Kebutuhan untuk memiliki sesuatu Murray

“nah orang lain itu yang ngasih saran. Ngasih saran coba deh kamu beli voucher game terus kamu beli item ini terus rasain bedanya” wawancara no.180. Hal tersebut memunculkan motif dalam diri informan untuk mencoba saran dari orang lain. Dalam prosesnya perilaku pembelian voucher yang dilakukan oleh informan menjadi sebuah kebutuhan, dimana informan merasa dengan membeli voucher dapat mendukung usaha informan dalam bermain game online. Hal tersebut memunculkan kebutuhan dalam diri informan berupa kebutuhan penghargaan secara internal seperti yang terlihat dalam hasil wawancara informan yang mengatakan “Jadi ada mendingnya kalo ngeluarin dana yang berlebih itu ya usahanya jadi agak lebih enakan” wawancara no.122 Kebutuhan untuk berprestasi juga dapat terlihat dalam hasil wawancara informan yang mengatakan “dengan adanya voucher percaya gak percaya, kita tuh bisa ngejar orang yang tingkatanya udah jauh lebih dulu main dari pada kita” wawancara no.352. Hal ini dibuktikan melalui hasil wawancara dengan teman bermain game online informan yang menyatakan bahwa informan rajin membeli voucher sehingga dalam waktu singkat level dan item yang dimiliki informan tidak kalah dalam bersaing dengan gamer yang sudah lama bermain. Kebutuhan informan tersebut menjadi faktor pendorong yang memunculkan motif berupa ingin mudah berusaha dalam dunia game. Informan selalu membeli voucher game ketika ada event-event tertentu dalam dunia game yang dimainkannya. Hal ini juga memunculkan kebutuhan untuk memiliki sesuatu, seperti yang terlihat dari hasil wawancara informan yang menyatakan “lagi ada event-event khusus atau event-event tertentu yang misalkan kita beli atau kita donorin voucher game berapa, lalu dapat apa, kalo enggak emang lagi ada diskon apa baru kita isi cash” wawancara no.196. Hal tersebut berjalan secara terus menerus dan semakin tidak terkontrol bahkan informan rela menggunakan uang kuliahnya untuk membeli voucher sehingga memunculkan dampak negatif berupa kecanduan. Hal tersebut juga muncul karena adanya dorongan kebutuhan berupa kebutuhan untuk mendapatkan kenikmatan dan juga kebutuhan untuk memiliki sesuatu, seperti yang dapat terlihat dari hasil wawancara informan yang menyatakan “pake duit dari mami yang mana buat bayar SKS sama biaya hidup malah dibelanjain dipake buat ngecash. Jadi ya emm lagi ada diskon barang ini nih, lagi butuh, misalkan lagi gak diskon katakan 50 ribu pas lagi diskon harganya 25 ribu, yang niatnya mau belanja berapa, eh gak taunya malah belanja banyak gara- gara diskon itu.” wawancara no.214. Setelah informan merasakan dampak negatif berupa kecanduan dalam membeli voucher game, informan mulai berpikir dan mengurangi perilakunya dalam membeli voucher, hal ini dapat terlihat dari hasil wawancara informan yang mengatakan “Mulai dari situ , 200 itu gw belanjain yang gw butuhin aja. Mulai dari situ sih gw rada mikir” wawancara no.265. Hal ini muncul karena ada nya kebutuhan berupa kebutuhan rasa aman dan kebutuhan untuk menghindari bahaya, seperti yang terlihat dari hasil wawancara informan yang mengatakan “Ya tinggal gw sekarang isi cash 200 ribu ya gw belanjain yang gw perlu dan misalkan emang dari apa yang gw belanjain itu emang menimbulkan masalah, dalam artian masalah setiap beli barang ini, tapi opsi barang ini random ya jadi sekarang gw belinya seperlunya aja, jadi syukur gak jadi gak apa.” wawancara no.278.