Muncul Gerakan Konsiliarisme 1409-1460

54 yang mengakui Paus Clemens VII yaitu negara Perancis, Spanyol, Skotlandia, dan Napoli. Sedangkan yang mengakui Paus Urbanus VI yaitu negara Italia Selatan, Italia Tengah, Inggris, Irlandia, Bohemia, Polandia, Hongaria, dan Jerman. 9 Peristiwa ini menimbulkan suatu kekacauan yang luar biasa karena beberapa negara taat kepada Roma, dan beberapa negara taat kepada Avignon. Keuskupan kebanyakan terjadi dua uskup yang saling bertentangan yaitu satu dari Roma dan satu dari Avignon. Di dalam biara dan di paroki terdapat dua pastor kepala dan dua pimpinan biara. Kedua Paus ini masing-masing memiliki orang-orang kudusnya sendiri, bila Chatarina dari Siena untuk Roma, maka Vincentius Ferrer untuk Avignon. Dengan demikian, kewibawaan Gereja Katolik semakin merosot. Pada tahun 1409, Roma telah mempunyai Paus yang ketiga, sedangkan Avignon terdapat Paus kedua. Berbagai usaha untuk mendamaikan selalu gagal karena pihak Paus dengan gigih tidak mau melepaskan hak mereka yang sudah berlaku. Sebaliknya, baik Paus di Roma maupun di Avignon nampaknya tidak mampu membina kembali kesatuan umat. Hal itu menunjukkan ketidakmampuan Paus untuk memerintah Gereja. Hal itu menimbulkan krisis kekuasaan yang belum dan tak pernah dialami Gereja. 10 Munculnya dua orang Paus yang masing-masing menyatakan dirinya wakil Kristus dan pengganti Petrus, menggoncangkan iman di dalam hal kebenaran yang didukung oleh kekuasaan Paus-Paus. Lagipula, hal itu mempermudah tersiarnya teori yang menganjurkan kekuasaan konsili.

4. Muncul Gerakan Konsiliarisme 1409-1460

9 Fl. Hasto Rosariyanto, op.cit., hlm. 9. 10 W.L. Helwig, op.cit., hlm. 133. 55 Sejak kedudukan Paus semakin merosot, banyak ahli yang memberikan pendapat baru bahwa bukan Paus yang memegang kuasa yang tertinggi dalam Gereja, melainkan konsililah yang mempunyai kuasa tertinggi. Pendapat itu terkenal dengan istilah teori konsilier. 11 Teori konsiliar mendasarkan eklesiologinya pada pandangan filosofis yang biasa disebut nominalisme. Menurut pandangan ini, orang beriman yang menjadi dan membangun Gereja, dan oleh karena itu mereka atau para uskup mereka yang berkumpul dalam suatu konsili memiliki otoritas tertinggi dalam semua urusan baik dotrin maupun moral. 12 Teori konsilier ini kemudian dipraktekkan oleh beberapa kardinal dari Roma dan dari Avignon. Pada tahun 1409, berkumpulah sejumlah kardinal dari Roma dan Avignon di Pisa, Italia Utara. Dua dewan kardinal ini menyerukan agar diadakan konsili yaitu Konsili Pisa. Konsili ini menurunkan kedua Sri Paus itu dari jabatan mereka dan memilih Paus Alexander V yang wafat pada tahun berikutnya, dan diganti oleh Paus Yohanes XXIII. Namun, karena kedua Paus yang diturunkan dari tahtanya itu tetap memiliki pendukung, mengakibatkan pada waktu yang sama muncul tiga Paus yang memimpin. Pada tahun 1415, pada Konsili Konstanz, yang diserukan secara besar-besaran atas desakan Kaisar Roma Sigismund. Yohanes XXIII, Paus pilihan Konsili Pisa enggan menyetujui pemanggilan konsili itu, tetapi setelah jelas bahwa seruan itu tidak bersedia mendukung posisinya sebagaimana yang diharapkan, dan lebih mencari diturunkannya ketiga Paus itu dari tahta, maka ia ketakutan dan lari. 11 Kleopas Laarhoven, op.cit., hlm. 71. 12 Eddy Kristiyanto, op.cit., hlm. 83. 56 Kaisar Roma Sigismund berhasil mengusahakan Konsili di Konstanz di mana Paus Yohanes XXIII, pengganti Paus Alexander V sebagai Paus tandingan di Pisa mudah dipaksa untuk turun tahta. Paus Gregorius, Paus Roma melepaskan kedudukannya dengan sukarela, sedangkan Paus Benediktus tetap bersikeras menolak, akan tetapi pendukungnya hanya sedikit dan hanya empat kardinal. Dalam sidang kardinal memilih Paus Martinus V. Dengan demikian berakhirlah skisma Barat. 13 Paus Martinus V mengalami adanya ketegangan antara arus bawah dan arus atas di dalam Gereja. Ketegangan ini tentu saja menghambat pelaksanaan keputusan konsili untuk reformasi. Pada tahun 1431, Paus Martinus V memanggil Konsili Basel. Konsili Basel ini dibuka oleh penggantinya, Eugenius IV 1431- 1447. Tanda-tanda semakin kuatnya konsiliarisme langsung terasa dan dalam bentuk yang lebih radikal yaitu dekrit-dekrit Konsili Konstanz tentang superiotas konsili terhadap Paus dikonfirmasi. 14 Untuk menyembuhkan diri dari skisma, dan juga untuk mereformasi Gereja, gerakan konsiliarisme tampil ke depan, sambil mengharapkan bahwa sebuah konsili seluruh Gereja dapat memastikan Paus manakah yang sah. Gerakan ini berhasil mengakhiri skisma, dan semua pihak menyetujui satu Paus. Tetapi, kemudian konsili sendiri terbagi sedemikian rupa sehingga saat itu ada satu Paus dan ada dua konsili. Para Paus juga segera terpengaruh oleh semangat renaissance, yang membuat mereka lebih cenderung menaruh perhatian pada usaha memperindah kota Roma, membangun istana-istana indah, dan menyatakan 13 Norman P Tanner, Konsili-konsili Gereja Sebuah Sejarah Singkat, Yogyakarta, Yayasan Kanisius, 2003, hlm. 84. 14 Fl. Hasto Rosariyanto, op.cit., hlm. 11. 57 perang terhadap sejumlah orang berkuasa di Italia, daripada berusaha meningkatkan kehidupan spiritual mereka. 15

B. Krisis Rohani dan Merosotnya Semangat Keagamaan