2. Pola Motivasi
Setiap individu memiliki hirarki kebutuhan yang menentukan perilaku dan tindakannya. Kebutuhan ini memiliki tingkat yang berbeda-
beda. Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut, tapi akan berusaha
untuk memenuhi kebutuhan pada tingkat berikutnya Maslow dalam Lianto, 2007. Kebutuhan-kebutuhan yang ada pada individu tersebut
kemudian memunculkan dorongan secara fisik drive dan dorongan secara psikologis yang dikenal dengan motif. Kemudian dorongan
tersebut membentuk suatu perilaku, peneliti menyebut proses tersebut sebagai pola motivasi. Berdasarkan kebutuhan-kebutuhan di atas muncul
beberapa macam bentuk pola motivasi yang menimbulkan perilaku pembelian voucher game online yang dilakukan oleh informan. Pola
motivasi tersebut dijabarkan sebagai berikut pada masing-masing informan :
Informan 1
Informan 1 berusia 24 tahun, berdasarkan cerita informan dari hasil wawancara yang telah dilakukan, informan mengenal voucher untuk
pertama kalinya melalui orang lain yang menyarankan informan untuk menggunakan voucher dalam bermain game online, hal tersebut
memunculkan kebutuhan untuk mendapatkan pengetahuan, seperti yang terlihat dari hasil wawancara informan yang menyatakan
“nah orang lain itu yang ngasih saran. Ngasih saran coba deh kamu beli voucher game
terus kamu beli item ini terus rasain bedanya” wawancara no.180.
Hal tersebut memunculkan motif dalam diri informan untuk mencoba saran dari orang lain. Dalam prosesnya perilaku pembelian
voucher yang dilakukan oleh informan menjadi sebuah kebutuhan, dimana informan merasa dengan membeli voucher dapat mendukung
usaha informan dalam bermain game online. Hal tersebut memunculkan kebutuhan dalam diri informan berupa kebutuhan penghargaan secara
internal seperti yang terlihat dalam hasil wawancara informan yang mengatakan
“Jadi ada mendingnya kalo ngeluarin dana yang berlebih itu ya usahanya jadi agak lebih enakan” wawancara no.122
Kebutuhan untuk berprestasi juga dapat terlihat dalam hasil wawancara informan yang mengatakan
“dengan adanya voucher percaya gak percaya, kita tuh bisa ngejar orang yang tingkatanya udah jauh lebih dulu main dari pada kita”
wawancara no.352. Hal ini dibuktikan melalui hasil wawancara dengan teman bermain
game online informan yang menyatakan bahwa informan rajin membeli