Perpecahan Umat Katolik Dampak Reformasi Gereja bagi Gereja Katolik Roma

149 reformasi Gereja mencapai puncaknya pada tahun 1517 yang dilakukan oleh Martin Luther. Gerakan reformasi Gereja yang dilakukan oleh Martin Luther, nantinya memberikan dampak bagi Gereja Katolik Roma. Namun, gerakan reformasi Martin Luther tidak hanya berdampak di lingkungan Gereja Katolik Roma saja, tetapi juga memberikan dampak di seluruh penjuru Eropa.

A. Dampak Reformasi Gereja bagi Gereja Katolik Roma

Reformasi Gereja yang terjadi pada tahun 1517, banyak memberikan dampak bagi perkembangan Gereja Katolik Roma pada saat itu. Adapun dampak-dampak yang muncul dengan adanya reformasi Gereja, antara lain:

1. Perpecahan Umat Katolik

Usaha pembaruan di dalam Gereja Katolik Roma tidak berhasil memperbaiki keadaan. Akhirnya, Gereja Katolik Roma yang semula satu telah pecah menjadi banyak Gereja. Perpecahan ini terjadi karena umat dalam pemahaman mengenai iman telah bercampur aduk dengan takhayul, urusan agama bercampur dengan kepentingan duniawi. Dalam hal ini, Martin Luther dengan terang-terangan menyerang banyak ajaran dan kebiasaan yang dibela oleh Gereja Katolik Roma. Sampai tahun 1530, Martin Luther dan para pengikutnya belum menganggap diri di luar Gereja yang satu. Segala kritik dianggap tidak diarahkan kepada Gereja Katolik Roma, melainkan hanya kepada kelompok tertentu di dalam Gereja Katolik Roma. Martin Luther yang teologinya dipengaruhi nominalisme dan kurang memahami apa itu suatu sakramen, menyangka ia menyerang suatu aliran 150 teologi lain serta ajaran yang masih dapat didiskusikan secara bebas. Memang, beberapa pokok ajaran Gereja belum dirumuskan dengan jelas. Dalam keadaan yang kurang pasti itu, Martin Luther mencanangkan semboyan yang sudah dikemukakan oleh pendahulunya, bahwa Kitab Suci adalah sumber dan norma ajaran Gereja. Pandangan ini kemudian tersebar luas ke pihak-pihak yang menginginkan pembaruan dalam Gereja. 2 Martin Luther dalam gerakan reformasi Gereja telah memecah belah persatuan umat Katolik. Akibat perpecahan di antara umat Katolik, maka muncul kelompok- kelompok umat yang meninggalkan Gereja Katolik Roma dan membentuk Gereja- Gereja Reformasi, atau sering dikenal dengan istilah Protestan. Biarpun kesatuan umat Katolik terpecah, tetapi masih ada kelompok yang setia pada keimanannya, yaitu Kelompok Katolik untuk tetap menjadi umat Katolik. Ada 4 kelompok besar umat yang memisahkan diri dari Gereja Katolik Roma, yaitu kelompok Lutheran, Calvinis, Anglikan, dan Anabaptis. Namun, selain 4 kelompok besar tersebut masih banyak kelompok-kelompok umat pecahan dari Gereja Katolik tetapi komunitasnya hanya sedikit. Adapun 4 kelompok besar umat yang memisahkan diri dengan Gereja Katolik Roma, dan membentuk agama sendiri, adalah sebagai berikut: a. Kelompok Lutheran Kelompok Lutheran ini adalah orang-orang yang mengikuti ajaran Martin Luther. Kelompok Lutheran ini kemudian mendirikan Gereja Lutheran. Gereja Lutheran berdiri berdasarkan pengajaran dan kepercayaan Martin Luther, serta 2 Adolf Heuken, Ensiklopedi Gereja Jilid VII, Jakarta, Cipta Loka Caraka, 2005, hlm. 108. 151 merupakan bentuk utama dari agama Protestan di Jerman, Denmark, Norwegia, Swedia, dan Islandia. 3 Agama Protestan juga menyebar ke negara-negara Baltik dan negara-negara tetangganya, juga sampai ke Dunia Baru melalui emigran asal Jerman dan Skandinavia. 4 Pengajaran Gereja Lutheran diringkas oleh Philipp Melanchthon dalam Pengakuan Iman Augsburg pada tahun 1530 dan tulisan-tulisan Martin Luther sendiri. Pengajaran-pengajaran ini menegaskan bahwa hanya Kitab Suci yang mengatur iman, keterpurukan moral martabat manusia dan ketidakmampuan manusia untuk menyenangkan hati Allah, dan kasih karunia Allah yang memberikan keselamatan kepada seluruh umat manusia, serta jawaban iman sebagai alat yang menjamin keselamatan. Kepercayaan Lutheran memiliki akar yang kuat dalam keluarga. Pentingnya kotbah, Sakramen Ekaristi dan Sakramen Baptis, menyanyikan puji-pujian dan membaca Alkitab diwujudkan dalam ibadat di Gereja. Gereja mempunyai seorang pelayan keuskupan, maka Gereja di bawah kekuasaan uskup-uskup. Gereja Lutheran menerima imam perempuan dan menjadi hal yang penting dalam gerakan ekumenis. 5 b. Kelompok Calvinis Kelompok Calvinis adalah orang-orang yang mengikuti ajaran John Calvin. Hal ini berawal pada tahun 1533, John Calvin mengalami kebangkitan rohani kembali, sehingga ia memutuskan semua ikatannya dengan Gereja Katolik Roma. 3 Gambar lambang Gereja Lutheran dan gambar peta penyebaran agama akibat reformasi Gereja tahun 1517, lihat lampiran 10ab, hlm. 201-202. 4 Michael Keene, op.cit., hlm. 71. 5 Ibid. 152 John Calvin menggunakan prinsip-prinsip reformasi, dan setelah beberapa waktu berada di Salzburg, ia kembali ke Geneva di mana ia menyusun pemerintah setempat dengan dasar prinsip, bahwa semua agama dan kehidupan sosial harus di bawah kepemimpinan Yesus Kristus. Kelompok Calvinis berkembang dari teologinya, dan terbukti sangat berpengaruh di seluruh Gereja Kristen. John Calvin juga memberi tekanan pada trasendensi Allah, kerusakan moral martabat manusia dan takdir dengan Kitab Suci sebagai satu-satunya sumber kekuasaan serta Roh Kudus. 6 Kelompok Calvinis tersebar di daerah Swiss, Belanda, dan Skotlandia. Pandangan teologi John Calvin dalam Christianae Religionis Institutio yang menjadi Summa Theologia bagi para Calvinis, dapat disimpulkan sebagai berikut: 7 1 John Calvin menyangkal kehadiran nyata dan hanya mengakui presensi virtual, sejauh Kristus melalui sakramen menyatakan rahmat-Nya kepada manusia. 2 Melalui kehendak-Nya Allah sama sekali tidak tergantung pada jasa manusia atau dosa-dosa manusia. Allah memilih beberapa orang untuk kehidupan kekal, dan yang lain sudah ditetapkan-Nya untuk hidup dalam api kekal. 3 Karya-karya baik secara moral manusia tidak berpengaruh pada keselamatan. Kendati demikian, manusia beriman tetap berkewajiban melakukan karya-karya itu demi memuliakan Allah. 4 Perlindungan ilahi merangkum semua aktivitas temporal orang-orang terpilih Gereja tidak memiliki suatu kekuasaan temporal yang langsung, tetapi 6 Ibid., hlm. 69. 7 Eddy Kristiyanto, Reformasi dari Dalam, op.cit., hlm. 76. 153 otoritas sipil mereduksi diri sebagai suatu alat dalam tangan-tangan Gereja. c. Kelompok Anglikan Kelompok Anglikan terbentuk ketika Gereja Inggris berpisah dengan Gereja Katolik Roma pada abad ke-16. Pada waktu itu yang memimpin Gereja Inggris adalah Raja Henry VIII, dan bukanlah seorang Paus. Gereja Anglikan meskipun Gereja Reformasi, tetapi Gereja Anglikan pada umumnya lebih memberikan tekanan besar pada perayaan sakramen daripada kotbah Alkitab. Titik pusat di dalam Gereja Anglikan adalah altar. Kelompok Anglikan memiliki dua kitab penting, yaitu Kitab Suci Anglikan dan Prayer Book. Kitab Suci Anglikan merupakan terjemahan dari Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Penerjemahan itu dikerjakan oleh sekelompok Humanisme yang diketuai oleh Lancelot Andrewes. Terjemahan ini dipandang sebagai karya utama Bahasa Inggris pada abad ke-16, dan selayaknya mendampingi Alkitab yang diterjemahkan oleh Martin Luther. Sedangkan Prayer Book diedit oleh Uskup Agung Thomas Cranmer. Buku ini dipandang sebagai buku liturgis Gereja Anglikan dan sangat penting bagi kehidupan spiritual Inggris. Prayer Book terdiri atas 14 bagian dan doa-doa, bacaan-bacaan dari Kitab Suci untuk pesta-pesta sepanjang tahun liturgi, dan untuk pelayanan sakramen- sakramen. Doa pagi dan sore dimuat sebagai jam-jam kanonik, doa tersebut terdiri atas dua bagian yang yang didoakan oleh pelayan umat dan umat beriman umumnya. 8 d. Kelompok Anabaptis 8 Ibid., hlm.92. 154 Kelompok Anabaptis, bukanlah merupakan salah satu gerakan reformasi, tetapi kelompok ini terdiri dari kelompok-kelompok Protestan yang menolak baptis bayi dan sangat menekankan penerimaan pribadi atas Yesus Kristus sebagai penebus. Kelompok Anabaptis ini bermaksud menekankan kesalehan ke dalam, kegiatan Roh Kudus dalam pribadi umat Kristiani, kesederhanaan hidup, sikap pasifisme dan anti-kekerasan, serta menolak kuasa wewenang gerejani dan sipil. Gereja-gereja yang berasal dari Kelompok Anabaptis ini antara lain; Quakers, Moravian, Mennoites dan Baptis. 9

2. Berkurangnya Kekuasaan Paus