112
Putra Sirakh, dan Baruk.
41
Dengan demikian, jumlah kitab yang diakui oleh Gereja Katolik yang terdapat di dalam Perjanjian Lama memiliki jumlah yang
lebih banyak dibandingkan jumlah kitab Perjanjian Lama yang diakui oleh Martin Luther.
Sedangkan Alkitab Perjanjian Baru meliputi; Kitab Injil Matius, Markus, Lukas, Yohanes, Kitab Kisah Para Rasul, Kitab Surat Paulus Surat Paulus
kepada Jemaat di Roma, Surat Paulus yang pertama kepada jemaat di Korintus, Surat Paulus yang kedua kepada jemaat di Korintus, Surat Paulus kepada jemaat
di Galatia, Surat Paulus kepada jemaat di Efesus, Surat Paulus kepada jemaat di Filipi, Surat Paulus kepada jemaat di Kolose, Surat Paulus yang pertama kepada
jemaat di Tesalonika, Surat Paulus yang kedua kepada jemaat di Tesalonika, Surat Paulus yang pertama kepada jemaat di Timotius, Surat paulus yang kedua kepada
jemaat di Timotius, Surat Paulus kepada Titus, Surat Paulus kepada Filemon, Surat-surat lainnya Surat kepada orang Ibrani, Surat yakobus, Surat Petrus yang
pertama, Surat Petrus yang kedua, Surat Yohanes yang pertama, Surat Yohanes yang kedua, Surat Yohanes yang ketiga, dan Surat Yudas, dan Kitab Wahyu.
42
b. Sakramen Gereja
Sakramen berarti suatu kenyataan yang tampak dan menghadirkan rahmat penyelamatan Allah. Dengan kata lain, sakramen adalah suatu tanda yang tampak
dari karya Allah yang tidak tampak.
43
Perbedaan paham mengenai sakramen antara Martin Luther dengan Gereja Katolik Roma merupakan konsekuensi dari
pemahaman dasar Martin Luther mengenai rahmat. Adapun perbedaan pandangan
41
Thomas Michel, op.cit., hlm. 25.
42
Ibid., hlm. 42-43.
43
Ibid., hlm. 78.
113
mengenai sakramen menurut Martin Luther dengan Gereja Katolik Roma sebagai berikut:
1 Menurut Martin Luther
Dalam pandangan Martin Luther, hanya ada dua sakramen yang hanya mensyahkan iman yang telah dianugerahkan Allah kepada manusia yaitu
Sakramen Baptisan permandian dan Sakramen Ekaristi perjamuan kudus. Hal ini didasarkan pada bukti yang tertulis jelas di dalam Alkitab. Gereja bukan
pedoman utama supaya dapat mempertemukan Allah dengan manusia, begitu pula dengan sakramen-sakramen. Sakramen-sakramen yang terdapat dalam Gereja
hanya buatan Paus saja. Martin Luther menghubungkan Sakramen Baptis dengan firman Allah sebagai
berikut:
44
“Baptisan bukanlah air biasa saja, melainkan air yang terkandung dalam firman dan perintah Allah serta dikuduskan oleh-Nya. Dengan demikian,
baptisan tidak lain daripada air Allah sendiri – bukan karena air itu sendiri lebih istimewa daripada jenis air yang lain, tetapi karena firman dan
perintah Allah menyertainya. Baptisan menjadi baptisan dan disebut sakramen oleh karena firman Allah, seperti yang diajarkan oleh Agustinus;
‘Accedat verbum ad elementum et fit sacramentum, artinya apabila firman itu bersatu dengan unsurnya, ia menjadi sakramen, yakni suatu benda dan
tanda yang kudus dan ilahi.’”
Sedangkan sakramen perjamuan kudus dihubungkan dengan firman Allah sebagai berikut:
45
“ Sama seperti baptisan bukan hanya air biasa, demikian pula dikatakan di sini, sakramen ini adalah roti dan anggur, namun bukan roti dan anggrur
biasa yang dihidangkan di meja. Sakramen ini adalah roti dan anggrur yang terkandung dalam firman Allah dan terikat padanya. Saya tegaskan, firman
itulah yang membuatnya menjadi sakramen dan memisahkannya sehingga
44
Martin Luther, Kateksimus Besar Martin Luther, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1994, hlm. 186- 187.
45
Ibid., hlm. 209.
114
sakramen ini bukanlah roti dan anggur biasa melainkan tubuh dan darah Kristus dalam kenyataan maupun sebutan. Seperti yang dikatakan, ‘Accedat
verbum ad elementum et fit sacramentum’,apabila firman itu menyatu dengan unsur lahiriah, maka unsur itu menjadi sakramen. Pernyataan Santo
Agustinus ini begitu tepat dan baik, sehingga hampir tidak ada yang lebih baik daripada itu yang dapat dikatakannya. Firman itu harus membuat unsur
tersebut menjadi sakramen, jika tidak, unsur itu tetaplah unsur biasa.”
Menurut Martin Luther, tujuh sakramen yang ada dalam Gereja Katolik Roma menawan kebebasan seorang Kristiani sejak orang tersebut dilahirkan
hingga ia meninggal dan dikubur. Padahal menurut kesaksian Alkitab hanya dua sakramen yang diperintahkan oleh Tuhan Yesus yaitu Sakramen Baptisan Kudus
dan Sakramen Perjamuan Kudus. Martin Luther mengenai Perjamuan Kudus mencatat tiga kesalahan yaitu hal tidak diberinya cawan yang berisi anggur
kepada kaum awam, ajaran transubstansiasi, dan kurban misa. Menurut Martin Luther bahwa praktek tidak diberikannya cawan kepada umat bertentangan
dengan Alkitab. Matius, Markus, Lukas, dan Paulus menyaksikan bahwa Sakramen Perjamuan Kudus dimaksudkan untuk para biarawan dan untuk
kaum awam umat. Di dalam Alkitab dikatakan; “Minumlah, kamu semua dari cawan ini”.
46
Martin Luther menolak adanya api penyucian dan indulgensi yang terdapat dalam Sakramen Pengampunan Dosa. Martin Luther juga menolak ajaran
transubstansiasi. Ia mengajarkan tentang koekstensi dalam tubuh dan darah Yesus Kristus dengan roti dan anggur. Keduanya sungguh-sungguh hadir, namun yang
satu kelihatan dan yang lainnya tidak kelihatan. Martin Luther dalam hal ini tidak mengakui perubahan roti dan anggur menjadi tubuh dan darah Kristus dalam
46
F.D. Wellem, op.cit., hlm. 173.
115
Sakramen Perjamuan Kudus. Martin Luther hanya mengakui kehadiran Yesus Kristus selama komuni. Martin Luther juga menolak sifat korban dari Perayaan
Ekaristi karena menurutnya Yesus Kristus menjadi korban untuk disalib di Bukit Golgota sudah cukup.
47
2 Menurut Gereja Katolik Roma
Gereja Katolik Roma meyakini ada sakramen yang lain, selain dua sakramen utama Sakramen Baptis dan Sakramen Perjamuan Kudus sehingga jumlah
semua sakramen terdapat tujuh sakramen. Kelima buah sakramen yang lain yaitu Sakramen Penguatan Krisma, Sakramen Imamat, Sakramen Perkawinan,
Sakramen Pengampunan Dosa, dan Sakramen Minyak Suci Pengurapan. Sejak abad ke 12, jumlah sakramen dalam Gereja Katolik Roma telah
ditetapkan tujuh buah. Tujuh sakramen tersebut sejajar dengan saat-saat penting, serta kebutuhan-kebutuhan dasar dalam kehidupan kodrati manusia. Manusia
lahir, menjadi dewasa, ia kawin, atau mengabdikan dirinya secara menyeluruh untuk sesuatu tujuan, dan ia meninggal. Sementara itu ia harus dikembalikan
ke masyarakat setelah ia menyimpang, dan ia harus makan.
48
Orang Kristiani yakin bahwa Yesus Kristus yang telah bangkit hidup di dalam dan bersama dengan umatnya dan senantiasa melakukan hal yang sama seperti
yang telah Ia lakukan dalam hidupNya di Palestina, yaitu: mengajar, berdoa, memberi makan, menghibur, mengampuni, menderita, dan mati dibunuh.
Aktivitas yang tidak tampak ini dibuat tampak dalam kehidupan umat melalui penerimaan sakramen-sakramen. Dengan kata lain, ketika orang Kristiani ambil
47
H. Embuiru, op.cit.
48
Djohan Effendi, op.cit., hlm. 395.
116
bagian dalam penerimaan sakramen, ia percaya bahwa ia berjumpa dengan Yesus Kristus yang telah bangkit dan menawarkan rahmat penyelamatan Allah.
49
Sakramen merupakan padanan rohaniah dari peristiwa-peristiwa kodrati ini. Kelahiran membawa seorang anak ke dalam dunia kodrati, maka baptis
menariknya ke dalam tatanan kehidupan akrodati Sakramen Baptis. Di saat ia telah akil balig dan perlu diperkuat agar dapat mengambil tindakan yang matang
dan bertanggung jawab, maka ia dikuatkan Sakramen Penguatan. Bila sudah mencapai tahap dewasa dan saat yang serius, di mana ia dipersatukan dengan
seorang teman dalam perkawinan suci Sakramen Perkawinan, atau menyerahkan hidupnya serta karyanya secara menyeluruh bagi Tuhan dalam ordo-ordo suci
Sakramen Imamat. Di akhir hidupnya, manusia diberikan minyak suci oleh klerus
50
untuk menutupkan matanya terhadap bumi dan menyiapkan jiwanya dalam perjalanan terakhirnya itu.
Bagi Gereja Katolik Roma, ada dua sakramen yang perlu pengulangan terus menerus, yaitu Sakramen Pengampunan Dosa dan Sakramen Ekaristi. Sesuai
dengan sifatnya, hidup manusia tidak luput dari kesalahan dan kesesatan. Gereja mengajarkan bahwa seseorang akan diampuni jika ia mengakui dosanya kepada
Tuhan, dengan disaksikan oleh salah satu dari utusan-Nya di muka bumi ini, yaitu seorang pastor. Manusia harus benar-benar bertobat dari dosa yang telah
diperbuatnya itu, dan secara jujur memutuskan untuk tidak melakukannya lagi di masa yang akan datang. Sakramen Ekaristi perlu diulang pada saat Perayaan
49
Thomas Michel, op.cit., hlm. 79.
50
Klerus, istilah umum untuk menyebut orang-orang yang menerima tahbisan diakon, imam, uskup. Seorang klerus menerima tugas pelayanan dalam gereja yang memberikan
kepadanya tanggung jawab dan hak khusus atas dan melebihi kaum awam, tetapi tidak sama dengan para religius. Lihat F.D. Wellem, op.cit. hlm. 110.
117
Ekaristi Misa. Ciri utama dari Misa adalah pengulangan kembali upacara perjamuan terakhir Yesus Kristus, ketika Ia memberikan roti dan anggur kepada
murid-Nya, seraya berkata:...Inilah tubuhKu yang telah dibagikan untukmu...Inilah darahKu, darah perjanjian yang ditumpahkan bagi banyak orang
Markus 14:22. Gereja Katolik mengajarkan bahwa dalam roti dan anggur yang telah disucikan itu, tubuh dan darah manusiawi Kristus sendiri benar-benar hadir.
Pada saat pastor mengucapkan kata-kata suci Inilah tubuhKu..Inilah darahKu..., perubahan yang ditimbulkan dalam zat-zat tersebut tidak hanya sekedar makna.
Zat tersebut mungkin terlihat tidak berbeda, namun susbtansinya telah mengalami perubahan, menjadi transubstansi Roti dan anggur dalam Perjamuan Ekaristi itu
berubah menjadi tubuh dan darah Kristus.
51
c. Hirarki Gereja 1 Menurut Martin Luther