86
kekuasaan terhadap rakyatnya, yaitu seluruh umat Kristiani yang ada di Barat. Situasi dan kondisi di Jerman sudah lama tidak tenang, terutama di bidang agama,
sosial ekonomi, dan politik. Situasi dan kondisi di Jerman yang mengalami krisis membuat seorang imam dari Ordo Augustinian yaitu Martin Luther terpanggil
untuk memimpin Gereja ke luar dari lingkup kegelapan supaya tidak makin terseret ke dalam arus duniawi dengan jalan melakukan gerakan reformasi.
Martin Luther sebagai salah satu dari orang-orang yang terpanggil untuk melakukan pembaruan dalam Gereja memiliki peranan yang cukup besar. Peranan
Martin Luther dalam reformasi Gereja pada tahun 1517-1546 dapat dilihat di beberapa bidang kehidupan, antara lain:
1. Bidang Agama
Martin Luther lebih memusatkan perhatiannya kepada kebenaran yang terdapat dalam Kitab Perjanjian Baru. Martin Luther mengajak umat untuk
mempelajari Kitab Perjanjian Baru dan mengenal kasih Kristus supaya menemukan kebenaran bahwa manusia diselamatkan hanya karena anugerah.
Martin Luther memperdalam kembali mengenai dasar-dasar Gereja, ketika ia mempertanyakan keberadaan api penyucian. Martin Luther menuliskan:
24
“ Indulgensia sangat merusak karena hal itu menimbulkan perasaan puas diri dan karenanya membahayakan keselamatan. Terkutuklah orang-orang yang
berpikir bahwa surat-surat indulgensia membuat mereka yakin akan keselamatan. Allah bekerja dengan cara kebalikannya, sehingga seorang
manusia merasa dirinya terhilang tepat pada saat ia akan diselamatkan. Ketika Allah membenarkan seorang manusia, Ia menyesahnya. Siapa yang
akan dihidupkan-Nya harus terlebih dahulu dimatikan-Nya. Kemurahan Allah dinyatakan sedemikian rupa dalam bentuk kemarahan supaya tampak
seperti jauh sekali padahal sangat dekat. Manusia harus berteriak dahulu bahwa tidak ada yang sehat di dalam dirinya. Ia harus dicekam oleh
24
Martin Luther, The Later Years and Legacy, op.cit., hlm. 63.
87
ketakutan. Ini adalah penderitaan dari api penyucian. Saya tidak tahu di mana letaknya, yang saya tahu adalah bahwa hal itu dapat dialami di dalam hidup
ini. Saya tahu seseorang yang telah mengalami penderitaan-penderitaan semacam itu, yang kalau berlangsung selama enam menit saja ia sudah akan
menjadi abu. Dalam kekacauan ini keselamatan dimulai. Bila seseorang benar-benar yakin bahwa dirinya sudah tidak terselamatkan... meskipun ia
dibebaskan sejuta kali oleh paus, ia yang telah memperolehnya mungkin tidak ingin dibebaskan dari api penyucian, karena berdosa yang mendalam
mendambakan hukuman. Orang-orang Kristen harus didorong untuk memikul salib. Ia yang dibaptis ke dalam Kristus harus menjadi seekor
domba sembelihan. Kebajikan-kebajikan Kristus sangat jauh lebih efektif bila mendatangkan salib ketimbang bila mendatangkan pengurangan
hukuman.”
Martin Luther sebagai seorang imam harus melayani umat sebagai pengkotbah dan melayani penerimaan pengakuan dosa di Gereja Kastil Wittenburg. Martin
Luther dalam melakukan pelayanannya dihadapkan dengan berbagai akibat yang timbul ketika orang-orang awam harus mendapatkan surat indulgensia surat
penghapusan dosa. Martin Luther sangat prihatin dengan adanya penjualan surat indulgensia.
Penjualan surat indulgensia ini membuatnya sangat marah. Martin Luther belum sampai pada kebenaran yang cukup untuk membuatnya menolak sama sekali
gagasan menjual surat penghapusan dosa, tetapi ia tidak menyetujui penyalahgunaan semacam itu. Maka, karena kesetiaannya pada Ordo Augustinian
dan pada keyakinan-keyakinan serta pandangan-pandangannya yang asli, Martin Luther memeteraikan di dalam hatinya bahwa dasar dari semua penebusan dosa,
penghapusan dosa, dan pengakuan dosa haruslah perasaan dukacita yang dalam.
25
Martin Luther di dalam tulisannya yang terdapat pada buku Luther’s Work Volume 40: Church and Ministry mengatakan:
26
25
Roberts Liardon, op.cit., hlm. 160.
88
“ Penghapusan dosa tanpa tobat adalah kesalahan yang besar. Kebenaran iman tidak akan ada, tanpa ada penyesalan dan rasa takut serta teror Tuhan.
Pengajaran ini penting bagi kita manusia, di mana ada duka cita dan penyesalan untuk dosa. Penebusan dosa adalah penyesalan yang tulus dan
berduka cita atas dosa-dosa dan benar-benar mengakui atas penghakiman Tuhan dan kegusaran Tuhan.”
Pernyataan resmi Paus Leo X yang memberi izin bagi Tetzel untuk menjual surat indulgensia, tanpa penebusan dosa, membuat seseorang melupakan arti
pertobatan yang sesungguhnya. Martin Luther yang melihat bahwa kondisi semakin memprihatikan, mulai menyusun sebuah daftar keprihatinan, pertanyaan-
pertanyaan dan keberatan-keberatan mengenai penggunaan surat indulgensia dan keserakahan Gereja yang semakin mengarah keduniawian. Martin Luther tidak
merasa ragu karena belum meyakini beberapa dari pernyataannya, sebab membahas kebenarannya merupakan motivasinya untuk memakukan tesisnya
tersebut.
27
Sembilan puluh lima tesis yang disusun oleh Martin Luther ini, isinya sebagian besar mengutuk keserakahan dan keduniawian di dalam Gereja Katolik
yang dianggap sebagai bentuk penyelewengan. Sembilan puluh lima tesis ini diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, dibuat salinannya, dan disebarluaskan.
Hanya dalam waktu dua minggu, sembilan puluh lima tesis ini telah menyebar ke seluruh Jerman dan dalam waktu dua bulan telah menyebar ke seluruh Eropa.
2. Bidang Sosial Ekonomi