E. Pengukuran Motivasi
Menurut Notoatmojo dalam Cahyono, 2010, ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengukur motivasi seseorang, yaitu:
1. Tes proyektif
Apa yang kita katakan merupakan sebuah cerminan dari apa yang ada di dalam diri kita. Dengan demikian untuk memahami apa yang dipikirkan oleh
orang lain, maka kita dapat memberikan sebuah stimulus yang nantinya harus diinterpretasikan. Salah satu tes proyektif yang banyak digunakan dan paling
dikenal adalah Thematic Apperception Test TAT. Dalam tes tersebut informan diberikan gambar dan diminta untuk membuat cerita dari gambar tersebut.
Dalam teori Mc Leland dikatakan, bahwa manusia memiliki tiga kebutuhan yaitu kebutuhan untuk berprestasi n-ach, kebutuhan untuk power n-power,
kebutuhan untuk berafiliasi n-aff. Dari isi cerita tersebut dapat ditelaah motivasi yang mendasari diri seseorang berdasarkan konsep kebutuhan.
2. Kuisioner
Salah satu cara untuk mengukur motivasi melalui kuisioner adalah dengan meminta klien untuk mengisi kuisioner yang berisi pertanyaan-
pertanyaan yang dapat memancing motivasi klien. Sebagai contoh adalah dengan menggunakan EPPS
Edward’s Persona Preference Schedule. Kuesioner tersebut terdiri dari 210 nomer dimana pada masing-masing nomor
terdiri dari dua pertanyaan. Informan diminta memilih salah satu dari dua pertanyaan tersebut yang lebih mencerminkan dirinya. Dari pengisian kuesioner
tersebut dapat dilihat dari ke-15 jenis kebutuhan yang dalam tes tersebut, kebutuhan mana yang paling dominan. Contohnya antara lain, kebutuhan untuk
berprestasi, kebutuhan akan keteraturan, kebutuhan untuk berafiliasi dengan orang lain, kebutuhan untuk membina hubungan dengan lawan jenis, bahakan
kebutuhan untuk bertindak agresif.
3. Obervasi perilaku
Cara lain yang digunakan untuk mengukur motivasi yakni dengan cara observasi perilaku. Observasi perilaku dilakukan dengan cara membuat situasi
tertentu sehingga klien dapat memunculkan perilaku yang mencerminkan motivasinya. Misalnya, untuk mengukur keinginan untuk berprestasi, informan
diminta untuk memproduksi origami dengan batas waktu tertentu. Perilaku yang diobservasi adalah apakah informan menggunakan umpan balik yang
diberikan, mengambil keputusan yang berisiko dan mementingkan kualitas dari pada kuantitas kerja.
Selain ketiga cara di atas, pengukuran motivasi juga dapat dilakukan dengan cara wawancara. Wawancara adalah percakapan yang dilakukan oleh
dua pihak, yaitu pewawancara interviewer yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara interviewee yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Moleong dalam Suyono, 2011. Menurut Ruhyat 2013 wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi
pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam.