Teori Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik Ryan Deci
melakukan aktivitas tertentu yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhannya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini peneliti hanya akan membahas motivasi
melakukan pembelian voucher game online dilihat dari kebutuhan dan motifnya. Dengan demikian skema penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Bagan 2.1 Motivasi C.
Teori Motivasi Abraham Maslow
Maslow hidup dalam zaman di mana banyak bermunculan aliran psikologi yang baru sebagai disiplin ilmu yang relatif muda. Di Amerika, William James
mengembangkan Fungsionalisme. Psikologi Gestalt berkembang di Jerman, Sigmund Freud berjaya di Wina, dan John B. Watson memopulerkan
Behaviorisme di Amerika. Pada tahun 1954, Maslow menerbitkan bukunya yang berjudul Motivation and Personality. Ada dua teori yang sangat populer dan
berpengaruh di universitas-universitas Amerika yaitu Psikoanalisa Sigmund Freud dan Behaviorisme John B. Watson Goble, 1987.
Dalam ranah psikologi, Psikoanalisa yang dirumuskan oleh Sigmund Freud 1856-1939 dianggap mazhab force pertama, sedangkan Behaviorisme
yang dirumuskan oleh John B. Watson 1878-1958 disebut sebagai mazhab kedua. Goble, 1987. Berlawanan dengan kedua aliran tersebut, Maslow mencari
sampel pada manusia-manusia yang dalam masyarakat dilihat sebagai “tokoh”. Ia
Kebutuhan need Motif
Motivasi
melibatkan penelitiannya terhadap tujuh tokoh modern dan sembilan tokoh sejarah: Abraham Lincoln dan Thomas Jefferson presiden AS, Eleanor
Roosevelt First Lady yang dermawan, Jane Addams pelopor pekerja sosial, William James psikolog, Albert Schweitzer dokter dan humanis, Aldous
Huxley penulis, dan Baruch Spinoza filsuf. Penyelidikan tentang tokoh-tokoh ini dan yang lainnya, kebiasaan, sifat, kepribadian, dan kemampuan mereka,
telah mengantar Maslow sampai pada teori tentang kesehatan mental dan teori tentang motivasi pada manusia Goble, 1987. Karya Maslow bukanlah penolakan
secara mentah-mentah atas karya Freud atau Watson serta para Behavioris lainnya, melainkan merupakan suatu usaha menelaah segi-segi yang bermanfaat,
bermakna, dan dapat diterapkan bagi kemanusiaan pada kedua psikolgi tersebut. Secara dialektis, tesis Freud dan antitesis Watson et al. melahirkan sintesis
Abraham Maslow. Oleh karena itu, teorinya kerap disebut mazhab ketiga Goble, 1987
Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia menyebut teorinya sebagai “hierarki kebutuhan”. Kebutuhan ini
mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut.
Selanjutnya orang akan berusaha memenuhi kebutuhan tingkat berikutnya. Maslow membagi tingkat kebutuhan manusia menjadi sebagai berikut: 1
Kebutuhan fisiologis: kebutuhan yang dasariah, misalnya rasa lapar, haus, tempat berteduh, seks, tidur, oksigen, dan kebutuhan jasmani lainnya; 2 Kebutuhan akan
rasa aman: mencakup antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian
fisik dan emosional; 3 Kebutuhan sosial: mencakup kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki, kasih sayang, diterima-baik, dan persahabatan; 4
Kebutuhan akan penghargaan: mencakup faktor penghormatan internal seperti harga diri, otonomi, dan prestasi; serta faktor eksternal seperti status, pengakuan,
dan perhatian; 5 Kebutuhan akan aktualisasi diri: mencakup hasrat untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuannya sendiri, menjadi apa saja menurut
kemampuannya. Maslow menyebut teori Hierarki Kebutuhan-nya sendiri sebagai sintesis
atau perpaduan teori yang holistik dinamis. Disebut demikian karena Maslow mendasarkan teorinya dengan mengikuti tradisi fungsional James dan Dewey,
yang dipadu dengan unsur-unsur kepercayaan Wertheimer, Goldstein, dan psikologi Gestalt, dan dengan dinamisme Freud, Fromm, Horney, Reich, Jung, dan
Adler Maslow, 1984. Teori Maslow banyak berguna dalam usaha untuk mengetahui dan
menganalisis motivasi berdasarkan tingkat kebutuhan yang dimiliki setidaknya untuk dua hal. Pertama, teori ini dapat digunakan untuk memperjelas dan
memperkirakan tidak hanya perilaku individual tetapi juga kelompok dengan melihat rata-rata kebutuhan yang menjadi motivasi mereka. Kedua, teori ini
menunjukkan bahwa bila tingkat kebutuhan terendah telah terpuaskan, faktor tersebut akan berhenti menjadi motivator penting dari perilaku tetapi dapat
menjadi sangat penting bila mereka menghadapi situasi khusus, disingkirkan, diancam, atau dib
uang As’ad dalam Ridwan, 2013.