44
Inap RS Bethesda tidak hanya 1 atau 2 kelas terapi saja tetapi terdiri dari beberapa kelas terapi. Distribusi kelas terapi yang diberikan pada kasus DM dengan
komplikasi nefropati diabetik dapat dilihat pada tabel VIII.
Tabel VIII. Distribusi Kelas Terapi pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik
No. Kelas Terapi
Jumlah Kasus n=30
Presentase 1.
Vitamin dan Mineral 29
96,7 2.
Obat Sistem Kardiovaskuler 28
93,3 3.
Obat Antidiabetik 22
73,3 4.
Obat Sistem Saraf Pusat 22
73,3 5.
Antianemia 22
73,3 6.
Obat Saluran Cerna Gastrointestinal 19
63,3 7.
Antiinfeksi 16
53,3 8.
Nutrisi 11
36,7 9.
Obat Sistem Genital - Urinaria 10
33,3 10. Obat Penyakit Otot Skelet dan Sendi
8 26,7
11. Analgesik 7
23,3 12. Obat Sistem Saluran Pernafasan
5 16,7
13. Obat lain-lain 3
10,0 14. Obat Mata
2 6,7
15. Obat Hormon 1
3,3
Dari tabel VIII dapat dilihat bahwa obat yang paling banyak diberikan
dalam kasus DM dengan komplikasi nefropati adalah kelas terapi vitamin dan mineral dengan presentase 96,7 dan diikuti kelas terapi obat sistem kardiovaskuler
dan dengan presentase sebesar 93,3.
1. Obat Antidiabetik
Penyakit DM merupakan penyakit yang ditandai dengan kadar gula darah yang tinggi. Pengontrolan kadar gula di dalam darah sangat penting dilakukan karena
kadar gula darah yang tinggi tersebut bila tidak segera dikontrol akan dapat mempengaruhi sistem organ. Bila seseorang memiliki kadar gula darah yang tinggi
dalam waktu yang lama dan tidak segera diketahui dan dikontrol maka komplikasi akan terjadi. Pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan dengan mengatur pola
45
makan, mengatur aktifitas fisik, dan pemberian obat antidiabetik. Obat antidiabetik dapat diberikan apabila terapi non farmakologis seperti pengaturan pola makan dan
aktifitas fisik tidak dapat mengontrol kadar gula darah, khususnya pada DM tipe 2. Selain itu pemberian obat antidiabetik yaitu golongan insulin diperlukan bagi pasien
yang benar-benar membutuhkan insulin karena ada gangguan dalam sekresi insulinnya. Terdapat 2 golongan obat dari kelas terapi obat hipoglikemik yang
diberikan kepada pasien DM dengan komplikasi nefropati yaitu golongan obat insulin dan obat antidiabetik oral ADO. Gambaran golongan obat antidiabetik dapat
dilihat pada tabel IX.
Tabel IX. Golongan Obat Antidiabetik pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik
No. Golongan Obat
Jumlah Kasus n=30
Presentase 1.
Insulin 12
40,0 2.
Obat Antidiabetika Oral 26
86,7
Pada penelitian ini terdapat 8 kasus yang tidak diberikan obat antidiabetik.
Pasien dari kedelapan kasus tersebut menjalani terapi hemodialisis sehingga dapat diartikan pasien-pasien dari kedelapan kasus tersebut sudah mengalami penurunan
fungsi ginjal yang cukup parah atau bahkan sudah mengalami gagal ginjal. Pasien tidak diberikan obat antidiabetik untuk mencegah terjadinya kerusakan ginjal yang
semakin parah. Pasien yang memiliki gangguan fungsi ginjal perlu mendapat perhatian dalam menggunakan ADO karena ADO diekskresi di ginjal, sedangkan
golongan insulin dieliminasi oleh ginjal dan hati. Gangguan fungsi ginjal yang berat lebih berpengaruh terhadap eliminasi insulin daripada gangguan fungsi hati karena
hati telah berfungsi maksimal sehingga tidak dapat meningkatkan eliminasi. Apabila PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
insulin yang terdapat di dalam tubuh tidak dieliminasi maka kemungkinan akan terjadi hipoglikemia.
Seharusnya obat antidiabetik tetap diberikan untuk mengontrol kadar gula darah pasien, apabila dalam pemeriksaan kadar gula darah suatu kasus melebihi batas
normal. Namun, pemberian obat antidiabetik tersebut perlu ditinjau kembali yaitu dengan melihat kemungkinan apakah terjadinya resiko kerusakan ginjal lebih besar
daripada manfaat yang diberikan dari obat antidiabetik tersebut ataukah sebaliknya. Apabila resiko kerusakan ginjal lebih besar daripada manfaat yang diberikan obat
antidiabetik maka pada kasus tersebut tidak diberikan obat antidiabetik terlebih dahulu.
Dari tabel IX terlihat bahwa pemberian ADO lebih besar daripada pemberian insulin. Presentase penggunaan obat antidiabetik melebihi 100 karena
pada beberapa kasus menggunakan kombinasi antara insulin dengan 1 jenis ADO sebanyak 2 kasus, kombinasi antara insulin dengan 2 jenis ADO sebanyak 3 kasus,
kombinasi antara insulin dengan 3 jenis ADO sebanyak 1 kasus, kombinasi insulin dengan insulin sebanyak 2 kasus, dan kombinasi ADO dengan ADO sebanyak 2
kasus. Kombinasi tersebut digunakan untuk mengoptimalkan pengontrolan kadar gula darah pasien. Obat Antidiabetik Oral diindikasikan untuk DM tipe 2 ringan
sampai sedang yang gagal dikendalikan dengan pengaturan asupan energi dan karbohidrat serta olahraga.
Insulin diindikasikan untuk DM tipe 1 dan juga untuk DM tipe 2 yang kadar gula darahnya tidak dapat dikendalikan dengan diet dan ADO. Pada penelitian ini
DM tipe 1 dan tipe 2 tidak dibedakan dalam diagnosisnya. Penggunaan insulin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
membantu pasien DM dalam proses penyerapan gula dalam tubuh. Pada pasien DM tipe 1, pemberian insulin sangat diperlukan karena sel beta pankreasnya sudah tidak
dapat menghasilkan insulin. Pada DM tipe 2, penggunaan insulin diperlukan berkaitan dengan resistensi insulin. Resistensi insulin menyebabkan reseptor insulin
menjadi kurang peka terhadap insulin endogen sehingga diperlukan insulin eksogen. Di samping DM tipe 1 dan DM tipe 2 yang tidak dapat dikendalikan dengan
diet dan ADO, indikasi penggunaan insulin yaitu DM dengan berat badan yang menurun cepat, DM dengan komplikasi akut, DM pasca bedah pankreas, pasien DM
yang memiliki kontraindikasi dengan ADO, ketoasidosis, dan DM dengan kehamilan.
Pasien yang mendapat pengobatan baik dengan ADO, insulin ataupun kombinasinya perlu diwaspadai resiko terjadinya hipoglikemia. Oleh karena itu,
penggunaannya perlu diperhatikan baik dosis maupun waktu obat tersebut harus digunakan sebelum, bersama, atau sesudah makan. Jumlah golongan dan jenis obat
antidiabetik dapat dilihat pada tabel X.
Tabel X. Golongan dan Jenis Obat Antidiabetik pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik
No. Golongan Obat
Jenis Obat Jumlah Kasus
n=30 Presentase
1. Insulin kerja singkat
Insulin 6
20,0 Insulin
2 6,7
2. Insulin kerja sedang mula
kerja singkat Insulin
1 3,3
Insulin 1
3,3 3.
Insulin sediaan campuran Insulin
2 6,7
Glikazid 3
10,0 Glibenklamid
1 3,3
Glikuidon 7
23,3 4.
Sulfonilurea Glimepiride
6 20,0
5. Biguanida
Metformin 2
6,7 6.
Penghambat α glukosidase
Akarbosa 7
23,3
48
Terdapat 3 golongan ADO yang diberikan yaitu sulfonilurea, biguanida, dan penghambat
α glukosidase. Golongan sulfonilurea merupakan golongan yang paling banyak diberikan. Golongan sulfonilurea bekerja dengan cara merangsang pankreas
untuk memproduksi insulin lebih banyak. Oleh karena itu, obat ini efektif apabila sel beta pankreas masih dapat berproduksi. Jenis obat dari golongan sulfonilurea yang
diberikan adalah Glikazid, Glibenklamid, Glikuidon, dan Glimepirid. Glikuidon merupakan jenis obat dari golongan sulfonilurea yang paling banyak diberikan
kepada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik. Glikuidon memiliki onset mula kerja kurang dari 1 jam dan memiliki durasi yang relatif singkat 8 sampai 10
jam dibandingkan dengan sulfonilurea yang lain. Pasien DM dengan komplikasi nefropati yang dirawat di RS Bethesda tidak hanya menderita penyakit DM saja
tetapi juga penyakit lainnya yang juga membutuhkan pengobatan. Obat antidiabetik yang diberikan diharapkan memiliki mula kerja yang singkat agar penyerapan
glukosa dapat segera terjadi pada saat pasien makan dan setelah makan. Selain itu juga diperlukan durasi yang singkat agar pasien dapat diberikan obat untuk
mengatasi penyakit atau gejala lain yang dialami oleh pasien DM sehingga interaksi obat yang mungkin dapat terjadi antara ADO dengan obat lain dapat dihindari. Oleh
karena itu, Glikuidon paling banyak diberikan dari golongan sulfonilurea. Dari tabel X dapat dilihat juga bahwa jenis obat yang memiliki angka
pemberian sama banyaknya dengan Glikuidon adalah Akarbosa. Obat tersebut termasuk ke dalam golongan penghambat
α glukosidase. Cara kerjanya yaitu dengan menghambat enzim
α glukosidase. Penghambatan tersebut akan menurunkan absorpsi sari pati, dekstrin dan disakarida setelah makan sehingga kenaikan kadar
49
gula darah setelah makan dapat diturunkan. Golongan ini tidak tergantung penggunaan glukosa maupun sekresi insulin. Jadi, obat ini dapat dipakai untuk semua
pasien DM. Sama halnya dengan kelompok glikuidon dari golongan sulfonilurea, Akarbosa juga memiliki onzet yang cepat yaitu 30 menit dan durasi yang singkat
yaitu 4 jam. Metformin bekerja dengan cara menghambat glukoneogenesis dan
meningkatkan penggunaan glukosa di jaringan. Obat ini efektif jika terdapat insulin endogen. Metformin termasuk ke dalam golongan biguanida.
Dari golongan insulin, insulin dengan kerja singkat paling banyak diberikan, diikuti dengan insulin kerja sedang mula kerja singkat dan insulin sediaan campuran.
Sama seperti ADO, penggunaan insulin juga diharapkan memiliki kerja atau durasi yang singkat agar pasien yang harus diberikan obat dari kelas terapi lain yang
mungkin dapat menimbulkan interaksi dapat dihindarkan.
2. Vitamin dan Mineral