88
“ Penghapusan dosa tanpa tobat adalah kesalahan yang besar. Kebenaran iman tidak akan ada, tanpa ada penyesalan dan rasa takut serta teror Tuhan.
Pengajaran ini penting bagi kita manusia, di mana ada duka cita dan penyesalan untuk dosa. Penebusan dosa adalah penyesalan yang tulus dan
berduka cita atas dosa-dosa dan benar-benar mengakui atas penghakiman Tuhan dan kegusaran Tuhan.”
Pernyataan resmi Paus Leo X yang memberi izin bagi Tetzel untuk menjual surat indulgensia, tanpa penebusan dosa, membuat seseorang melupakan arti
pertobatan yang sesungguhnya. Martin Luther yang melihat bahwa kondisi semakin memprihatikan, mulai menyusun sebuah daftar keprihatinan, pertanyaan-
pertanyaan dan keberatan-keberatan mengenai penggunaan surat indulgensia dan keserakahan Gereja yang semakin mengarah keduniawian. Martin Luther tidak
merasa ragu karena belum meyakini beberapa dari pernyataannya, sebab membahas kebenarannya merupakan motivasinya untuk memakukan tesisnya
tersebut.
27
Sembilan puluh lima tesis yang disusun oleh Martin Luther ini, isinya sebagian besar mengutuk keserakahan dan keduniawian di dalam Gereja Katolik
yang dianggap sebagai bentuk penyelewengan. Sembilan puluh lima tesis ini diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, dibuat salinannya, dan disebarluaskan.
Hanya dalam waktu dua minggu, sembilan puluh lima tesis ini telah menyebar ke seluruh Jerman dan dalam waktu dua bulan telah menyebar ke seluruh Eropa.
2. Bidang Sosial Ekonomi
Pada saat Martin Luther melakukan perjalanan menuju kota Roma, ia melihat keadaan sekitarnya sangat memprihatikan. Pemandangan kota Roma bagi Martin
26
Martin Luther, Luther’s Work Volume 40: Church and Ministry, Philadelphia, Muhlenberg Press, 1957, hlm. 294.
27
Roberts Liardon, op.cit., hlm. 161.
89
Luther sudah tidak lagi seagung dan sesuci yang pernah ia bayangkan dalam pikirannya. Kenyataan yang harus dihadapi oleh Martin Luther adalah kota Roma
sudah seperti neraka yang ada di bumi. Kejahatan, kepalsuan, dan kebohongan terdapat di berbagai penjuru kota Roma. Kejahatan ini banyak dilakukan oleh
golongan rohaniwan, kemewahan, pemborosan, ucapan-ucapan kotor yang keluar dari para mulut golongan rohaniwan, bahkan di antara orang awam saling
membicarakan golongan rohaniwan dengan nada meremehkan. Kesemua hal tersebut sangat meyayat hati Martin Luther.
Martin Luther meskipun menyaksikan semua peristiwa-peristiwa tersebut, ia tetap melanjutkan perziarahannya di kota Roma. Di Roma, Martin Luther menaiki
“Tangga Pilatus” dengan sungguh-sungguh, di mana ia tiba-tiba mendengar satu suara bagaikan geledek yang berkata, “ Orang benar akan hidup oleh iman “
Roma 1:17. Martin Luther langsung berdiri dan segera meninggalkan tempat itu dengan malu dan ngeri. Ayat itu tidak pernah kehilangan kuasa atas jiwanya.
Sejak saat itu, ia melihat lebih jelas dari sebelumnya pendapat yang keliru, yang mempercayai keselamatan diperoleh atas jasa usaha manusia, dan pentingnya
iman yang terus menerus kepada Yesus Kristus. Matanya sekarang terbuka, dan tidak akan pernah lagi tertutup, karena penipuan kepausan. Pada waktu Martin
memalingkan wajahnya dari Roma, hatinya juga ikut berpaling.
28
Sejak peristiwa tersebut jarak antara Martin Luther dengan Gereja Kepausan Roma semakin jauh,
hingga akhirnya ia memutuskan hubungannya dengan Gereja Kepausan Roma. Martin Luther memulai pekerjaannya sebagai reformator dengan berani
28
Dian, “Pemisahan Diri Luther dari Roma” dalam http:www.dianweb.orgbukulutherhtm., 8 September 2007, op.cit.,
90
sebagai pejuang kebenaran. Martin Luther di atas mimbar memberikan kotbah, dengan kesungguhan hatinya ia menunjukkan sifat-sifat dosa di hadapan banyak
orang yang sedang berkumpul dan mengajarkan kepada mereka bahwa sangat tidak mungkin bagi manusia untuk mengurangi dosa atau menghapuskan dosa atas
usaha manusia sendiri, tetapi melalui rahmat Tuhan. Martin Luther juga menasehati kepada orang-orang supaya jangan membeli surat indulgensia, tetapi
bertobatlah kepada Tuhan. Penjualan surat indulgensia yang tetap dilaksanakan mesti Martin Luther telah
memberikan pengaruhnya di masyarakat untuk tidak membeli surat tersebut, membuat Martin Luther berpikir kembali untuk memikirkan cara lain untuk
menghentikan penjualan surat indulgensia tersebut. Martin Luther menemukan cara lain yaitu pada hari sebelum festival “Semua Orang Kudus”, Martin Luther
bersama-sama dengan orang banyak yang pergi ke gereja, memakukan di pintu gereja selembar kertas kertas yang berisi sembilan puluh lima tesis
29
yang menentang ajaran pengampunan dosa. Ia menyatakan kesediaannya untuk
mempertahankan tesis tersebut di Universitas Wittenburg tempat ia mengajar, terhadap semua yang merasa diserang. Bagi Martin Luther, seluruh hal yang
berkaitan dengan penjualan surat indulgensia merupakan cara licik yang ditempuh Paus Leo X untuk memeras uang rakyat guna pembangunan kembali Basilika
Santo Petrus.
3. Bidang Politik