Obat Saluran Cerna Gambaran Umum Pola Pengobatan pada Kasus Diabetes Melitus dengan

57 Antianemia lain yang diberikan adalah antianemia karena hipoplastik, hemolitik, dan renal. Anemia jenis ini dapat terjadi karena pasien mengalami defisiensi eritropoietin terkait dengan gangguan pada ginjalnya. Kerusakan pada ginjal akan menyebabkan penurunan sekresi eritropoietin. Eritropoietin merupakan hormon pengontrol eritropoiesis yang disekresi oleh ginjal. Produksi eritropoietin yang menurun akan menyebabkan gangguan pada eritropoiesis sehingga produksi eritrosit akan menurun juga. Antianemia untuk anemia defisiensi besi diberikan pada kasus yang mengalami defisiensi besi. Besi dibutuhkan untuk produksi hemoglobin Hb, sehingga defisiensi besi akan menyebabkan terbentuknya sel darah merah yang lebih kecil dengan kandungan Hb yang rendah.

6. Obat Saluran Cerna

Obat saluran cerna yang diberikan meliputi antitukak antagonis reseptor H 2 , antitukak penghambat pompa proton, antitukak antasida, antitukak kelator dan senyawa kompleks, pengatur saluran gastrointestinal, antispasmodik, antidiare, pencahar pelunak tinja, pencahar stimulan, dan enzim pencernaan. Obat-obat tersebut digunakan untuk mengatasi gangguan pencernaan yang dialami dalam kasus DM dengan komplikasi nefropati. Distribusi penggunaan golongan obat saluran cerna dapat dilihat pada tabel XV. Golongan obat yang paling banyak digunakan adalah pengatur saluran cerna dan antiflatulen. Jenis obat yang termasuk ke dalam golongan tersebut adalah metoklopramid dan domperidon. Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi mual dan 58 muntah pasien DM dengan komplikasi nefropati. Muntah yang terjadi bisa diakibatkan oleh komplikasi yang dialami pasien atau bisa juga akibat efek samping obat. Selama menjalani perawatan di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda, jumlah pasokan makanan pasien DM dengan komplikasi nefropati telah diatur oleh pihak Rumah Sakit melalui diet. Selain itu kebanyakan pasien juga menerima nutrisi melalui infus selama perawatan. Aktifitas asam lambung dalam mencerna makanan menjadi berkurang karena makanan yang diberikan terbatas dan ada yang langsung melalui aliran darah. Padahal sekresi asam lambung terus berlangsung dan asam lambung akan dapat mengiritasi lapisan lambung karena tidak ada makanan yang dicerna dalam lambung. Hal ini akan membuat perut terasa perih sehingga untuk mengatasinya dan mencegah nyeri akibat asam lambung dibutuhkan antitukak. Antitukak antagonis reseptor H 2 merupakan golongan yang banyak diberikan kepada pasien DM dengan komplikasi nefropati. Antitukak ini bekerja dengan cara menghambat reseptor H 2 . Akibatnya sekresi asam lambung berkurang dan nyeri akibat asam lambung dapat berkurang. Dari tabel XV, dapat dilihat bahwa Ranitidin merupakan jenis obat dari golongan antitukak antagonis reseptor H 2 yang paling banyak diberikan dengan presentase 40,0. Antispasmodik digunakan untuk mengurangi spasme usus. Pemberian antidiare untuk mengatasi diare sedangkan pencahar diberikan untuk membantu pasien yang mengalami konstipasi. Enzim pencernaan digunakan untuk mengatasi gangguan pencernaan yaitu berupa perasaan kembung, flatulen, dan perasaan tidak nyaman di perut. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 59 Tabel XV. Golongan dan Jenis Obat Saluran Cerna pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 No. Golongan Obat Jumlah Kasus n=30 Presentase Jenis Obat Jumlah Kasus n=30 Presentase Lansoprazol 5 16,7 1. Antitukak Penghambat Pompa Proton 11 36,7 Omeprazol 6 20,0 2. Antitukak Antagonis Reseptor H 2 12 40,0 Ranitidin 12 40,0 3. Antitukak Antasida 1 3,3 Na.Rabeprazol 1 3,3 4. Antitukak Kelator dan Senyawa Kompleks 1 3,3 Sukralfat 1 3,3 Metoklopramid 9 30,0 5. Pengatur Saluran Cerna dan Antiflatulen 17 56,7 Domperidon 8 26,7 Fenilpropiletilamin 1 3,3 Klordizepokzepoksida 1 3,3 6. Antispasmodik 3 10,0 Hiosin hidrobromida 1 3,3 7. Antidiare 1 3,3 Attalpulgit 1 3,3 8. Pencahar Pelunak Tinja 1 3,3 Parafin cair 2 6,7 9. Pencahar Stimulan 2 6,7 Bisakodil 2 6,7 10. Enzim Pencernaan 2 6,7 Amilase, protease 2 6,7 7. Antiinfeksi Pemakaian antiinfeksi bertujuan untuk mengobati infeksi yang dapat disebabkan oleh bakteri atau jamur. Antibiotik sefalosporin dan antibiotik betalaktam lainnya merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan dengan presentase 46,7 seperti yang terlihat pada tabel XVI. Antibiotik sefalosporin termasuk dalam antibiotik beta laktam yang bekerja dengan cara menghambat sintesis dinding sel mikroba. Sefalosporin diekskresi dalam bentuk utuh ke urin. 60 Beberapa pasien mengalami ulkus pada saat datang ke RS Bethesda. Antibiotik digunakan untuk mengatasi ulkus tersebut, sesuai dengan jenis mikrobanya yang didapat dari hasil pemeriksaan laboratorium dan dilihat dari sensitif tidaknya mikroba yang ditemukan terhadap suatu antibiotik. Dari tabel XVI dapat dilihat bahwa antibiotik Seftriakson merupakan antibiotik yang paling banyak diberikan dengan presentase sebesar 26,7. Hal ini dikarenakan Seftriakson termasuk ke dalam antibiotik sefalosporin generasi ketiga sehingga mikroba masih menunjukkan sensitifitasnya terhadap antibiotik tersebut. Tabel XVI. Golongan dan Jenis Obat Antiinfeksi pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 No. Golongan Obat Jumlah Kasus n=30 Presentase Jenis Obat Jumlah Kasus n=30 Presentase Amoksisilin 1 3,3 Co-amoksiklav 1 3,3 1. Antibiotik Penisilin 4 13,3 Sultamisilin 2 6,7 Seftriakson 8 26,7 Sefadroksil 1 3,3 Seftazidim 1 3,3 Sefotiam 3 10,0 2. Antibiotik sefalosporin dan antibiotik betalaktam lainnya 14 46,7 Sefradin 1 3,3 Ofloksasin 1 3,3 Ciprofloksasin 2 6,7 3. Antibiotik Kuinolon 4 13,3 Levofloksasin 1 3,3 4. Antijamur 1 3,3 Itrakonazol 1 3,3 8. Nutrisi Kasus DM dengan komplikasi nefropati juga mendapat tambahan nutrisi selama dirawat di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda. Kelas terapi ini dibagi menjadi 2 golongan yaitu suplemen dan terapi tambahan dan golongan nutrisi parenteral. Pasien DM dengan komplikasi nefropati yang menjalani rawat inap diberikan nutrisi agar kekebalan tubuhnya tidak berkurang. Jika kekebalan tubuh menurun maka akan mempermudah terjadinya infeksi dan juga dapat mengganggu PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 61 proses kesembuhan pasien. Oleh karena itu pasien membutuhkan tambahan nutrisi dari luar. Pemberian nutrisi disesuaikan dengan kebutuhan pasien. Tabel XVII menunjukan golongan dan jenis obat nutrisi pada kasus DM dengan komplikasi nefropati. Tabel XVII. Golongan dan Jenis Obat Nutrisi pada Kasus DM dengan Komplikasi Nefropati Diabetik di Instalasi Rawat Inap RS Bethesda Yogyakarta Periode Tahun 2005 No. Golongan Obat Jumlah Kasus n=30 Presentase Jenis Obat Jumlah Kasus n=30 Presentase Leucoselect phytosome 1 3,3 1. Suplemen dan Terapi Tambahan 3 10,0 Curcuma 2 6,7 2. Nutrisi Parenteral 9 30,0 Asam amino 9 30,0 Dari tabel XVII dapat dilihat bahwa nutrisi yang paling banyak digunakan adalah Asam amino. Asam amino digunakan untuk pasien dengan hipoproteinemia yang terjadi akibat gagal ginjal akut dan gagal ginjal kronis, malnutrisi, trauma atau pembedahan. Leucoselect phytosome berfungsi sebagai antioksidan.

9. Obat Sistem Genital-Urinaria

Dokumen yang terkait

Evaluasi penatalaksanaan terapi pasien diabetes mellitus komplikasi hipertensi rawat inap periode 2005 Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta.

1 18 117

Evaluasi pengobatan pasien diabetes melitus dengan komplikasi ulkus/gangren di instalansi rawat inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli-Desember 2005.

2 6 161

Evaluasi penatalaksanaan terapi pasien diabetes mellitus dengan komplikasi stroke di instalansi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih periode tahun 2005.

0 1 101

Evaluasi penatalaksanaan terapi pasien diabetes mellitus dengan komplikasi stroke di instalansi rawat inap Rumah Sakit Panti Rapih periode tahun 2005 - USD Repository

0 0 99

EVALUASI PENGOBATAN PADA KASUS DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI NEFROPATI DIABETIK DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA PERIODE TAHUN 2005 SKRIPSI

0 0 149

Evaluasi pengobatan pasien diabetes melitus dengan komplikasi ulkus/gangren di instalansi rawat inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli-Desember 2005 - USD Repository

0 0 159

Evaluasi penatalaksanaan terapi pasien diabetes mellitus komplikasi hipertensi rawat inap periode 2005 Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta - USD Repository

0 0 115

EVALUASI PENGOBATAN TUBERKULOSIS PARU PADA PASIEN DEWASA DI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA TAHUN 2005 SKRIPSI

0 0 100

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien diabetes melitus tipe 2 non komplikasi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rini Yogyakarta periode Januari 2009-Maret 2010 - USD Repository

0 2 120

Evaluasi penatalaksanaan terapi pasien diabetes melitus komplikasi hipertensi di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Mei 2008- Mei 2009 - USD Repository

0 1 115