Riwayat Hidup Martin Luther

68 Bahkan Martin Luther dalam tulisannya, The Later Years and Legacy yang terdapat dalam Christian History Magazine, mengatakan: 3 “Saya dilahirkan untuk berperang melawan orang-orang fanatik dan setan- setan. Karena itu, buku-buku saya sangat keras dan seolah-olah hendak mengajak perang. Saya harus mencabut tunggul-tunggul dan batang-batang, menyingkirkan duri-duri dan semak belukar, menimbuni kubangan-kubangan. Saya adalah orang hutan yang kasar, yang harus merintis dan membuat jalan.”

A. Riwayat Hidup Martin Luther

Pada petang menjelang hari raya Santo Martinus tahun 1483, di kota tambang Eisleben, Jerman, telah lahir putra kedua dari suami istri Hans Luther dan Margaretha Luther 4 . Untuk menghormati sang santo yang menjagai peristiwa itu, Hans Luther dan Margaretha Luther menamakan anak laki-laki tersebut Martin. 5 Martin Luther dilahirkan pada tanggal 10 November 1483 dalam sebuah keluarga petani. Pada tanggal 11 November 1483, ia dibaptis di Gereja Katolik Santo Peter dan Paul dengan nama baptis Martinus. Dalam waktu enam bulan setelah kelahiran Martin Luther, keluarga Luther pindah ke Mansfeld, Jerman. Hal ini dikarenakan ayahnya pindah bekerja ke daerah tambang tembaga Mansfeld. Martin Luther belajar tentang upah kerja keras dari kerajinan orang tuanya. Ia mengawasi bagaimana ayahnya bekerja keras mati-matian, mengangkat keluarganya dari satu kelas ekonomi ke kelas berikutnya. Mulai sebagai pekerja di tambang, Hans Luther akhirnya membangun dua tungku peleburannya sendiri dan menjadi orang yang dihormati di tengah masyarakat. Hal ini membawa 3 Martin Luther, The Later Years and Legacy, dalam Christian History Magazine 12, no.3, vol. 39, hlm. 10. 4 Gambar kedua orang tua Martin Luther, lihat lampiran 2, hlm. 176. 5 Edith Simon, op.cit., hlm. 12. 69 keluarga Luther ke kelas masyarakat yang sama sekali baru. Dalam waktu singkat Martin Luther mulai duduk makan malam bersama dengan orang-orang yang berstatus sosial tinggi dalam masyarakat, para pejabat dari kawasan-kawasan sekitar, para kepala sekolah, dan kaum rohaniwan. Meskipun keluarga Luther sudah berhasil keluar dari kelas petani, ada satu karakteristik bawaan dari kelas petani yang tidak mereka tinggalkan. Kebanyakan orang-orang dari kelas petani sangat takut akan Allah. Bagi keluarga Luther, doa dan disiplin berjalan saling bergandengan. 6 Pada tahun 1501, Martin Luther memasuki Universitas Erfurt, suatu universitas yang terbaik di Jerman pada masa itu. Martin Luther di tempat tersebut belajar filsafat, terutama filsafat nominalis Occam dan theologia Skolastika, serta untuk pertama kalinya Martin Luther membaca Kitab Suci Perjanjian Lama yang ia temukan dalam universitas tersebut. Orang tua Martin Luther menyekolahkannya pada universitas tersebut untuk persiapan memasuki fakultas hukum. Kedua orang tua Martin Luther menginginkan anaknya agar menjadi seorang ahli hukum. Martin Luther mendapatkan gelar sarjana pada tahun 1502, dan gelar magisternya pada tahun 1505. Demi mengikuti harapan ayahnya, pada tahun 1505, Martin Luther mendaftarkan diri di fakultas hukum di Universitas Erfurt. Martin Luther tekun belajar demi meniti karirnya sebagai pengacara dan demi menyenangkan keluarganya. Namun, kehidupan Martin Luther berubah ketika ia terserang badai. 6 Roberts Liardon, op.cit., hlm. 134. 70 Perubahan hidup Martin Luther terjadi di bulan Juli 1505. Pada saat itu Martin Luther baru saja kembali dari mengunjungi keluarganya di rumah, dan dalam perjalanan kembali ke universitas, ia terjebak dalam badai dasyat. Martin Luther mengalami ketakutan yang luar biasa. Dalam ketakutannya, Martin Luther memohon dan berjanji kepada Santa Anna, Ibu Bunda Maria, yang pada waktu itu baru saja diangkat menjadi seorang santa dan populer di kalangan para penambang. Dalam permohonannya yang penuh keputusasaan, Martin Luther berseru kepada Santa Anna, katanya “Santa Anna, tolonglah saya Saya akan menjadi seorang biarawan,” 7 Pada tanggal 16 Juli 1505, Martin Luther memasuki Biara Serikat Eremit Agustinus di Erfurt dengan diiringi oleh para sahabatnya. Orang tuanya tidak ikut mengantarkannya karena mereka tidak menyetujui keputusan Martin Luther tersebut. Di dalam biara, Martin Luther berusaha untuk memenuhi peraturan- peraturan biara melebihi para biarawan lainnya. Ia banyak berpuasa, berdoa, menyiksa diri, sehingga nampaknya Martin Lutherlah yang paling saleh dan paling rajin di antara semua para biarawan. Ia mengaku dosa di hadapan imam sekurang-kurangnya sekali dalam seminggu. Pada setiap waktu ibadah doa, Martin Luther mengucapkan 27 kali doa Bapa Kami dan Salam Maria. Martin Luther rajin membaca Alkitab dan menelitinya. Semua hal itu dilakukan oleh Martin Luther karena ingin mencapai kepastian tentang keselamatannya. Martin Luther memiliki karakter yang agak melankolis dan ia sangat cemas tentang hidup rohaninya. Ia takut tidak akan masuk surga, karena masih kurang 7 Hans Peter Grosshans, op.cit., hlm. 16. 71 rajin berbuat baik dan terlalu banyak dosa-dosanya. Dengan pikiran-pikiran yang sedemikian, akhirnya ia menjadi risau dan jatuh ke dalam konflik batin yang mengancam dirinya. 8 Pada tanggal 2 Mei 1507, Martin Luther ditahbiskan menjadi imam. Orang tua serta beberapa sahabatnya hadir pada upacara pentahbisan tersebut. Pada waktu yang sama, Martin Luther memimpin perayaan Ekaristi untuk yang pertama kali. Johann von Staupitz mengirim Martin Luther untuk belajar teologia di Wittenberg sambil mengajar filsafat moral di sana. Itulah sebabnya Martin Luther dipindahkan ke Biara Agustinus di Wittenberg pada tahun 1508, namun pada tahun berikutnya ia kembali lagi ke Erfurt untuk mengajar dogmatika. Di Biara Erfurt, Martin Luther mendapat kepercayaan dari pimpinan biara di Jerman untuk membahas soal peraturan-peraturan serikatnya di Roma pada tahun 1510. Luther sangat gembira, karena dengan demikian ia akan berhadapan muka dengan Bapa Suci di Roma, serta berziarah ke tempat-tempat suci dan berdoa di Tangga Pilatus. Namun, di Roma, Martin Luther melihat keburukan-keburukan yang luar biasa. Dalam kekecewaannya, Martin Luther berkata; “Jika seandainya ada neraka, maka Roma telah dibangun di dalam neraka.” 9 Sekembalinya dari Roma pada tahun 1511, Martin Luther pindah ke pertapaan Agustinus di Wittenberg. Pada tahun 1512, Martin Luther menjadi wakil pimpinan dan kemudian menjadi pengawas pertapaan-pertapaan lain di daerah itu. Setelah menyelesaikan studi teologi dan memperoleh gelar doktor, Martin Luther menjadi dosen studi Kitab Suci di Universitas Wittenberg. 8 Kleopas Laarhoven, op.cit., hlm. 78. 9 F.D. Wellem, op.cit.,, hlm. 169. 72 Martin Luther selain menjadi dosen, ia juga menjadi direktur pengajaran, ia berkotbah di Gereja Puri Wittenberg, pengawas sebelas pertapaan, dan pastor paroki di sebuah desa. Di tempat tersebut, Martin Luther menemukan dampak- dampak yang mengerikan pada orang-orang Kristen awam karena adanya praktek indulgensia. Orang-orang dapat membeli surat-surat indulgensia yang dianggap memberikan pengurangan tidak hanya dari hukuman dosa-dosa, tetapi juga kebebasan dari kesalahan yang pernah dilakukan. Pada tahun 1516, seorang pastur dari Ordo Dominikan, yaitu Johannes Tetzel mulai mempropagandakan surat indulgensia. Propaganda ini dilakukan oleh Tetzel dengan tujuan untuk mendapatkan sumbangan sebagai biaya pembangunan Basilika Santo Petrus. Tetzel melakukan propagandanya dengan memberikan khotbah di hadapan masyarakat awam. Tetzel dalam khotbahnya mengatakan, bahwa “Pada saat kita memberi uang, maka saat itu juga jiwa orang yang telah meninggal dan didoakan melompat dari api penyucian”. Martin Luther pada saat yang bersamaan, juga mulai menyebarkan pendapatnya ke hadapan masyarakat awam. Hal ini merupakan salah satu bentuk protes Martin Luther berkaitan dengan cara berkhotbah Tetzel yang dianggapnya menyesatkan umat. Protes dari Martin Luther ini memuncak pada tanggal 31 Oktober 1517, tepatnya pada malam Pesta Semua Orang Kudus. Martin Luther menempelkan 95 dalilnya 10 di pintu gerbang Gereja Universitas Wittenburg. Isi dari 95 dalil yang ditetapkan oleh Martin Luther ini sebagian besar berisi keberatannya tentang surat indulgensia yang dipakai untuk membangun Basilika Santo Petrus, penolakannya 10 95 Thesis Martin Luther, lihat lampiran 3, hlm.177. 73 terhadap kuasa Paus atas api penyucian, dan perhatiannya terhadap kesejahteraan orang berdosa. Ruang lingkup protes Martin Luther terhadap Gereja Katolik Roma dengan kecepatan luar biasa menyebar. Martin Luther semakin meningkatkan serangannya pada Gereja Katolik Roma, ia mengingkari kekuasaan Paus dan dewan Gereja. Martin Luther juga menegaskan bahwa ia hanya tunduk pada tuntunan Alkitab dan dengan alasan pikiran sehat. Tentu saja hal ini membuat Gereja Katolik Roma menjadi tidak senang dan memerintahkan Martin Luther untuk datang menghadap pembesar-pembesar Gereja. Tahun 1518, sembilan puluh lima tesis Martin Luther semakin dikenal dan membangunkan seluruh rakyat Jerman. Paus Leo X meminta agar Martin Luther menghadap ke Roma. Berkat perlindungan dari Frederick, sebagai ganti Roma, Martin Luther diminta menghadap Kardinal Cajetan di kota Ausburg. Tidak ada hasil karena Martin Luther menginginkan konsili. Posisi Martin Luther dan keberaniannya untuk tawar menawar antara lain berkat perlindungan Frederick. Pada tahun 1519, di Leipzig diadakan perdebatan teologi antara Martin Luther dengan Johannes Eck. Perdebatan teologi yang terjadi antara Martin Luther dengan Johannes Eck memberikan reaksi bagi Paus Leo X. Pada tanggal 15 Juni 1520, Paus Leo X mengeluarkan Bulla Ekskomunikasi. Bulla itu bernama Exurge Domine. Paus Leo X menyatakan bahwa dalam pandangannya isi sebagian dalil yang ditetapkan oleh Martin Luther adalah sesat. Martin Luther dikucilkan oleh Paus Leo X pada tanggal 3 Januari 1521 karena pada tanggal tersebut telah dikeluarkan bulla kutuk Paus. Sejak saat 74 itu, Martin Luther semakin terasing dari Gereja. Martin Luther mulai banyak menulis surat-surat mengenai kebenaran orang Kristiani. Selain itu, Martin Luther juga mulai mengarang buku-buku, dan hasil karyanya yang terkenal yaitu Three Treatises dan menerjemahkan Kitab Suci ke dalam bahasa Jerman. 11 Pada tahun 1525, Martin Luther menikah dengan Chatarina dari Bora, merupakan seorang mantan suster dari sebuah biara. Martin Luther dan Chatarina dikaruniai enam orang anak, namun dua orang anaknya meninggal dalam usia muda. Martin Luther meninggal pada tanggal 18 Februari 1546 saat berusia enam puluh dua tahun. Dua hari sebelumnya, yaitu pada tanggal 16 Februari 1546, Martin Luther menulis bagian terakhir dari pernyataan-pernyataan tertulisnya yang masih ada; “Kita adalah pengemis. Itu benar.” Itulah akhir dari alinea yang singkat, yang menyangkut pemahaman Kitab Suci. Martin Luther menganggap bahwa manusia itu seperti pengemis yang selalu berharap menerima bagian kepenuhan hidup yang dibicarakan dalam Kitab Suci. 12

B. Latar Belakang Martin Luther sebagai Reformator dalam Reformasi Gereja pada tahun 1517-1546