Skisma Besar Gereja Barat 1378-1417

53

3. Skisma Besar Gereja Barat 1378-1417

Paus Gregorius IX kembali ke Roma dan memimpin di Roma tahun 1377. Namun, setahun kemudian paus meninggal. Orang-orang Roma mulai unjuk rasa karena takut bahwa Paus yang baru akan kembali ke Avignon. Mereka menginginkan agar Paus yang baru itu adalah orang Roma, atau paling tidak orang Italia. Berdasarkan desakan oleh rakyat Roma, maka terpilihlah Bartolomeo Prignano, Uskup Bari, Italia Selatan. Ia tidak hadir di dalam Konklaf karena ia bukan kardinal, namun banyak Kardinal yang cukup mengenal sebab Bartolomeo Prignano sudah bekerja di bawah Paus Gregorius XI. Paus Urbanus VI sesungguhnya seorang yang baik hati, namun dia kurang lincah dan terlalu anti Perancis. Paus Urbanus VI bertindak kurang bijaksana dan cenderung tidak seimbang. Ia tidak hanya mengkritik para kardinal karena kemewahan mereka, tetapi cara penyampaiannya jauh dari bijaksana. Para kardinal Perancis yang ingin agar Paus baru kembali ke Avignon merasa kecewa dan mereka menyingkir ke Anagni. Bersama dengan rekan Kardinal Italia dan atas dasar proses pemilihan tiga belas kardinal membuat pernyataan dan mengirim surat kepada Paus dan seluruh umat beriman bahwa pemilihan Paus Urbanus VI tidak sah karena di bawah tekanan massa. Kemudian para Kardinal Perancis dan tiga Kardinal Italia berkumpul di kota Fondi dan memilih Kardinal Robertus dari Geneva yang masih sepupu Raja Perancis, dan menjadi Paus dengan nama Paus Clemens VII pada tanggal 20 September 1378. Setelah gagal mengambil alih Roma, Paus Clemens VII menuju ke Avignon. Dengan ini Gereja Barat terpecah ke dalam dua kubu 54 yang mengakui Paus Clemens VII yaitu negara Perancis, Spanyol, Skotlandia, dan Napoli. Sedangkan yang mengakui Paus Urbanus VI yaitu negara Italia Selatan, Italia Tengah, Inggris, Irlandia, Bohemia, Polandia, Hongaria, dan Jerman. 9 Peristiwa ini menimbulkan suatu kekacauan yang luar biasa karena beberapa negara taat kepada Roma, dan beberapa negara taat kepada Avignon. Keuskupan kebanyakan terjadi dua uskup yang saling bertentangan yaitu satu dari Roma dan satu dari Avignon. Di dalam biara dan di paroki terdapat dua pastor kepala dan dua pimpinan biara. Kedua Paus ini masing-masing memiliki orang-orang kudusnya sendiri, bila Chatarina dari Siena untuk Roma, maka Vincentius Ferrer untuk Avignon. Dengan demikian, kewibawaan Gereja Katolik semakin merosot. Pada tahun 1409, Roma telah mempunyai Paus yang ketiga, sedangkan Avignon terdapat Paus kedua. Berbagai usaha untuk mendamaikan selalu gagal karena pihak Paus dengan gigih tidak mau melepaskan hak mereka yang sudah berlaku. Sebaliknya, baik Paus di Roma maupun di Avignon nampaknya tidak mampu membina kembali kesatuan umat. Hal itu menunjukkan ketidakmampuan Paus untuk memerintah Gereja. Hal itu menimbulkan krisis kekuasaan yang belum dan tak pernah dialami Gereja. 10 Munculnya dua orang Paus yang masing-masing menyatakan dirinya wakil Kristus dan pengganti Petrus, menggoncangkan iman di dalam hal kebenaran yang didukung oleh kekuasaan Paus-Paus. Lagipula, hal itu mempermudah tersiarnya teori yang menganjurkan kekuasaan konsili.

4. Muncul Gerakan Konsiliarisme 1409-1460