Pemahaman Teologis Perbedaan Pandangan antara Martin Luther dengan Gereja Katolik Roma

95 Katolik Roma pada abad ke-16. Banyaknya kritik yang dilancarkan oleh Martin Luther terhadap Gereja Katolik Roma, semakin memperlihatkan bahwa Martin Luther memiliki pandangan yang berbeda dengan pandangan yang selama ini diajarkan dan dipraktekkan oleh Gereja Katolik Roma. Bagi Martin Luther ada tiga hal utama yang membuat pandangannya berbeda dengan Gereja Katolik Roma. Ketiga hal itu, antara lain:

a. Pemahaman Teologis

Martin Luther sebagai anggota dari Ordo Agustinus sangat dihargai oleh teman-teman seordonya. Hal ini dikarenakan dalam usahanya untuk mengejar kekudusan, Martin Luther melakukan perbuatan-perbuatan yang lebih hebat dari biarawan-biarawan yang lain. Namun, Martin Luther masih saja mengalami kegelisahan rohani, ia masih dilanda ketakutan karena tidak mampu membebaskan diri dari dosa. Martin Luther mempelajari filsafat occamisme. 3 Filsafat occamisme yang amat menekankan tentang kekuasaan Allah amat berperan di dalam diri Martin Luther. Ia mengalami pergulatan besar untuk membedakan antara keinginan dan godaan dari dosa, serta kerinduan untuk mencapai suatu tingkat kehidupan spiritual tertentu. Dalam studi dan persiapan mengajar, Martin Luther semakin 3 Filsafat Ockhamisme, aliran filsafat dan teologi pada Abad Tengah yang menganggap gagasan umum tidak menunjuk pada kenyataan apapun. Maka gagasan hanya kata-kata saja, yang disusun akal budi sebagai tanda-tanda belaka untuk mengatur keanekaan individual. Ada pernyataan umum, tetapi bukan hal yang umum karena tidak ada. Hanya individualah yang riil. Kenyataan adalah kumpulan rupa-rupa benda dan makhluk individual yang sama sekali berbeda dan karena itu tidak dapat dirangkum di bawah gagasan umum. Sebab yang umum tidak menunjuk pada sesuatu dalam realitas. Misal; manusia tidak ada, hanya bermacam- macam individu ada, yang dikelompokkan sebagai manusia. Maka, metafisika dan hukum kodrat ditolak . Berbagai hal diterangkan menurut apa adanya. Wahyu dan norma moral diterima seperti dan hanya karena dikehendaki Tuhan tanpa alasan lain, kecuali dikehendaki demikian oleh Tuhan. Melalui Ockham, aliran filsafat ini mempengaruhi Martin Luther. Lihat Adolf Heuken, Ensiklopedi Gereja Jilid 6, Jakarta, Cipta Loka Caraka, 2005, hlm. 39. 96 mendalami ajaran Occam dan juga aliran mistik Jerman 4 , khususnya Johann Tauler. Gagasan tentang ketidakberdayaan mutlak manusia di hadapan Allah dan penyerahan pasif kepada Allah sangat menarik perhatiannya. Gagasan inilah yang kemudian hari dirasakan oleh Martin Luther sebagai pengalaman menara di kamar studi bagian bangunan biara yang berbentuk menara, 5 ia mendapatkan gagasan tersebut sewaktu ia merenungkan sebuah kutipan dari surat Paulus kepada jemaat di Roma. Dari gagasan inilah, Martin Luther mulai mengembangkan dan mempertahankan ajarannya yaitu keselamatan berkat iman. 6 Martin Luther dengan pemikiran dan gagasan tentang pemahaman teologinya, membuat ia berbeda pendapat dengan Gereja Katolik Roma. Adapun hal-hal yang menjadi perbedaan pendapat berkaitan dengan pemahaman teologi adalah sebagai berikut: 1 Tentang Iman a Menurut Martin Luther: Martin Luther menyatakan bahwa hanya karena iman, manusia dibenarkan. Pernyataan Martin Luther ini dijadikan sebagai salah satu pokok dalam pengajarannya, yaitu sola fides. Maksud dari pernyataan sola fides tersebut 4 Aliran mistik Jerman, aliran ini didasarkan pada pandangan neoplatonis tentang ciptaan sebagai pancaran dari Allah, dan tentang keselamatan sebagai gerakan kembali manusia kepada yang Maha Esa, dari mana ia berasal. Tokoh aliran mistik Jerman yang sangat mempengaruhi Martin Luther adalah Johann Tauler. Johann Tauler menegaskan bahwa dengan mengamalkan keutamaan dan daya pikir, Tuhan akan bersemayam dalam roh manusia berkat daya rahmatNya. Sarana menuju kesucian yang paling baik adalah merenungkan kisah sengsara Yesus Kristus. Lihat Adolf Heuken, op.cit., hlm. 101 dan 104. 5 Gambar salah satu kamar di Menara Pertapaan Agustinus Wittenberg, tempat Martin Luther mendapat pengalaman rohani Pengalaman Menara, lihat lampiran 5, hlm 196 6 Fl. Hasto Rosariyanto, op.cit., hlm. 18. 97 adalah hanya dengan percaya dan bukan dengan perbuatan baik manusia diselamatkan. Martin Luther menyatakan demikian atas dasar pengalaman pribadinya, ketika ia melakukan segala usahanya untuk hidup sebagai biarawan yang taat dan ia tidak dapat menghilangkan kecemasan yang menghantuinya mengenai keselamatan pribadinya. 7 Martin Luther dalam mencetuskan semboyan sola fides bersumber pada Alkitab pada Kitab Roma 1:17 yang ditulis oleh Santo Paulus kepada umat di Roma, yang berbunyi; “Sebab di dalamnya nyata kebenaran Allah yang bertolak dari iman dan memimpin kepada iman, seperi ada tertulis: ‘Orang benar akan hidup oleh iman’”. Adapun motivasi konseptual ajaran Martin Luther ini adalah Allah menciptakan manusia dari “ketiadaan”. Mengingat Allah telah menciptakan manusia dari ketiadaan dengan kehendak bebas, Allah memberikan secara cuma- cuma kehendak bebas kepada manusia. Setelah Adam jatuh ke dalam dosa, manusia dari dirinya sendiri tidak dapat berbuat apa-apa. Jika demikian halnya, keselamatan manusia tidak dapat lain kecuali tergantung pada kasih dan kerahiman Allah. Hanya karena iman manusia dibenarkan, maksudnya hanya iman yang menyelamatkan manusia, dan bukan perbuatan-perbuatan baik, misalnya beramal kasih dan mati raga. Keselamatan itu bukan merupakan imbalan dan terjadi tanpa jasa dari pihak manusia dan satu-satunya yang menjamin kepastian keselamatan adalah iman Allah. 8 7 Adolf Heuken, Ensiklopedi Gereja Jilid VIII, Jakarta, Cipta Loka Caraka, 2005, hlm. 87. 8 Eddy Kristiyanto, Reformasi dari Dalam: Sejarah Gereja Zaman Modern, Yogyakarta, Kanisius, 2004, hlm. 55. 98 Martin Luther di dalam bukunya yang berjudul Kebebasan Seorang Kristen menyatakan bahwa kuasa iman yang besar dan tak terhingga itu mempunyai tiga manfaat yaitu; 9 “ Inilah kebebasan orang Kristen yaitu iman kita, yang tidak mendorong kita untuk hidup di dalam kemalasan atau kejahatan, melainkan meniadakan keharusan hukum serta perbuatan-perbuatan untuk kebenaran dan untuk keselamatan siapapun. Inilah manfaat kuasa iman yang pertama. Manfaat kuasa iman yang kedua adalah menghormati yang dipercayainya dengan segala hormat dan penghargaan setinggi-tingginya, oleh karena iman menganggapnya tulus dan dapat dipercayai. Tiada penghormatan lain yang dapat mengimbangi penilaian akan ketulusan dan kebenaran dengan mana yang kita menghormati yang kita percaya itu. Manfaat ketiga dari pada iman yang tak terhingga besarnya adalah menyatukan jiwa dengan Kristus seperti pengantin perempuan disatukan dengan pengantin laki-laki. Iman itu besar manfaatnya, yaitu bahwa iman saja dapat menggenapi Hukum Taurat itu dan membenarkan tanpa perbuatan.” Iman adalah sesuatu yang menyangkut hati seseorang. Martin Luther tahu bahwa pendekatan subyektif ini dapat sesat, karena orang dapat mempercayai sesuatu yang berbeda dari Allah dan dijadikan allahnya. Maka, iman yang benar melibatkan pencarian yang sepenuh hati akan sesuatu yang benar-benar dapat dipercaya, dan ini hanya dapat ditemukan dalam Allah. Hanya melalui iman, maka kebenaran Allah menjadi hidup dan nyata dalam diri manusia. Bagi Martin Luther, Allah hanya menjadi kenyataan dalam diri manusia bila manusia mempunyai iman. Iman muncul dari seseorang yang disapa oleh sabda Allah dalam batinnya dan seorang beriman tidak dapat mempercayai orang lain atau kekuasaan apa pun, bahkan gereja dan wakil-wakilnya, bila menyangkut iman. 10 9 Martin Luther, Kebebasan Seorang Kristen terj., Pematangsiantar, Depot Buku-buku Methodis, 1971, hlm. 17-18. 10 Hans Peter Grossans, op.cit., hlm. 64. 99 b Menurut Gereja Katolik Roma: Dalam hal iman, doktrin tradisional Gereja Katolik Roma menyatakan bahwa manusia diselamatkan oleh iman dan perbuatan-perbuatan baik. Iman menjadi nyata sungguh-sungguh ketika diwujudkan dan diungkapkan secara konkret dalam perbuatan-perbuatan baik. Perbuatan baik manusia menjadi kesaksian otentik hidup Kristiani, ketika diinspirasikan dan digerakkan oleh iman yang benar. 11 Pada hakekatnya, wahyu merupakan inisiatif Allah dalam mendekati manusia begitu rupa, sehingga Allah menganugerahkan dirinya kepada manusia. Berpadanan dengan itu, iman sebagai jawaban manusia atas wahyu Allah itu merupakan penyerahan dirinya kepada Allah. Dengan kata lain, wahyu dan iman itu bersama-sama merupakan komunikasi pribadi dan persatuan personal antara Allah dan manusia. 12 Konsili Trente yang terdapat dalam Gereja Katolik Roma, memandang pembenaran sebagai suatu proses di mana manusia dibuat menjadi orang benar. Kristus diutus Allah Bapa untuk menjadi jalan perdamaian karena iman, dalam darah-Nya, untuk dosa manusia. Orang yang dapat dibenarkan hanya mereka yang kepadanya dibagikan pahala penderitaan Kristus sehingga mereka dilahirkan kembali dalam Kristus. 13 Dengan menerima sebagai anugerah dari kematianNya, manusia dibuat menjadi orang benar. Awal proses pembenaran adalah rahmat Allah yang memanggil manusia. Berkat rahmat ini manusia digerakkan dan terarah kepada pembenaran. Manusia 11 Eddy Kristiyanto, Reformasi dari Dalam, op.cit., hlm. 54. 12 Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika 1: Allah Penyelamat, Yogyakarta, Kanisius, 2004, hlm. 35. 13 Nico Syukur Dister, Teologi Sistematika 2; Ekonomi Keselamatan, Yogyakarta, Kanisius, 2004 hlm. 182 100 di dalam pembenarannya itu bukan hanya memperoleh iman, melainkan juga harapan dan cinta kasih. Iman yang hidup tentu akan diwujudkan dalam pekerjaan cinta kasih. Maka, dengan melakukan perbuatan baik pekerjaan cinta kasih, seseorang membuat panggilan dan pilihannya makin teguh. 14 Gereja Katolik Roma, melalui dekrit yang telah disahkan dalam Konsili Trente mengenai kebenaran iman, menekankan bahwa iman tidak dapat menyatukan orang secara sempurna pada Yesus Kristus tanpa harapan dan cinta kasih, karena “ iman tanpa perbuatan adalah mati”. 15 Dengan demikian, Konsili Trente menegaskan bahwa manusia tidak hanya pasif dan pasrah, tetapi manusia harus bekerja sama dengan rahmat Allah.

2. Tentang Rahmat