan dibuat gereja harus terdapat di dalam Kitab Suci. Prinsip Alkitab menimbulkan tafsiran, ajaran, dan kebiasaan yang berbeda-beda yang tidak jarang menyebabkan terjadi perpecahan umat. 46

F. Hipotesis

Dari arti katanya hipotesis memang berasal dari dua penggalan kata yaitu “hypo” yang artinya “di bawah” dan “thesa” yang artinya “kebenaran”. Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data-data yang terkumpul. Dalam penelitian, hipotesis merupakan pedoman bagi peneliti. Hipotesis dirumuskan berdasarkan hasil telaah pustaka yang dengan demikian, bentuk rumusannya harus sejalan dengan hasil telaah pustaka atau bahasan teoritis dan relevan dengan rumusan masalah. 47 Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 46 Ibid., hlm. 79. 47 Nuzurul Zuriah, Metodologi Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi, Jakarta, Bumi Aksara, 2006, hlm. 162. 38 1. Kalau pada abad ke-16, di dalam Gereja Katolik terjadi krisis kewibawaan terhadap Paus, krisis rohani di antara umat, dan penyelewengan wewenang dalam Gereja, maka keadaan Gereja Katolik pada abad ke-16 terjadi perpecahan Gereja. 2. Kalau pada masa pemerintahan Paus Leo X diadakan pengadaan dan penjualan surat pengampunan dosa indulgensia, maka Martin Luther muncul sebagai pencetus pertama reformasi Gereja pada abad ke-16. 3. Kalau Martin Luther menentang adanya praktek jual beli surat indulgensia yang dipakai untuk membangun Basilika Santo Petrus dan mengadakan perdebatan teologis mengenai surat indulgensia, serta menolak api penyucian maka antara Martin Luther dengan Gereja Katolik terjadi perbedaan pendapat. 4. Kalau dalam Gereja Katolik terjadi pengurangan umat Katolik karena ada sebagian umat yang beralih mengikuti aliran Martin Luther, muncul Gereja Lutheran, serta di Eropa hilangnya absolutisme Paus, perpecahan agama Katolik, karena di Eropa banyak muncul agama Protestan dengan aliran yang berbeda-beda, maka Martin Luther berhasil melakukan gerakan reformasinya.

G. Metodologi Penelitian

Penelitian sejarah yang berjudul “Peranan Martin Luther dalam Reformasi Gereja pada Abad ke-16” ditulis dengan menggunakan metode penelitian sejarah. Metode penelitian sejarah ini penting untuk dilakukan karena merupakan prosedur atau langkah-langkah kerja dalam rangka menganalisis secara mendalam mengenai peristiwa masa lampau. Adapun tahap-tahap yang 39 digunakan dalam penelitian sejarah adalah sebagai berikut:

1. Metode Pengumpulan Data

Dalam metode pengumpulan data ini terdapat dua tahap, yaitu pemilihan dan penentuan persoalan pokok, dan heuristik atau pengumpulan sumber. Dalam tahap pertama yaitu pemilihan dan penentuan persoalan pokok, penulis mengambil Peranan Martin Luther dalam Reformasi Gereja pada Abad ke-16 sebagai pokok pembahasan untuk penulis teliti. Penulis memilih judul ini karena penulis merasa tertarik dengan seorang tokoh Gereja yaitu Martin Luther yang menjadi seorang reformator gereja dan ajaran-ajaran Martin Luther yang menyentuh jiwa sehingga banyak memiliki pendukung dan bersatu di dalam Gereja Lutheran, merupakan Gereja Protestan, pecahan dari Gereja Katolik Roma. Heuristik atau pengumpulan sumber adalah proses pengumpulan data untuk keperluan subyek yang diteliti. 48 Menurut urutan penyampaiannya sumber itu dapat dibagi ke dalam sumber primer dan sumber sekunder. Sumber sejarah disebut primer bila disampaikan oleh saksi mata. Sumber sekunder adalah yang disampaikan oleh bukan saksi mata. 49 Sedangkan dalam tahap kedua yaitu heuristik atau pengumpulan sumber, penulis dalam mengumpulkan sumber data penelitian menggunakan sumber primer dan juga sumber sekunder yang terdapat pada koleksi buku-buku dan artikel di Perpustakaan Kolese Santo Ignasius, Perspustakaan Universitas Sanata Dharma, Toko Buku Metanoia, Toko Buku Kanisius, serta mendownload artikel- artikel yang terdapat pada situs internet. Sumber primer yang digunakan adalah 48 Louis Gottschalk, op.cit., hlm. 35. 49 Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta, Yayasan Bentang Budaya, 2001, hlm. 98. 40 Katekismus Besar Martin Luther Luther’s Large Catechism ditulis oleh Martin Luther, Three Treatises An den Christlichen Adel deutscher Nation von des Christlichen Standes Besserung, De Captivitate Babylonica Ecclesiae, Von der Freihet eines Christenmenschen ditulis oleh Martin Luther, Martin Luther: Kebebasan Seorang Kristen Von der Freiheit eines Christenmenschen ditulis oleh Martin Luther, dan Luther’s Works Volume 40: Church and Ministry Martin Luhter Werke: Kritische Gesamtausgabe ditulis oleh Martin Luther. Sedangkan sumber sekunder yang digunakan dalam penelitian ini antara lain, yaitu; Luther yang ditulis oleh Hans Peter Grosshans, Zaman Reformasi yang ditulis oleh Edith Simon, Jendral Tuhan: Gebrakan Para Pahlawan Reformasi Iman yang ditulis oleh Roberts Liardon, Renaissance dan Reformasi yang ditulis oleh H. Haikal, Sejarah Gereja Kristus Jilid 2 yang ditulis oleh W.L. Helwig , Sejarah Gereja Umum II yang ditulis oleh Fl. Hasto Rosariyanto, Gereja Abadi yang ditulis oleh Kleopas Laarhoven, Pemisahan Diri Luther dari Roma yang ditulis oleh Dian, Martin Luther yang ditulis oleh Tim Wikipedia Indonesia, dan lain sebagainya.

2. Metode Analisis Data

Menganalisis data dibutuhkan suatu metode tertentu yang terdapat dalam dua tahap yaitu verifikasi atau kritik sumber dan interpretasi atau penafsiran. Dalam tahap verifikasi atau kritik sumber masih terbagi lagi menjadi dua macam. Verifikasi itu ada dua macam yaitu otentisitaskeaslian sumber kritik ekstern dan kredibilitaskebiasaan dipercayai kritik intern. 50 Kritik ekstern digunakan 50 Ibid., hlm. 101. 41 untuk mengetahui keaslian sumber, sedangkan kritik intern digunakan untuk meneliti isi sumber itu dapat dipercaya atau tidak. Dalam penelitian ini, kritik ekstern mengenai otentisitas keaslian sumber data yang diperoleh tidak perlu dilakukan sebab keaslian data, atau materi yang digunakan sudah tidak diragukan. Akan tetapi, yang perlu dilakukan adalah kritik intern, sebab kebenaran sumber data masih diragukan. Kritik intern dalam penelitian ini dilakukan dengan cara membandingkan artikel- artikel yang terdapat pada majalah maupun internet dengan sumber buku- buku yang ada di perpustakaan, baik itu Perpustakaan Sanata Dharma, Perpustakaan Kolese Ignasius, maupun Perpustakaan Seminari Tinggi Kentungan, di mana kesemuanya untuk mengecek kebenaran data-data yang ada kaitannya dengan Martin Luther. Tahap yang kedua dari Metode Analisis Data adalah interpretasi atau penafsiran. Interpretasi atau penafsiran sering disebut sebagai biang subyektivitas. Kegiatan interpretasi ditempuh dengan cara yaitu; dengan menganalisis data yang ditemukan dari berbagai sumber dan mensintesiskan temuan data dari berbagai sumber.

3. Pendekatan Penelitian

Dalam menghadapi gejala historis yang serba kompleks, setiap penggambaran atau deskripsi menuntut adanya pendekatan yang memungkinkan penyaringan data yang diperlukan. Penggambaran kita mengenai suatu peristiwa sangat tergantung pada pendekatan, ialah dari segi mana yang diungkapkan, unsur-unsur 42 mana yang diungkapkan, dan lain sebagainya. 51 Hasil pelukisannya akan sangat ditentukan oleh jenis pendekatan yang dipakai. Penulis dalam melakukan penelitian guna mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan peranan Martin Luther dalam reformasi Gereja pada abad ke-16 menggunakan Pendekatan Multidimensional di mana cara pandang penulis terhadap suatu peristiwa masa lampau dengan menggunakan lebih dari satu pendekatan, melainkan banyak menggunakan pendekatan. Pendekatan yang digunakan antara lain, yaitu; pendekatan historis, pendekatan sosiologi, pendekatan antropologis, pendekatan psikologi, dan pendekatan politikologis. Pendekatan Historis adalah pendekatan yang digunakan untuk meneropong peristiwa masa lampau tersebut. Dalam penelitian ini pendekatan historis berguna untuk melihat apa yang menjadi alasan bagi Martin Luther memulai gerakan untuk mereformasi Gereja Katolik pada abad ke-16 hingga gerakan reformasi ini nantinya memberikan dampak bagi Gereja Katolik dan Eropa pada abad ke-16. Pendekatan Sosiologi merupakan pendekatan yang berguna untuk melihat segi-segi sosial peristiwa yang dikaji. Dalam penelitian ini, pendekatan sosiologi digunakan untuk melihat munculnya gerakan reformasi Gereja pada abad ke-16 yang dipelopori oleh Martin Luther seorang dari golongan kaum humanis yang memiliki keprihatinan atas situasi dan kondisi Gereja Katolik Roma dan kondisi pada zaman itu yang serba susah karena dalam Gereja 51 Sartono Kartodirdjo, Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah, Jakarta, Gramedia, 1992, hlm. 4. 43 Katolik Roma terjadi krisis kewibawaan di kepausan dan krisis rohani yang terjadi pada umat. Pendekatan Antropologis merupakan suatu pendekatan yang berguna untuk mengungkapkan nilai-nilai yang mendasari perilaku tokoh sejarah, status dan gaya hidup, sistem kepercayaan yang mendasari pola hidup dan lain sebagainya. 52 Dalam penelitian ini, pendekatan antropologis digunakan untuk melihat bahwa Martin Luther ialah seorang biarawan yang berasal dari keluarga petani yang taat dan tunduk kepada Allah di mana doa dan kedisplinan sangat diteggakkan. Martin Luther sebagai biarawan dari Ordo Augustinian sepenuhnya mengabdikan diri pada kehidupan biara, berusaha melakukan segala perbuatan baik untuk menyenangkan Allah dan melayani orang lain melalui doa-doa untuk jiwa mereka, ia seorang yang rajin dan berserah kepada Allah, ia juga mengakui tidak ada dasar iman keagamaan selain Alkitab. Namun, Martin Luther nantinya menjadi pembangkang terhadap Gereja Katolik Roma, karena penyelewengan yang terjadi dalam Gereja Katolik Roma. Pendekatan Psikologi adalah pendekatan yang berorientasi pada tingkah laku manusia, baik itu tingkah laku dalam maupun tingkah laku luar. Tingkah laku manusia terjadi di dalam situasi di mana didorong untuk menanggapi atau menjawab situasi yang terjadi yang terkait dengan keadaan si pelaku. Tingkah laku bukan sebuah reaksi langsung terhadap rangsangan, tetapi sebuah tanggapan yang dibuat sesuai dengan keinginan. 53 52 Ibid. 53 Robert F. Berkhofer, A Behavioral Approach to Historical Analysis, New York, A Free Press Paperback, 1966, hlm. 46. 44 Dalam penelitian ini, pendekatan psikologi digunakan untuk mengkaji biografi dari Martin Luther. Melalui pendekatan psikologi, penulis dapat menguraikan sifat-sifat dasar dari Martin Luther yaitu sebagai pribadi yang sangat takut kepada Allah, sehingga ia selalu taat kepada Allah, orang yang bersemangat, seorang pemberani, memiliki disiplin yang tinggi, seorang yang keras kepala, suka bermenung, seorang yang mawas diri secara sangat teliti, dan suka menghukum diri sendiri, serta seorang yang kritis dan peka. Karena keberaniannya itu, maka Martin Luther tergerak hatinya dan terdorong untuk memprotes segala kehidupan Gereja Katolik Roma yang sudah terbawa pada arus kemewahan duniawi bukan mementingkan keselamatan jiwa yang sesungguhnya dan ia menjadi reformator dalam reformasi Gereja. Pendekatan Politikologis merupakan pendekatan yang menyoroti struktur kekuasaan, jenis kepemimpinan, hirarki sosial, pertentangan kekuasaan, dan lain sebagainya. 54 Dalam penelitian ini, pendekatan politikologis digunakan untuk mengkaji pemimpin yang berkuasa pada masa Martin Luther adalah seorang Paus yang nantinya kepemimpinan Paus terhadap seluruh aspek kehidupan ini ditentang oleh Martin Luther, dan melihat kepemimpinan Martin Luther sebagai reformator dalam reformasi Gereja pada abad ke-16.

4. Metode Penulisan Sejarah Historiografi

Tahap paling akhir dalam penelitian sejarah adalah historiografi atau penulisan sejarah. Dalam penulisan sejarah perlu diperhatikan beberapa hal yaitu kronologi, sistematis, dan sentralisasi gaya bahasa. Dalam mengkaji dan menganalisis 54 Ibid. 45 tentang peranan Martin Luther dalam reformasi Gereja pada abad ke-16, penulis melakukan penelitian kepustakaan untuk menjawab dan membahas permasalahan, hanya menggunakan buku-buku, artikel-artikel, atau dokumen yang relevan dengan permasalahan yang menjadi bahan pembahasan. Setiap penelitian membutuhkan data-data yang nantinya dikaji dan dianalisis. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik tertentu. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan ialah teknik analisis dokumen dan alat yang digunakan ialah buku-buku, dokumen, serta artikel. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Metode Penulisan Deskriptif Analitis yaitu menggambarkan peranan Martin Luther dalam reformasi Gereja pada abad ke-16 sebuah tinjauan perspektif historis di mana sudut pandang penulis membujur mengikuti garis perkembangan sepanjang waktu tertentu. Metode Deskriptif Analitis digunakan karena dalam hal ini penulis tidak semata- mata menceritakan kejadian, tetapi melalui analisis. Dalam mengkaji peranan Martin Luther dalam reformasi Gereja pada abad ke- 16, perlu dilihat bagaimana keadaan Gereja Katolik pada abad ke-16, apa yang melatarbelakangi munculnya Martin Luther sebagai reformator pada abad ke-16, apa yang menjadi perbedaan pendapat antara Martin Luther dengan Gereja Katolik, dan dampak dari Reformasi Gereja bagi Gereja Katolik dan bagi Eropa pada abad ke-16. Penggunaan Metode Deskriptif Analitis membuat penulisan berpusat pada permasalahan yang kemudian disusun secara sistematis berdasarkan fakta-fakta yang ada. 46

H. Sistematika Penulisan

Skripsi yang berjudul “Peranan Martin Luther dalam Reformasi Gereja pada Abad ke-16” mempunyai sistem penulisan sebagai berikut: Bab I Berupa pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, hipotesis, metodelogi penelitian, serta sistematika penulisan. Bab II Bab ini menyajikan uraian tentang keadaan Gereja Katolik Roma pada abad ke-16. Bab III Bab ini menyajikan uraian tentang latar belakang munculnya Martin Luther sebagai reformator dalam reformasi Gereja pada abad ke-16. Bab IV Bab ini menyajikan uraian tentang perbedaan pendapat yang terjadi di antara Martin Luther dengan Gereja Katolik. Bab V Bab ini menyajikan uraian tentang dampak yang muncul dari reformasi Gereja pada abad ke-16 terhadap Gereja Katolik dan Eropa pada abad ke-16. Bab VI Bab ini menyajikan kesimpulan dari penulisan permasalahan yang telah diuraikan pada Bab II, Bab III, Bab IV, dan Bab V. Demikianlah sistematika penulisan skripsi ini, dari uraian di atas dapat diamati bahwa penulis ingin menyajikan tentang “Peranan Martin Luther dalam Reformasi Gereja pada Abad ke-16”. 47

BAB II KEADAAN GEREJA KATOLIK PADA ABAD KE-16

Gereja Katolik pada Abad Pertengahan makin mengarah ke Eropa Barat dan berpusat di Roma. Keadaan Gereja Katolik pada Abad Pertengahan mengalami ketidakharmonisan dan kekacauan yang makin memuncak pada abad ke-16. Adapun hal yang menyebabkan ketidakharmonisan dan kekacauan dalam Gereja Katolik antara lain terjadinya krisis kewibawaan Paus, krisis rohani dan merosotnya semangat keagamaan, serta penyelewengan wewenang Gereja. Keadaan Gereja Katolik yang kacau balau ini mengakibatkan di dalam kesatuan umat Kristiani terjadi perpecahan Gereja.

A. Krisis Kewibawaan Paus

Wibawa dari pemimpin tertinggi Gereja Katolik yaitu Paus terlihat melemah sejak tahun 1300. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya peristiwa yang membuktikan kewibawaan seorang Paus yang makin melemah. Adapun peristiwa- peristiwa itu antara lain:

1. Pertikaian antara Paus dengan Raja Perancis.

Pada tahun 1294, terpilihlah Paus baru yaitu Paus Bonifacius VIII. Paus Bonifacius VIII ialah seorang yang cerdik dan kuat bekerja. Ia juga mendirikan Universitas Roma. Paus Bonifacius VIII bermaksud mendamaikan seluruh Eropa dan membebaskan kembali Palestina. Namun, ia bukan seorang ahli politik dan ia bukan orang yang rendah hati. Justru hal inilah yang membuat Paus Bonifacius