51
Golongan terbanyak kedua setelah elektrolit dan mineral yang diberikan kepada pasien DM dengan nefropati adalah golongan kalsium dengan vitamin. Jenis
obat kalsium dengan vitamin yang paling banyak diberikan adalah Kalsium Karbonat dengan presentase 63,3. Pasien DM dengan komplikasi nefropati
membutuhkan suplemen kalsium untuk mencegah terjadinya kekurangan kalsium akibat penggunaan diuretik atau akibat banyaknya urin yang dikeluarkan oleh pasien.
Vitamin diberikan untuk pencegahan dan pengobatan defisiensi spesifik.
3. Obat Sistem Kardiovaskuler
Pada pengobatan DM dengan komplikasi nefropati memberikan obat sistem kardiovaskuler juga penting dilakukan karena pada beberapa pasien memiliki
tekanan darah yang melebihi normal dan gangguan lain di sistem kardiovaskuler. Obat sistem kardiovaskuler yang diberikan pada kasus DM dengan komplikasi
nefropati terdiri dari beberapa golongan. Golongan obat sistem kardiovaskuler dapat dilihat pada tabel XII
. Diuretik kuat merupakan kelas terapi dari obat kardiovaskuler yang paling
banyak diberikan dengan presentase sebesar 86,7. Diuretik menambah kecepatan pembentukan urin. Fungsi utama diuretik adalah memobilisasi cairan udem yaitu
dengan mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga cairan ekstrasel kembali menjadi normal. Pada beberapa pasien terjadi udem pada kaki atau organ
lainnya. Udem yang terjadi ini merupakan akibat dari penurunan fungsi ginjal. Diuretik kuat digunakan untuk menghambat proses reabsorpsi elektrolit dari
lengkung Henle asending. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Jenis obat dari golongan diuretik kuat yang paling banyak diberikan adalah Furosemid dengan presentase sebesar 76,7 seperti yang dapat dilihat dalam tabel
XII .
Hal ini dikarenakan banyak kasus yang datang ke RS Bethesda mengeluhkan bengkak-bengkak yang terjadi pada kaki dan anggota tubuh yang lain. Diuretik
hemat kalium menyebabkan retensi kalium sehingga dapat digunakan sebagai alternatif yang lebih efektif daripada memberikan suplemen kalium pada penggunaan
diuretik kuat atau diuretik tiazid. Obat sistem kardiovaskuler digunakan untuk mengontrol tekanan darah
pasien, mengobati penyakit jantung yang dialami oleh beberapa pasien dan juga untuk melindungi fungsi ginjal terutama obat-obat antihipertensi seperti yang telah
disebutkan sebelumnya. Obat antihipertensi yang banyak diberikan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda adalah
antihipertensi penghambat ACE. Antihipertensi penghambat ACE dianjurkan untuk penderita DM yang mengalami komplikasi nefropati. Antihipertensi penghambat
ACE bekerja dengan cara menghambat perubahan angiotensin I menjadi angiotensin II. Dengan demikian pembentukan angiotensin II akan berkurang. Angiotensin II
menyebabkan vasokonstriksi pada pembuluh darah dan paling kuat terjadi pada pembuluh darah ginjal. Pembentukan angiotensin II yang berkurang karena adanya
penghambat ACE menimbulkan vasodilatasi pembuluh darah ginjal. Dilatasi ini diperkirakan akan mengurangi perbedaan tekanan hidraulik pada pembuluh darah
kapiler glomerulus sehingga dapat mengurangi kebocoran albumin. Dengan demikian, ginjal dapat terlindungi karena kerusakan membran dasar glomerulus
dikurangi. Dari tabel XII, Kaptopril merupakan penghambat ACE yang paling banyak digunakan dengan presentase sebesar 33,3.
53
Tabel XII. Golongan dan Jenis Obat Sistem Kardiovaskuler pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda
Yogyakarta Periode Tahun 2005 No.
Golongan Obat Jumlah
Kasus n=30
Presentase Jenis Obat
Jumlah Kasus
n=30 Presentase
1. Glikosida
Jantung 1
3,3 Digoksin
1 3,3
Kaptopril 10
33,3 Perindopril
2 6,7
2. Antihipertensi
Penghambat ACE
13 43,3
Lisinopril 1
3,3 3.
Antihipertensi yang Bekerja
Sentral 2
6,7 Klonidin
2 6,7
Kalium losartan
1 3,3
Telmisartan 1
3,3 4.
Antihipertensi Antagonis
Reseptor Angiotensin II
14 46,7
Irbesartan 12
40,0 Amlodipin
besilat 10
33,3 5.
Antiangina Antagonis
Kalsium 13
43,3 Nifedipin
3 10,0
6. Antiangina Nitrat
2 6,7
Isosorbid dinitrat
2 6,7
7. Antiaritmia
1 3,3
Amiodarone 1
3,3 Furosemid
23 76,7
8. Diuretika Kuat
26 86,7
Torasemid 3
10,0 9.
Diuretika Hemat Kalium
4 13,3
Spironolakton 4
13,3 Indapamid
1 3,3
10. Diuretika Golongan Tiazid
2 6,7
Hidroklortiazid 1
3,3 Asetosal
10 33,3
Enoksaparin 1
3,3 11. Antikoagulan,
Antiplatelet, Fibrinolitik
12 40,0
Heparin 1
3,3 Asam
Traneksamat 1
3,3 12. Hemostatik
2 6,7
Karbazokrom Na.sulfonat
1 3,3
Pentoksifilin 2
6,7 13. Vasodilator
Perifer 3
10,0 Sitikolina
1 3,3
Fenofibrat 2
6,7 14. Obat
Hipolipidemik 3
10,0 Simvastatin
1 3,3
Selain golongan antihipertensi penghambat ACE, golongan antihipertensi
antagonis reseptor angiotensin II juga banyak diberikan pada kasus DM dengan komplikasi nefropati diabetik. Sifat obat golongan ini mirip dengan golongan
antihipertensi penghambat ACE. Namun, obat ini tidak menghambat pemecahan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
bradikinin sehingga tidak menimbulkan batuk kering yang biasanya timbul pada pengobatan dengan penghambat ACE. Sehingga golongan obat ini digunakan
sebagai alternatif untuk pasien yang harus menghentikan obat penghambat ACE karena batuk yang timbul. Irbesartan merupakan jenis obat dari golongan
antihipertensi antagonis reseptor angiotensin II yang paling banyak ditemukan dalam penelitian ini.
Pada penelitian ini juga diberikan antiangina pada kasus dengan riwayat hipertensi dan profilaksis angina. Antiplatelet digunakan untuk mengurangi agregasi
platelet sehingga dapat menghambat pembentukan trombus pada sirkulasi arteri. Obat hipolipidemik yang diberikan terdiri dari jenis obat fenofibrat dan simvastatin.
Golongan obat ini digunakan untuk menurunkan kadar lipid pada pasien yang mengalami hiperlipidemia. Hemostatik diberikan untuk menghentikan perdarahan.
Pentoksilfilin sebagai vasodilator perifer bekerja mempengaruhi sifat aliran darah dengan cara menurunkan viskositas darah dan memperbaiki fluiditas eritrosit.
4. Obat Sistem Saraf Pusat