Bidang Agama Peranan Martin Luther dalam Reformasi Gereja Pada tahun 1517-1546

86 kekuasaan terhadap rakyatnya, yaitu seluruh umat Kristiani yang ada di Barat. Situasi dan kondisi di Jerman sudah lama tidak tenang, terutama di bidang agama, sosial ekonomi, dan politik. Situasi dan kondisi di Jerman yang mengalami krisis membuat seorang imam dari Ordo Augustinian yaitu Martin Luther terpanggil untuk memimpin Gereja ke luar dari lingkup kegelapan supaya tidak makin terseret ke dalam arus duniawi dengan jalan melakukan gerakan reformasi. Martin Luther sebagai salah satu dari orang-orang yang terpanggil untuk melakukan pembaruan dalam Gereja memiliki peranan yang cukup besar. Peranan Martin Luther dalam reformasi Gereja pada tahun 1517-1546 dapat dilihat di beberapa bidang kehidupan, antara lain:

1. Bidang Agama

Martin Luther lebih memusatkan perhatiannya kepada kebenaran yang terdapat dalam Kitab Perjanjian Baru. Martin Luther mengajak umat untuk mempelajari Kitab Perjanjian Baru dan mengenal kasih Kristus supaya menemukan kebenaran bahwa manusia diselamatkan hanya karena anugerah. Martin Luther memperdalam kembali mengenai dasar-dasar Gereja, ketika ia mempertanyakan keberadaan api penyucian. Martin Luther menuliskan: 24 “ Indulgensia sangat merusak karena hal itu menimbulkan perasaan puas diri dan karenanya membahayakan keselamatan. Terkutuklah orang-orang yang berpikir bahwa surat-surat indulgensia membuat mereka yakin akan keselamatan. Allah bekerja dengan cara kebalikannya, sehingga seorang manusia merasa dirinya terhilang tepat pada saat ia akan diselamatkan. Ketika Allah membenarkan seorang manusia, Ia menyesahnya. Siapa yang akan dihidupkan-Nya harus terlebih dahulu dimatikan-Nya. Kemurahan Allah dinyatakan sedemikian rupa dalam bentuk kemarahan supaya tampak seperti jauh sekali padahal sangat dekat. Manusia harus berteriak dahulu bahwa tidak ada yang sehat di dalam dirinya. Ia harus dicekam oleh 24 Martin Luther, The Later Years and Legacy, op.cit., hlm. 63. 87 ketakutan. Ini adalah penderitaan dari api penyucian. Saya tidak tahu di mana letaknya, yang saya tahu adalah bahwa hal itu dapat dialami di dalam hidup ini. Saya tahu seseorang yang telah mengalami penderitaan-penderitaan semacam itu, yang kalau berlangsung selama enam menit saja ia sudah akan menjadi abu. Dalam kekacauan ini keselamatan dimulai. Bila seseorang benar-benar yakin bahwa dirinya sudah tidak terselamatkan... meskipun ia dibebaskan sejuta kali oleh paus, ia yang telah memperolehnya mungkin tidak ingin dibebaskan dari api penyucian, karena berdosa yang mendalam mendambakan hukuman. Orang-orang Kristen harus didorong untuk memikul salib. Ia yang dibaptis ke dalam Kristus harus menjadi seekor domba sembelihan. Kebajikan-kebajikan Kristus sangat jauh lebih efektif bila mendatangkan salib ketimbang bila mendatangkan pengurangan hukuman.” Martin Luther sebagai seorang imam harus melayani umat sebagai pengkotbah dan melayani penerimaan pengakuan dosa di Gereja Kastil Wittenburg. Martin Luther dalam melakukan pelayanannya dihadapkan dengan berbagai akibat yang timbul ketika orang-orang awam harus mendapatkan surat indulgensia surat penghapusan dosa. Martin Luther sangat prihatin dengan adanya penjualan surat indulgensia. Penjualan surat indulgensia ini membuatnya sangat marah. Martin Luther belum sampai pada kebenaran yang cukup untuk membuatnya menolak sama sekali gagasan menjual surat penghapusan dosa, tetapi ia tidak menyetujui penyalahgunaan semacam itu. Maka, karena kesetiaannya pada Ordo Augustinian dan pada keyakinan-keyakinan serta pandangan-pandangannya yang asli, Martin Luther memeteraikan di dalam hatinya bahwa dasar dari semua penebusan dosa, penghapusan dosa, dan pengakuan dosa haruslah perasaan dukacita yang dalam. 25 Martin Luther di dalam tulisannya yang terdapat pada buku Luther’s Work Volume 40: Church and Ministry mengatakan: 26 25 Roberts Liardon, op.cit., hlm. 160. 88 “ Penghapusan dosa tanpa tobat adalah kesalahan yang besar. Kebenaran iman tidak akan ada, tanpa ada penyesalan dan rasa takut serta teror Tuhan. Pengajaran ini penting bagi kita manusia, di mana ada duka cita dan penyesalan untuk dosa. Penebusan dosa adalah penyesalan yang tulus dan berduka cita atas dosa-dosa dan benar-benar mengakui atas penghakiman Tuhan dan kegusaran Tuhan.” Pernyataan resmi Paus Leo X yang memberi izin bagi Tetzel untuk menjual surat indulgensia, tanpa penebusan dosa, membuat seseorang melupakan arti pertobatan yang sesungguhnya. Martin Luther yang melihat bahwa kondisi semakin memprihatikan, mulai menyusun sebuah daftar keprihatinan, pertanyaan- pertanyaan dan keberatan-keberatan mengenai penggunaan surat indulgensia dan keserakahan Gereja yang semakin mengarah keduniawian. Martin Luther tidak merasa ragu karena belum meyakini beberapa dari pernyataannya, sebab membahas kebenarannya merupakan motivasinya untuk memakukan tesisnya tersebut. 27 Sembilan puluh lima tesis yang disusun oleh Martin Luther ini, isinya sebagian besar mengutuk keserakahan dan keduniawian di dalam Gereja Katolik yang dianggap sebagai bentuk penyelewengan. Sembilan puluh lima tesis ini diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman, dibuat salinannya, dan disebarluaskan. Hanya dalam waktu dua minggu, sembilan puluh lima tesis ini telah menyebar ke seluruh Jerman dan dalam waktu dua bulan telah menyebar ke seluruh Eropa.

2. Bidang Sosial Ekonomi